Film baru Catherine Deneuve mengeksplorasi radikalisasi Islam
13 Februari 2019 10:09 WIB
Sutradara dan penulis skenario Andre Techine dan aktor Catherine Deneuve serta Stephane Bak tiba untuk penayangan film "Farewell to the Night" di Festival Film Internasional Berlin di Jerman, 12 Februari 2019. (REUTERS/Fabrizio Bensch)
Jakarta (ANTARA News) - Pemahaman toleran tanpa penghakiman mungkin jalan terbaik untuk menyelamatkan pemuda-pemuda Eropa yang ingin bergabung dalam kelompok Islam radikal di konflik Timur Tengah, kata aktris veteran Prancis Catherine Deneuve, Selasa (12/2).
"Farewell to the Night", yang tayang pedana di Festival Film Berlin, Selasa, bercerita tentang Muriel, diperankan Deneuve, dan upayanya menghentikan cucunya untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.
"Karakter dalam film ini jelas merupakan perempuan cerdas, tapi juga sangat toleran, dia bukan orang yang menghakimi, tapi berusaha memahami," kata Deneuve dalam konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Rabu.
Kehidupan Muriel yang tenang di sebuah peternakan kuda di desa Prancis beriak ketika cucunya Alex, yang dia besarkan setelah ibunya meninggal akibat kecelakaan, berkunjung.
Dia mampir ke peternakan untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum pergi bekerja di Kanada. Dalam kunjungan singkat itu, Muriel mengetahui bahwa cucunya telah jadi mualaf dari kekasihnya Lila.
Muriel, yang lahir di Aljazair, menerima agama baru cucunya dan berusaha memahaminya. Namun dia kemudian mengetahui Alex berencana pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Hatinya goyah antara ingin meyakinkannya untuk tidak pergi dan meminta pihak berwenang melakukan intervensi.
"Inti dari film ini adalah bagaimana perempuan ini secara tiba-tiba bisa menemukan cara untuk menolong cucunya di mana dia menemukan dia telah memihak sisi lain," kata sutradara Andre Techine.
Techine mengatakan dia ingin penonton bertanya pada diri sendiri apa yang mereka akan lakukan jika berada dalam situasi yang sama.
Muriel meminta bantuan pada mantan radikalis yang kembali ke Prancis setelah mencoba tinggal di Suriah selama beberapa waktu.
Di film ini, Alex digambarkan kurang begitu memahami Islam atau situasi politik di Suriah. Internet adalah sumber utamanya mencari informasi tentang agama dan, baginya dan Lila, kehidupan setelah mati adalah yang paling pantas dijalani.
Banyak dialog dalam karakter-karakter film diambil dari wawancara dengan mantan radikalis, kata Techine.
"Ini sebenarnya kata-kata mereka sendiri... Saya ingin kata-kata itu didengar penonton," kata dia.
Lebih dari 5.000 orang Eropa, kebanyakan dari Inggris, Prancis, Jerman dan Belgia, telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak, sekitar 1.500 orang telah kembali, kata kantor polisi Eropa tahun lalu.
"Farewell to the Night", yang tayang pedana di Festival Film Berlin, Selasa, bercerita tentang Muriel, diperankan Deneuve, dan upayanya menghentikan cucunya untuk bergabung dengan ISIS di Suriah.
"Karakter dalam film ini jelas merupakan perempuan cerdas, tapi juga sangat toleran, dia bukan orang yang menghakimi, tapi berusaha memahami," kata Deneuve dalam konferensi pers seperti dikutip dari Reuters, Rabu.
Kehidupan Muriel yang tenang di sebuah peternakan kuda di desa Prancis beriak ketika cucunya Alex, yang dia besarkan setelah ibunya meninggal akibat kecelakaan, berkunjung.
Dia mampir ke peternakan untuk mengucapkan selamat tinggal sebelum pergi bekerja di Kanada. Dalam kunjungan singkat itu, Muriel mengetahui bahwa cucunya telah jadi mualaf dari kekasihnya Lila.
Muriel, yang lahir di Aljazair, menerima agama baru cucunya dan berusaha memahaminya. Namun dia kemudian mengetahui Alex berencana pergi ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Hatinya goyah antara ingin meyakinkannya untuk tidak pergi dan meminta pihak berwenang melakukan intervensi.
"Inti dari film ini adalah bagaimana perempuan ini secara tiba-tiba bisa menemukan cara untuk menolong cucunya di mana dia menemukan dia telah memihak sisi lain," kata sutradara Andre Techine.
Techine mengatakan dia ingin penonton bertanya pada diri sendiri apa yang mereka akan lakukan jika berada dalam situasi yang sama.
Muriel meminta bantuan pada mantan radikalis yang kembali ke Prancis setelah mencoba tinggal di Suriah selama beberapa waktu.
Di film ini, Alex digambarkan kurang begitu memahami Islam atau situasi politik di Suriah. Internet adalah sumber utamanya mencari informasi tentang agama dan, baginya dan Lila, kehidupan setelah mati adalah yang paling pantas dijalani.
Banyak dialog dalam karakter-karakter film diambil dari wawancara dengan mantan radikalis, kata Techine.
"Ini sebenarnya kata-kata mereka sendiri... Saya ingin kata-kata itu didengar penonton," kata dia.
Lebih dari 5.000 orang Eropa, kebanyakan dari Inggris, Prancis, Jerman dan Belgia, telah bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak, sekitar 1.500 orang telah kembali, kata kantor polisi Eropa tahun lalu.
Penerjemah: Nanien Yuniar
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: