Wamena, Jayawijaya, Papua (ANTARA News) - Anak-anak sekolah dari Kabupaten Nduga yang mengungsi di Kabupaten Jayawijaya, Papua, karena trauma peristiwa kontak senjata bertambah dari 320 menjadi 406 orang.

Anak-anak yang merupakan korban trauma akibat kontak senjata antara kelompok sipil bersenjata Nduga dengan TNI/Polri itu meninggalkah peralatan sekolah saat mengungsi ke Kabupaten Jayawijaya.

Koordinator Tim Relawan Pengungsian Nduga Ence Geong di Sinakma, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Selasa, mengatakan jumlah pengungsi akan terus bertambah sebab belum seluruhnya terdata.

"Hingga saat ini ada 406 siswa yang ada di Wamena (Jayawijaya). Kami belum bisa pastikan berapa sebenarnya jumlah anak-anak pengungsi, tetapi yang sudah datang ada 406 orang," katanya.

Ia mengatakan pihaknya telah membangun sejumlah ruang kelas sederhana pada 11 Januari 2019 di Jayawijaya untuk dijadikan sekolah bagi anak-anak pengungsi.

"Untuk proses belajar mengajar, dua hari ini lebih ke guru-guru mulai mengingatkan mereka tentang pentingnya belajar, menyampaikan soal aturan dan soal rencana ke depan. Harapan kami semoga kegiatan belajar mengajar berjalan baik," katanya.

Ence Geong mengatakan anak-anak kesulitan perlengkapan sekolah seperti buku, pensil maupun pulpen. Sehingga masih dibutuhkan sumbangan peralatan sekolah dari berbagai pihak.

"Kami bersyukur karena guru-guru menyumbang, sehingga setiap anak mendapat satu buku dan satu alat tulis. Dan ada beberapa pihak yang mau membantu namun rencananya besok baru di bawa," katanya.

Baca juga: 320 anak Nduga mengungsi ke Jayawijaya akibat kontak senjata
Baca juga: Pemkab Nduga jamin pelaksanaan ujian nasional lancar pascapenembakan
Baca juga: Tim kesehatan lakukan pengobatan massal di Nduga