Limbah popok bekas diubah pelajar SMP di Surabaya menjadi pupuk
12 Februari 2019 12:58 WIB
Pelajar memeriksa kapal robot pemadam api tanpa awak (Fire Fighting Roboboat) rakitannya saat Automation Week 2018 di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS), Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (15/12/2018). Lomba yang diikuti 76 tim pelajar SMP dan SMA sederajat dari berbagai daerah itu bertujuan menumbuhkan kreativitas serta mengenalkan teknologi otomasi perkapalan kepada para pelajar. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.
Surabaya, (ANTARA News) - Siswa kelas 8 SMPN 23 Kota Surabaya, Jatim, Muhammad Izaz Khoirullah Alkhalid bersama dengan empat orang guru IPA di sekolahnya berhasil mengubah sampah popok bekas pakai menjadi pupuk yang bermanfaat dalam bercocok tanam.
Muhammad Izaz Khoirullah Alkhalid, di Surabaya, Selasa, mengatakan gel popok bekas pakai bisa membuat tanah menjadi lembab, sehingga mengurangi penggunaan air saat menyirami tanaman.
"Tanaman juga menjadi lebih subur, karena bakteri amonia pada popok bisa membantu pertumbuhan pada tanaman," kata pelajar yang akrab dipanggil Izaz ini.
Menurut Izaz, proses mengubah popok jadi pupuk ini membutuhkan waktu satu bulan yakni dengan cara popok bekas pakai dicuci bersih lalu disemprot dengan air, lalu dikeringkan sedikit agar berubah menjadi gel.
"Kemudian gel tersebut diambil dan dicampur dengan pupuk kompos, serta didiamkan selama sebulan hingga akhirnya bisa dipakai," katanya.
Hasil karya pelajar SMPN 23 Surabaya ini sudah dimulai sejak awal 2018. Bahkan dalam setahun terakhir, Izaz sudah memroduksi sebanyak 150 kilogram pupuk.
Sejauh ini, 100 kilogram pupuk sudah terjual seharga Rp10 ribu/5 kilogram. Produk pupuk Izaz ini sudah digunakan oleh para orang tua murid di SMPN 23 Surabaya.
Hasil karya Izaz yang kemudian didaftarkan melalui program Pangeran dan Puteri Lingkungan ini sudah berlangsung sejak 2002. Dari seleksi sekitar 400 siswa lebih pelajar SD dan SMP, diambil 40 finalis hingga akhirnya diputuskan juara 10 pelajar terbaik tingkat SD dan 10 terbaik tingkat SMP.
Mereka yang terpilih menjadi juara merupakan siswa yang memiliki kualifikasi serta berkontribusi nyata selama enam bulan terakhir.
Melalui program ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendorong para pelajar dengan harapan menumbuhkembangkan kecintaan mereka sejak dini terhadap lingkungan.
Mendapati hal itu, Izaz bersama 20 orang Pangeran dan Puteri Lingkungan 2019 terpilih diundang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk melakukan pemaparan di Ruang Sidang Wali Kota Surabaya pada Senin (11/2).
Melihat hasil karya Izaz tersebut, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini meminta kepada Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) untuk bisa mencoba menggunakan pupuk Izaz di taman-taman.
Tidak hanya itu, ia juga meminta Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Surabaya Eko Agus Supriadi untuk membantu mematenkan hasil karya pelajar SMP ini.
"Sepanjang tidak mengecewakan guru dan orang tua dengan nilai yang stabil dan tidak turun, itu tidak masalah cari uang dan kaya sejak kecil," kata Risma kepada Izaz.
Menurut Risma, para pelajar yang terpilih menjadi Pangeran dan Puteri Lingkungan 2019, merupakan anak?anak yang luar biasa. Hal ini terlihat, ketika para pelajar tersebut berkomunikasi menyampaikan hasil karya dengan lugas dan jelas kepada publik bukan hal yang biasa.
Terlebih, lanjut dia, apa yang dipaparkan para pelajar itu bisa mempengaruhi orang lain untuk peduli dengan lingkungannya. "Kalian adalah tunas luar biasa dari negara ini, lanjutkan yang selama ini kalian lakukan. Terima kasih sayang, sudah jadi anak yang luar biasa," ujarnya.
Baca juga: 928 pelajar ikuti Surabaya Young Scientist Competition
Baca juga: Mantan teknisi NASA AS ajari pelajar Surabaya rakit robot
Baca juga: Risma: Pelajar Surabaya harus bersaing level internasional
Muhammad Izaz Khoirullah Alkhalid, di Surabaya, Selasa, mengatakan gel popok bekas pakai bisa membuat tanah menjadi lembab, sehingga mengurangi penggunaan air saat menyirami tanaman.
"Tanaman juga menjadi lebih subur, karena bakteri amonia pada popok bisa membantu pertumbuhan pada tanaman," kata pelajar yang akrab dipanggil Izaz ini.
Menurut Izaz, proses mengubah popok jadi pupuk ini membutuhkan waktu satu bulan yakni dengan cara popok bekas pakai dicuci bersih lalu disemprot dengan air, lalu dikeringkan sedikit agar berubah menjadi gel.
"Kemudian gel tersebut diambil dan dicampur dengan pupuk kompos, serta didiamkan selama sebulan hingga akhirnya bisa dipakai," katanya.
Hasil karya pelajar SMPN 23 Surabaya ini sudah dimulai sejak awal 2018. Bahkan dalam setahun terakhir, Izaz sudah memroduksi sebanyak 150 kilogram pupuk.
Sejauh ini, 100 kilogram pupuk sudah terjual seharga Rp10 ribu/5 kilogram. Produk pupuk Izaz ini sudah digunakan oleh para orang tua murid di SMPN 23 Surabaya.
Hasil karya Izaz yang kemudian didaftarkan melalui program Pangeran dan Puteri Lingkungan ini sudah berlangsung sejak 2002. Dari seleksi sekitar 400 siswa lebih pelajar SD dan SMP, diambil 40 finalis hingga akhirnya diputuskan juara 10 pelajar terbaik tingkat SD dan 10 terbaik tingkat SMP.
Mereka yang terpilih menjadi juara merupakan siswa yang memiliki kualifikasi serta berkontribusi nyata selama enam bulan terakhir.
Melalui program ini, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mendorong para pelajar dengan harapan menumbuhkembangkan kecintaan mereka sejak dini terhadap lingkungan.
Mendapati hal itu, Izaz bersama 20 orang Pangeran dan Puteri Lingkungan 2019 terpilih diundang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk melakukan pemaparan di Ruang Sidang Wali Kota Surabaya pada Senin (11/2).
Melihat hasil karya Izaz tersebut, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini meminta kepada Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) untuk bisa mencoba menggunakan pupuk Izaz di taman-taman.
Tidak hanya itu, ia juga meminta Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Surabaya Eko Agus Supriadi untuk membantu mematenkan hasil karya pelajar SMP ini.
"Sepanjang tidak mengecewakan guru dan orang tua dengan nilai yang stabil dan tidak turun, itu tidak masalah cari uang dan kaya sejak kecil," kata Risma kepada Izaz.
Menurut Risma, para pelajar yang terpilih menjadi Pangeran dan Puteri Lingkungan 2019, merupakan anak?anak yang luar biasa. Hal ini terlihat, ketika para pelajar tersebut berkomunikasi menyampaikan hasil karya dengan lugas dan jelas kepada publik bukan hal yang biasa.
Terlebih, lanjut dia, apa yang dipaparkan para pelajar itu bisa mempengaruhi orang lain untuk peduli dengan lingkungannya. "Kalian adalah tunas luar biasa dari negara ini, lanjutkan yang selama ini kalian lakukan. Terima kasih sayang, sudah jadi anak yang luar biasa," ujarnya.
Baca juga: 928 pelajar ikuti Surabaya Young Scientist Competition
Baca juga: Mantan teknisi NASA AS ajari pelajar Surabaya rakit robot
Baca juga: Risma: Pelajar Surabaya harus bersaing level internasional
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: