Tiket MRT harus bisa dijangkau masyarakat
11 Februari 2019 21:24 WIB
Petugas menaiki kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase I koridor Lebak Bulus - Bundaran HI yang sedang diuji coba di Jakarta, Kamis (7/2/2019). Transportasi massal berbasis rel itu rencananya akan terintegrasi dengan moda lainnya seperti LRT dan KRL Commuterline agar memudahkan masyarakat mengakses dan menggunakan transportasi umum. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.)
Jakarta (ANTARA News) - Peneliti Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Wahyudi Akmaliah mengatakan keberadaan Mass Rapid Transit di Jakarta yang akan diluncurkan pada Maret 2019 harus bisa dijangkau oleh berbagai kalangan ekonomi.
Menurut Yudi, hal ini penting agar keberadaan moda transportasi massal yang baru ini bisa semakin mengubah kebiasaan masyarakat dari kendaraan pribadi menjadi ke kendaraan umum. "Jika terlalu mahal, mereka akan kembali menggunakan transportasi pribadi," kata Yudi saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan, jika menilik sejarah transportasi massal di Jakarta sebenarnya kebiasaan masyarakat pada transportasi umum sudah cukup baik dan adaptif.
Apalagi ketika muncul trans-Jakarta pada 2004 dan Kereta Rel Listrik yang terus mengalami perkembangan.
"Di situ ada budaya antri, berjalan sesuai aturan saat pintu masuk dan keluar. Sebelumnya, adanya Transjakarta itu juga menciptakan pra-kondisi kesiapan masyarakat untuk menerima transportasi massal saat ini," kata dia.
Selain tiket yang terjangkau, kunci kesuksesan transportasi massal di ibukota sebenarnya mengacu pada kecepatan moda transportasi itu.
Pengelola juga hendaknya memberi insentif bagi yang menggunakan transportasi massal dan menciptakan infrastruktur yang mendukung kenyamanan dalam menggunakan transportasi massal.
"KRL di antaranya sudah melakukan itu. Selain itu perlu juga dibatasi pembelian untuk produksi industri otomotif," ujar dia.*
Baca juga: Ini kata pengamat tentang konsep MRT yang benar
Baca juga: Pengamat: Penentuan tarif MRT Jakarta tergantung arah politik
Menurut Yudi, hal ini penting agar keberadaan moda transportasi massal yang baru ini bisa semakin mengubah kebiasaan masyarakat dari kendaraan pribadi menjadi ke kendaraan umum. "Jika terlalu mahal, mereka akan kembali menggunakan transportasi pribadi," kata Yudi saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan, jika menilik sejarah transportasi massal di Jakarta sebenarnya kebiasaan masyarakat pada transportasi umum sudah cukup baik dan adaptif.
Apalagi ketika muncul trans-Jakarta pada 2004 dan Kereta Rel Listrik yang terus mengalami perkembangan.
"Di situ ada budaya antri, berjalan sesuai aturan saat pintu masuk dan keluar. Sebelumnya, adanya Transjakarta itu juga menciptakan pra-kondisi kesiapan masyarakat untuk menerima transportasi massal saat ini," kata dia.
Selain tiket yang terjangkau, kunci kesuksesan transportasi massal di ibukota sebenarnya mengacu pada kecepatan moda transportasi itu.
Pengelola juga hendaknya memberi insentif bagi yang menggunakan transportasi massal dan menciptakan infrastruktur yang mendukung kenyamanan dalam menggunakan transportasi massal.
"KRL di antaranya sudah melakukan itu. Selain itu perlu juga dibatasi pembelian untuk produksi industri otomotif," ujar dia.*
Baca juga: Ini kata pengamat tentang konsep MRT yang benar
Baca juga: Pengamat: Penentuan tarif MRT Jakarta tergantung arah politik
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: