Demam berdarah menyerang puluhan warga Palangka Raya
11 Februari 2019 16:32 WIB
Menkes kunjungi RSU Palangka Raya Menteri Kesehatan Nila F Moeloek (kiri) meninjau fasilitas Rumah Sakit Umum Kelas D Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah didampingi Dirut RSU Abram Sidi Winasis, Senin (3/10/2016). Selain itu Menkes juga meninjau pembangunan RSU Kelas D tersebut yang sumber dananya dari ABPBD sebesar Rp17 Miliar lebih dengan luas kurang lebih 1,2 hektare. (ANTARA /Ronny NT)
Palangka Raya, (ANTARA News) - Sedikitnya 34 warga di Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan terserang penyakit demam berdarah dengue (DBD) selama awal 2019.
"Di Kota Palangka Rayai pada awal tahun 2019 telah dilaporkan sebanyak 34 kasus dan telah dilakukan `fogging focus` sebanyak 18 lokasi," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, Andjar Hari Purnomo, Senin.
Dia menjelaskan nyamuk aedes aegypti yang menularkan penyakit DBD disebut nyamuk infektif, artinya nyamuk yang mengandung virus dengue yang dapat diketahui jika ditemukan kasus DBD lain.
Ia mengatakan, jika ditemukan jentik nyamuk juga, artinya penularan terjadi di tempat tersebut sehingga nyamuk dewasanya dibasmi melalui fogging dan disertai PSN untuk memberantas jentiknya.
Namun, kata dia, jika hanya ditemukan penderita lain dan tidak ditemukan jentik nyamuk, berarti kemungkinan pasien tergigit di tempat lain.
Karena itu, katanya, diperlukan penyuluhan agar waspada terhadap memburuknya pasien.
"Jika ditemukan jentik saja dan tidak ada penderita lain, berarti di tempat tersebut tidak ada nyamuk infektif, kemungkinan pasien terkena di tempat lain, dan diperlukan abatisasi dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) karena nyamuk bisa menggigit pasien dan menularkannya ke orang lain," katanya.
Untuk itu, pihak Dinas Kesehtan Kota Palangka Raya meminta masyarakat di kota setepat mengedepankan upaya pencegahan dari pada meminta dilakukan pengasapan atau fogging.
Dalam jangka panjang pengasapan yang dilakukan secara terus menerus dapat berdampak buruk pada kesehatan, karena menurut dia, polusi udara karena penggunaan insektisida sehingga udara terkontaminasi dengan racun, sehingga akan sangat berbahaya untuk pernafasan terutama bagi bayi, balita, lansia dan ibu hamil.
"Upaya pencegahan yang paling efektif, murah dan mudah adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3 M serta menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penapungan air yang sulit dikuras," katanya.
Baca juga: DBD berjangkit di Sampit akibat lingkungan kotor
Baca juga: Dinkes Palangka Raya antisipasi penyebaran kasus ISPA selama kemarau
"Di Kota Palangka Rayai pada awal tahun 2019 telah dilaporkan sebanyak 34 kasus dan telah dilakukan `fogging focus` sebanyak 18 lokasi," kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, Andjar Hari Purnomo, Senin.
Dia menjelaskan nyamuk aedes aegypti yang menularkan penyakit DBD disebut nyamuk infektif, artinya nyamuk yang mengandung virus dengue yang dapat diketahui jika ditemukan kasus DBD lain.
Ia mengatakan, jika ditemukan jentik nyamuk juga, artinya penularan terjadi di tempat tersebut sehingga nyamuk dewasanya dibasmi melalui fogging dan disertai PSN untuk memberantas jentiknya.
Namun, kata dia, jika hanya ditemukan penderita lain dan tidak ditemukan jentik nyamuk, berarti kemungkinan pasien tergigit di tempat lain.
Karena itu, katanya, diperlukan penyuluhan agar waspada terhadap memburuknya pasien.
"Jika ditemukan jentik saja dan tidak ada penderita lain, berarti di tempat tersebut tidak ada nyamuk infektif, kemungkinan pasien terkena di tempat lain, dan diperlukan abatisasi dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) karena nyamuk bisa menggigit pasien dan menularkannya ke orang lain," katanya.
Untuk itu, pihak Dinas Kesehtan Kota Palangka Raya meminta masyarakat di kota setepat mengedepankan upaya pencegahan dari pada meminta dilakukan pengasapan atau fogging.
Dalam jangka panjang pengasapan yang dilakukan secara terus menerus dapat berdampak buruk pada kesehatan, karena menurut dia, polusi udara karena penggunaan insektisida sehingga udara terkontaminasi dengan racun, sehingga akan sangat berbahaya untuk pernafasan terutama bagi bayi, balita, lansia dan ibu hamil.
"Upaya pencegahan yang paling efektif, murah dan mudah adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan 3 M serta menaburkan bubuk abate pada tempat-tempat penapungan air yang sulit dikuras," katanya.
Baca juga: DBD berjangkit di Sampit akibat lingkungan kotor
Baca juga: Dinkes Palangka Raya antisipasi penyebaran kasus ISPA selama kemarau
Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: