Kalbar obati 89 penderita kusta
11 Februari 2019 15:25 WIB
Rika Rahayu Tantri (8) adalah gadis penderita kusta, malnutrisi dan katarak di Lombok tengah diperiksa relawan ACT. Masih banyak penderita kusta yang memerlukan pelayanan pengobatan agar bisa sembuh dan tidak menularkan pada orang lain. (ANTARA News/HO)
Pontianak (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat sepanjang tahun 2018 melayani pengobatan bagi 89 penderita kusta dengan kategori pausibasiler dan multibasiler, baik usia anak-anak maupun dewasa.
"Dari 14 kabupaten dan kota, hanya ada satu rumah sakit khusus kusta, yakni RS Alverno Singkawang, itupun tidak memiliki wilayah kerja, hanya menampung penderita yang datang," kata Pengelola Program Penyakit Kusta Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Hendri saat dihubungi di Pontianak, Senin.
Ia melanjutkan, para penderita kusta setelah di diagnosa dan diobati, lalu dikembalikan ke wilayah puskesmas masing-masing. "Jadi sifatnya mereka mendiagnosa dan memberikan pengobatan peluasan sebab RS Kusta tidak berperan seperti dulu lagi dan harus dikembalikan ke masyarakat, jadi untuk pelayanan dan pendekatannya lebih ke puskesmas," kata dia.
Ia menambahkan, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar juga berupaya untuk mengatasi stigma masyarakat terhadap penderita penyakit kusta melalui program Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). Tujuannya agar masyarakat tahu bahwa kusta tidak perlu ditakuti. "Misalnya melalui kegiatan-kegiatan seperti peringatan Hari Kusta Sedunia dengan talkshow di radio, dan memasang poster atau spanduk tentang kusta," ujar Hendri.
Pemprov Kalbar juga rutin survei ke desa untuk deteksi dini kusta dengan melacak penderita kusta di desa-desa misalnya untuk mengetahui apakah ada penderita yang masih aktif.
Namun sebelum itu petugas desa dilatih terlebih dahulu atau diberi sedikit pemahaman supaya di lapangan sudah tahu terlebih dulu informasi tentang penyakit kusta seperti apa gejalanya, apa yang harus dilakukan dan jangan sampai petugas menstigma penderita kusta.
Hendri menegaskan, penyakit kusta ini sama dengan penyakit menular lain bukan karena penyakit turunan atau karena sihir. "Penyakit kusta ini sama dengan penyakit menular lainnya yang bisa diobati," kata dia.
Penyebab penyakit kusta ini adalah bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang bagian susunan saraf tepi, kulit, mata, dan tulang bila tidak segera diobati.
Penularan kusta melalui kontak erat dan lama. Misal penular dan yang ditularkan berbaring di tempat yang sama. Penularannya juga cukup lama baru timbul yakni sekitar enam bulan sampai dua tahun, bahkan kadang ada yang sampai 10 tahun baru timbul gejalanya.
Penularan ini juga melalui droplet atau percikan air liur halus yang terhirup tetapi untuk prevalensinya jauh, misal dari beberapa orang hanya satu yang tertular sehingga terbilang sangat susah untuk penularannya.
Baca juga: Kemenkes: rata-rata kasus baru kusta 15 ribu per tahun
Baca juga: Kemenkes: kusta masih ditemukan di Indonesia Timur
Baca juga: Jawa Timur masih punya 2.610 penderita kusta
"Dari 14 kabupaten dan kota, hanya ada satu rumah sakit khusus kusta, yakni RS Alverno Singkawang, itupun tidak memiliki wilayah kerja, hanya menampung penderita yang datang," kata Pengelola Program Penyakit Kusta Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Hendri saat dihubungi di Pontianak, Senin.
Ia melanjutkan, para penderita kusta setelah di diagnosa dan diobati, lalu dikembalikan ke wilayah puskesmas masing-masing. "Jadi sifatnya mereka mendiagnosa dan memberikan pengobatan peluasan sebab RS Kusta tidak berperan seperti dulu lagi dan harus dikembalikan ke masyarakat, jadi untuk pelayanan dan pendekatannya lebih ke puskesmas," kata dia.
Ia menambahkan, Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar juga berupaya untuk mengatasi stigma masyarakat terhadap penderita penyakit kusta melalui program Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). Tujuannya agar masyarakat tahu bahwa kusta tidak perlu ditakuti. "Misalnya melalui kegiatan-kegiatan seperti peringatan Hari Kusta Sedunia dengan talkshow di radio, dan memasang poster atau spanduk tentang kusta," ujar Hendri.
Pemprov Kalbar juga rutin survei ke desa untuk deteksi dini kusta dengan melacak penderita kusta di desa-desa misalnya untuk mengetahui apakah ada penderita yang masih aktif.
Namun sebelum itu petugas desa dilatih terlebih dahulu atau diberi sedikit pemahaman supaya di lapangan sudah tahu terlebih dulu informasi tentang penyakit kusta seperti apa gejalanya, apa yang harus dilakukan dan jangan sampai petugas menstigma penderita kusta.
Hendri menegaskan, penyakit kusta ini sama dengan penyakit menular lain bukan karena penyakit turunan atau karena sihir. "Penyakit kusta ini sama dengan penyakit menular lainnya yang bisa diobati," kata dia.
Penyebab penyakit kusta ini adalah bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang bagian susunan saraf tepi, kulit, mata, dan tulang bila tidak segera diobati.
Penularan kusta melalui kontak erat dan lama. Misal penular dan yang ditularkan berbaring di tempat yang sama. Penularannya juga cukup lama baru timbul yakni sekitar enam bulan sampai dua tahun, bahkan kadang ada yang sampai 10 tahun baru timbul gejalanya.
Penularan ini juga melalui droplet atau percikan air liur halus yang terhirup tetapi untuk prevalensinya jauh, misal dari beberapa orang hanya satu yang tertular sehingga terbilang sangat susah untuk penularannya.
Baca juga: Kemenkes: rata-rata kasus baru kusta 15 ribu per tahun
Baca juga: Kemenkes: kusta masih ditemukan di Indonesia Timur
Baca juga: Jawa Timur masih punya 2.610 penderita kusta
Pewarta: Teguh Imam Wibowo
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019
Tags: