Menteri BUMN dorong Pupuk Indonesia turunkan biaya produksi pupuk bersubsidi
8 Februari 2019 18:43 WIB
Menteri BUMN Rini Soemarno (paling kanan) didampingi Direktur Utama PT Pupuk Indonesia Aas Asikin Idat (kedua dari kanan) mendengarkan aspirasi dari pemilik kios pengecer pupuk dan petani di Gudang Lini III, Cianjur, Jawa Barat pada Jumat (8/2/2019). (Antara News/Aji Cakti)
Cianjur (ANTARA News) - Menteri Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) Rini Soemarno mendorong agar PT Pupuk Indonesia bisa menurunkan biaya produksi pupuk bersubsidi.
"Saya memang mendorong kepada grup Pupuk Indonesia untuk bisa menurunkan biaya produksi, bagaimana mengefisienkan diri sehingga biaya produksi Rp4.500 itu bisa lebih turun," ujar Menteri Rini kepada wartawan di Cianjur, Jawa Barat, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa produksi pupuk itu bahan bakunya adalah gas, sedangkan gas sekarang ini harganya cukup mahal sehingga biaya produksi pupuk berkisar Rp 4.500. Namun, petani mendapatkan pupuk bersubsidi yang dijual dengan harga Rp1.800, dengan selisih kekurangannya sekitar Rp2.700 disubsidi oleh negara.
"Kalau umpamanya biaya produksi Rp4.500 turun menjadi Rp4.000 saja berarti jumlah pupuk yang disubsidi bisa lebih banyak, tanpa negara harus menambah uang. Ini yang kita dorong," ujar Rini.
Ia mengatakan terus berkomunikasi dengan kementerian ESDM terkait bagaimana bisa menurunkan harga gas tersebut, salah satunya dengan mencoba mendapatkan gas dari proses mengubah batu bara yang kalorinya rendah menjadi gas.
"Ini salah satunya bisa jadi bahan baku untuk pupuk. Kita harapkan dengan demikian biaya produksinya bisa lebih murah. Hal-hal ini yang coba kita lakukan," kata Menteri BUMN saat meninjau stok pupuk bersubsidi Pupuk Indonesia.
Menteri Rini juga terus mendorong BUMN untuk melihat alternatif-alternatif bahan baku, sehingga memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Pada kesempatan itu, Rini meninjau stok pupuk bersubsidi PT Pupuk Indonesia di Gudang Lini III yang berlokasi di Pasir Hayam, Cianjur sekaligus mendengarkan aspirasi dari pemilik kios pengecer pupuk dan petani setempat.
"Saya memang mendorong kepada grup Pupuk Indonesia untuk bisa menurunkan biaya produksi, bagaimana mengefisienkan diri sehingga biaya produksi Rp4.500 itu bisa lebih turun," ujar Menteri Rini kepada wartawan di Cianjur, Jawa Barat, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa produksi pupuk itu bahan bakunya adalah gas, sedangkan gas sekarang ini harganya cukup mahal sehingga biaya produksi pupuk berkisar Rp 4.500. Namun, petani mendapatkan pupuk bersubsidi yang dijual dengan harga Rp1.800, dengan selisih kekurangannya sekitar Rp2.700 disubsidi oleh negara.
"Kalau umpamanya biaya produksi Rp4.500 turun menjadi Rp4.000 saja berarti jumlah pupuk yang disubsidi bisa lebih banyak, tanpa negara harus menambah uang. Ini yang kita dorong," ujar Rini.
Ia mengatakan terus berkomunikasi dengan kementerian ESDM terkait bagaimana bisa menurunkan harga gas tersebut, salah satunya dengan mencoba mendapatkan gas dari proses mengubah batu bara yang kalorinya rendah menjadi gas.
"Ini salah satunya bisa jadi bahan baku untuk pupuk. Kita harapkan dengan demikian biaya produksinya bisa lebih murah. Hal-hal ini yang coba kita lakukan," kata Menteri BUMN saat meninjau stok pupuk bersubsidi Pupuk Indonesia.
Menteri Rini juga terus mendorong BUMN untuk melihat alternatif-alternatif bahan baku, sehingga memberikan yang terbaik bagi masyarakat.
Pada kesempatan itu, Rini meninjau stok pupuk bersubsidi PT Pupuk Indonesia di Gudang Lini III yang berlokasi di Pasir Hayam, Cianjur sekaligus mendengarkan aspirasi dari pemilik kios pengecer pupuk dan petani setempat.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019
Tags: