Bogor (ANTARA News) - Direktorat Program Pendidikan Kompetensi Umum Institut Pertanian Bogor (PPKU-IPB) mengenalkan metode pembelajaran asal Jepang yang dikenal dengan Kikigagi kepada para mahasiswanya.

Direktur PPKU IPB, Prof Dr Toni Bakhtiar, S.Si, M.Sc, dalam penjelasan melalui Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Jumat menjelaskan bahwa kegiatan yang dikemas dalam bentuk seminar, dan juga diikuti sejumlah pelajar SMA dari berbagai daerah di Indonesia itu menghadirkan narasumber utama Nahoko Yoshino, dari LSM Kyouzon no Mori Network, di Jepang.

Puluhan siswa SMA dari Gorontalo, Bogor, Palangkaraya (Kalteng) dan Donggala-Palu (Sulteng) itu berbaur bersama ratusan mahasiswa IPB, pada kegiatan yang dilaksanakan pada pekan pertama Februari lalu.

Dalam kesempatan itu, Nahoko Yoshino menjelaskan bahwa Kikigaki adalah salah satu metode pembelajaran bagi generasi muda tentang pengetahuan dan kearifan generasi tua dengan cara menggali dan mendokumentasikannya.

Ia mengatakan bahwa aktivitas itu dilakukan melalui dialog tatap muka langsung dan pewawancara menuliskan kembali hanya apa yang diucapkan oleh narasumber tanpa menambahkan sudut pandang dari pewawancara.

Kikigaki sendiri memiliki arti mendengar dan menulis.

"Inilah salah satu keunikan dari metode kikigaki, di mana pembaca karya kikigaki seolah-olah mendengarkan narasumber tersebut berbicara secara langsung," katanya.

Dikemukakannya bahwa kikigaki setiap tahun diajarkan kepada 100 siswa SMA di Jepang dan sudah dimulai sejak tahun 2002.

Menurut Tony Bakhtiar, kikigaki juga dapat diterapkan sebagai bagian pendidikan literasi bagi mahasiwa PPKU IPB yang dapat menjadi bagian pendidikan karakter.

"Salah satu kebiasaan orang Jepang adalah menulis. Kebiasaan sederhana ini saya rasa sangat baik untuk ditiru," katanya.

Ia menambahkan bahwa metode itu akan bermakna jika dijalankan secara berkesinambungan.

Menurut dia, bila metode kikigaki diterapkan di IPB, diharapkan mahasiwa PPKU IPB dapat meningkatkan rasa empati mahasiswa terhadap sesama, serta dapat menggali keunikan yang ada di daerah masing-masing.

Sehingga, kata dia, kearifan lokal dan ilmu lokal dapat terekspos kembali serta dikembangkan lebih lanjut sebagai bagian dari proses capture knowledge bagi mahasiswa IPB.

Sementara itu, Asisten Direktur Bidang Asrama Mahasiswa dan Kemahasiswaan PPKU IPB Dr Zaenal Abidin, S.Si. M.Agr menambahkan metode "kikigaki" di Indonesia, awalnya diperkenalkan kepada SMA Kornita, dan SMA di Palu dan Donggala pada 2012.

"Dan mulai tahun 2018 diperluas pengembangannya kepada SMA di Kota Palangkaraya dan Gorontalo," kata Zaenal Abidin, yang juga Sekjen Kikigaki Indonesia,

Menurut dia, bencana gempa dan tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala pada bulan September tahun 2018 membuat siswa asal dua daerah itu tidak dapat mengikuti lomba Kikigaki Indonesia.

Sedangkan staf pengajar Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (SKPM-FEMA) IPB, Dr Ir Soeryo Adiwibowo, menambahkan bahwa kikigaki tidak hanya dapat mempelajari tentang pengetahuan dan kearifan generasi tua saja.

Namun, metode itu ternyata dapat diterapkan pada tingkat kemanusiaan dan menjadi inovasi pada pendidikan mitigasi bencana.


Baca juga: IPB-Jepang Kerja Sama Penelitian

Baca juga: Pangeran Akishino Terima Penghargaan Peneliti Senior IPB