Surabaya (ANTARA News) - Perum Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2019 dengan melakukan sosialisasi pencegahan berita hoaks di kalangan pelajar di SMK Negeri (SMKN) I Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat.

"Dengan adanya acara ini, kami berharap tidak ada lagi agen hoaks," kata Redaktur Pelaksana Perum LKBN Antara Sapto Heru Purnomojoyo saat memberikan sambutan pembukaan di acara Antara Goes to School 2019 dengan tema Berbagi Pengetahuan Cegah Berita Hoaks dan Asyiknya Bermedia Sosial di SMKN I Surabaya.

Sementara itu, Wakil Kepala SMKN I Surabaya Asslamet mengatakan pembekalan seputar pentingnya mengetahui berita hoaks dan tidak yang diberikan LKBN Antara ini cukup penting, khususnya di kalangan pelajar.

"Apalagi pada tahun politik saat ini, serangan berita hoaks bertubi-tubi, di mana-mana," katanya.

Untuk itu, ia berharap hasil dari kegiatan ini bisa menjadikan pelajaran atau kehati-hatian di kalangan pelajar SMKN 1 Surabaya dalam bermedia sosial.

Kepala Desk Radar, Viral dan Jacx Perum LKBN Antara Panca Hari Prabowo selaku nara sumber menjelaskan bahwa hoaks atau kabar bohong adalah tindakan yang dimaksudkan untuk mampu atau seakan memberikan informasi yang benar dengan maksud menyesatkan. Medium yang digunakan dapat berupa teks, foto, video dan infografis.

Ia mengatakan ada beberapa alasan hoaks marak akhir-akhir ini, yakni karena adanya perubahan pola masyarakat dalam mengonsumsi berita. Selain itu, perkembangan penggunaan layanan dan juga ragam dari konten internet serta perkembangan media sosial yang juga menjadi penyebab maraknya berita hoaks yang terjadi akhir-akhir ini.

"Ini juga karena rendahnya literasi di kalangan masyarakat saat ini," kata wartawan senior Antara ini.

Untuk itu, ia mengingatkan kepada para pelajar SMKN I agar bisa mengenali hoaks dengan cara yakni mengenali domain atau URL dari sumber berita tersebut. Baca dengan seksama bagian about us dalam situs sumber berita, cek sumber yang memberikan kutipan apakah kredibel atau tidak, cek kridibilitas nara sumber dengan cara mencari di search engine.

Selain itu, cek dan keakuratan komentarnya, apakah menggunakan bahasa yang hiperbola, logis atau tidak sesuai kelaziman. Terakhir cek foto yang digunakan, bisa menggunakan google reverse atau apalikasi sejenis.
Perum Lembaga Kantor Berita Nasional Antara melakuukan sosialisasi pencegahan berita hoaks di kalangan pelajar di SMK Negeri I Kota Surabaya, Jawa Timur, Jumat (8/2/2019). (ANTARA)


Sedangkan Hesti Nurmi Oktaviani yang merupakan Koordinator Viral dan Pengembangan Komunitas Desk Radar, Viral dan Jacx Perum LKBN Antara, lebih menekankan pada cara bijak dalam menggunakan sosial media serta asyiknya bermedia sosial.

"Jadi bermedia sosial yang asyik itu harus bermanfaat, menginspirasi dan tidak menyebarkan berita hoaks dan kebencian. Intinya bermedia sosial yang baik itu sama saja mengiklankan diri kita sendiri," katanya.

Salah seorang siswi kelas X SMKN I Surabaya Kristin menanyakan bagaimana menyikapi jika ada berita di televisi yang diketahui sudah memenuhi kaidah jurnalistik, tetapi setelah diverifikasi ternyata tidak benar.

Panca menanggapi pertanyaan itu mengatakan bahwa wartawan itu mempunyai kode etik yang harus dipatuhi saat peliputan. Tentunya wartawan harus cek dan ricek data sebelum mengeluarkan berita.

"Tapi kalau ada berita yang salah, nara sumber mempunyai hak jawab untuk meralat berita yang salah itu. Media yang menulis berita salah itu juga bisa dilaporkan ke Dewan Pers agar mendapat teguran," kata Panca.

Baca juga: Ronda digital harus digalakkan perangi hoaks di medsos
Baca juga: Syekh Fajar Laksana: hoaks adalah dosa besar
Baca juga: Presiden: Hoaks harus diluruskan untuk menghindari perpecahan