New York (ANTARA News) - Saham-saham di Wall Street turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena kekhawatiran atas kemungkinan perlambatan pertumbuhan global dan ketidakpastian perdagangan yang hidup kembali, membebani pasar.

Indek Dow Jones Industrial Average merosot 220,77 poin atau 0,87 persen, menjadi ditutup di 25.169,53 poin. Indeks S&P 500 turun 25,56 poin atau 0,94 persen, menjadi berakhir di 2.706,05 poin. Indeks Komposit Nasdaq berkurang 86,93 poin atau 1,18 persen, menjadi ditutup di 7.288,35 poin.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 utama ditutup lebih rendah, dengan sektor energi jatuh 2,13 persen, memimpin penurunan.

Saham-saham teknologi utama AS atau yang disebut kelompok FAANG, yakni Facebook, Apple, Amazon, Netflix, dan induk perusahaan Google, Alphabet, semuanya menurun. Sektor teknologi merosot 1,44 persen.

Komisi Eropa pada Kamis (7/2) memangkas perkiraan pertumbuhan 2019 menjadi 1,3 persen dari 1,9 persen pada 2018. Prakiraan pertumbuhan untuk Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol juga dipangkas.

Proyeksi tersebut menyalakan kembali kekhawatiran bahwa ekonomi global mungkin akan melambat.

Wall Street juga semakin khawatir tentang perselisihan perdagangan global. Masalah perdagangan telah menjadi bagian besar dari kecemasan pasar sejak 2018.

"Meskipun ekspor hanya 10 persen dari PDB AS, 43 persen pendapatan perusahaan S&P 500 berasal dari luar Amerika Serikat," kata Peneliti di Bank of America Merrill LynchDavid Woo, dalam sebuah catatan baru-baru ini seperti yang dikutip dari Xinhua.

Jika ketegangan perdagangan meningkat, tidak mungkin Amerika Serikat akan bisa lepas dari konsekuensinya, Woo menambahkan.

Pada laba perusahaan, Twitter melaporkan laba kuartalan yang mengalahkan ekspektasi analis pada Kamis (7/2). Namun, saham perusahaan media sosial AS itu anjlok sekitar 10 persen karena perusahaan juga mengungkapkan proyeksi yang suram.

Di sisi ekonomi, dalam pekan yang berakhir 2 Februari, klaim pengangguran awal AS, angka kasar untuk mengukur pemutusan hubungan kerja (PHK), tercatat 234.000, turun 19.000 dari tingkat yang tidak direvisi minggu sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis (7/2). Angka ini gagal memenuhi konsensus pasar.