Ternate (ANTARA News) - Komando Resimen (Korem) 152/Babullah Ternate, Maluku Utara, menggelar simulasi penanganan konflik komunal yang terjadi antarpendukung kandidat pemilu 2019 dengan menerjunkan 1.200 personel di wilayah Kota Ternate.

Danrem 152/Babullah Ternate, Kolonel Inf Endro Satoto melalui siaran pers yang diterima Antara, Kamis, mengatakan, kegiatan latihan pengamanan Pemilu ini dilaksanakan di seluruh satuan TNI se-Indonesia. Begitu juga di Maluku utara (Malut) dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota Se-Malut.

Kegiatan latihan ini sangat penting mengingat Tahun 2019 ini ada pesta demokrasi pemilihan Legislatif dan Presiden, hal ini sesuai yang diamatkan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang TNI dalam poin perbantuan kekuatan TNI kepada Polri yang tentu saja sesuai dengan mekanisme prosedural yang berlaku.

Menurut Danrem, kegiatan latihan sendiri telah berlangsung sejak tanggal 30 Januari hingga 7 Februari 2019.

Danrem mengatakan, atas permintaan Gubernur Maluku Utara kepada Pangdam XVI/Pattimura dengan persetujuan Presiden maka Pangdam memerintahkan Danrem 152/Babullah melaksanakan pengerahan kekuatan guna meredam konflik komunal yang terjadi di Maluku Utara, Danrem kemudian memerintahkan Dandim 1501/Ternate, Dandim 1505/Tidore, Dandim 1508/Tobelo, Dandim 1509/Labuha dan Dandim 1510/Sanana untuk menggelar dan mengerahkan kekuatan guna meredamkonflik yang ada.

Di Ternate, konflik antarkedua kubu tidak dapat dielakkan lagi hingga jatuhnya korban jiwa maupun luka-luka, tim PHH TNI segera diterjunkan dan melerai dan mengurai masa hingga melakukan penyekatan baik di dalam wilayah Ternate maupun mengantisipasi adanya pengerahan masa dari luar pulau. Selain itu TNI bersama Forkopimda Malut segera melakukan rekonsiliasi guna mempertemukan dan mendamaikan kedua kubu yang bertikai sehingga mereka bersepakat untuk berdamai.

Dalam simulasi yang dilaksanakan di seluruh Kabupaten Kota Se-Maluku Utara, total kekuatan sebanyak 5.000 personel.

Disimulasikan telah terjadi ketidak puasan atas hasil pemilihan umum di Provinsi Maluku Utara sehingga menimbulkan gejolak di masyarakat simpatisan kandidat, kegiatan diawali dengan aksi unjuk rasa dari kubu pihak yang kalah dengan membawa isu kecurangan di kantor Bawaslu.

Kemudian setelah tidak ditanggapi massa dengan kekuatan ribuan orang tersebut melakukan aksi di Kantor Walikota Ternate sedangkan kubu yang menang juga melakukan aksi di Kantor KPU Maluku Utara guna mendesak segera dilaksanakan penetapan hasil pemilihan umum oleh KPU, kemudian dilanjutkan dengan melakukan orasi kemenangan di lapangan Salero.

Atas kejadian tersebut, kubu massa yang kalah merasa tidak terima dan menuju lapangan Salero guna menghentikan kegiatan dari kubu seberang sehingga potensi konflik tidak dapat dielakkan.

Baca juga: Wakapolda Papua ungkap kerawanan pemilu

Baca juga: Sumbar peringkat ketiga nasional rawan pemilu

Baca juga: Pemilu 2019, Polda Papua Barat endus potensi kerawanan