Industri kimia hilir siap implementasikan Indonesia 4.0
7 Februari 2019 15:11 WIB
Seorang anak berjalan di atas tumpukan sampah plastik yang berserakan di Pantai Padang, Sumatera Barat, Selasa (22/1/2019). Data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun, dengan 3,2 juta ton diantaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) menyampaikan bahwa anggotanya yang sebagian besar terdiri dari industri kimia hilir siap mengimplementasikan revolusi industri Indonesia 4.0.
"Industri kimia hulu sudah terlebih dahulu mengimplementasikan 4.0, sekarang kami sedang mempersiapkan hilirnya untuk mengimplementasikan revolusi industri keempat ini," kata Sekretaris Jenderal Inaplas, Fajar Budiyono dihubungi di Jakarta, Kamis.
Fajar menyampaikan, untuk mengimplementasikan Indonesia 4.0, industri kimia hilir akan memantapkan dua hal, yakni dibidang sumber daya manusia (SDM) serta sektor penelitian dan pengembangan industri.
Untuk itu, industri kimia hilir tengah menantikan implementasi insentif berupa super deductible tax atau pengurangan pajak di atas 100 persen.
"Industri hilir memang perlu dirangsang untuk memanfaatkannya. Kecepatan dan inovasi memang sangat penting," ungkap Fajar.
Kendati demikian, Fajar menyampaikan bahwa industri hilir kimia masih menghadapi tantangan tentang pelarangan penggunaan plastik oleh beberapa kepala daerah.
Inaplas memandang, pelarangan plastik di sejumlah daerah merupakan langkah yang kurang tepat, karena yang perlu dilakukan adalah pengelolaan sampah plastik.
"Hal yang penting dilakukan sebenarnya adalah pengelolaan sampah sejak di rumah tangga. Sehingga, kami punya program yang namanya Sampah Zero, jadi bagaimana sampah itu tidak ada yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir, semuanya jadi bernilai tambah" ujar Fajar.
Fajar menambahkan, Inaplas tengah menggagas program Sampah Zero tersebut untuk diimplementasikan di beberapa daerah, di antaranya Cirebon, Cilegon, dan Indramayu.
Dengan semakin tersosialisasinya program tersebut, Fajar optimistis pengelolaan sampah plastik akan semakin baik di Indonesia.
"Kalau ini jalan, maka penerapan Indonesia 4.0 di industri kimia hilir juga saya yakin lebih cepat," tukas Fajar.
"Industri kimia hulu sudah terlebih dahulu mengimplementasikan 4.0, sekarang kami sedang mempersiapkan hilirnya untuk mengimplementasikan revolusi industri keempat ini," kata Sekretaris Jenderal Inaplas, Fajar Budiyono dihubungi di Jakarta, Kamis.
Fajar menyampaikan, untuk mengimplementasikan Indonesia 4.0, industri kimia hilir akan memantapkan dua hal, yakni dibidang sumber daya manusia (SDM) serta sektor penelitian dan pengembangan industri.
Untuk itu, industri kimia hilir tengah menantikan implementasi insentif berupa super deductible tax atau pengurangan pajak di atas 100 persen.
"Industri hilir memang perlu dirangsang untuk memanfaatkannya. Kecepatan dan inovasi memang sangat penting," ungkap Fajar.
Kendati demikian, Fajar menyampaikan bahwa industri hilir kimia masih menghadapi tantangan tentang pelarangan penggunaan plastik oleh beberapa kepala daerah.
Inaplas memandang, pelarangan plastik di sejumlah daerah merupakan langkah yang kurang tepat, karena yang perlu dilakukan adalah pengelolaan sampah plastik.
"Hal yang penting dilakukan sebenarnya adalah pengelolaan sampah sejak di rumah tangga. Sehingga, kami punya program yang namanya Sampah Zero, jadi bagaimana sampah itu tidak ada yang dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir, semuanya jadi bernilai tambah" ujar Fajar.
Fajar menambahkan, Inaplas tengah menggagas program Sampah Zero tersebut untuk diimplementasikan di beberapa daerah, di antaranya Cirebon, Cilegon, dan Indramayu.
Dengan semakin tersosialisasinya program tersebut, Fajar optimistis pengelolaan sampah plastik akan semakin baik di Indonesia.
"Kalau ini jalan, maka penerapan Indonesia 4.0 di industri kimia hilir juga saya yakin lebih cepat," tukas Fajar.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2019
Tags: