BPBD Yogyakarta: tingkatkan kewaspadaan potensi talut longsor
6 Februari 2019 19:20 WIB
Tanah Longsor Kulonprogo Petugas kepolisian bersama Tagana dan masyarakat membersihkan puing rumah yang tertimpa longsoran tanah di Kluwih, Pendoworejo, Kulonprogo, DI Yogyakarta, Rabu (16/12). Dua rumah rusak berat akibat talut yang longsor pada Selasa (15/12) malam tersebut. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
Yogyakarta, (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta mengingatkan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai dengan tebing atau talut yang tinggi agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi tanah longsor saat musim hujan.
"Daerah dengan tebing atau talut sungai yang tinggi biasanya rawan longsor. Kami sudah selalu mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi-potensi longsor yang meningkat saat musim hujan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Hari Wahyudi, di Yogyakarta, Rabu.
Selain itu, kata Hari, wilayah yang perlu diwaspadai karena memiliki potensi longsor adalah di titik belokan sungai karena arus sungai biasanya menjadi lebih kuat dibanding wilayah dengan aliran sungai yang lusur.
"Secara umum, seluruh wilayah di bantaran sungai di Kota Yogyakarta rawan longsor. Namun, kami kesulitan untuk menentukan wilayah mana yang paling rawan karena penyebab longsor berasal dari banyak faktor," katanya.
Hari menyebut, potensi longsor tidak hanya disebabkan faktor kuatnya arus sungai saat terjadi peningkatan debit air akibat hujan deras, tetapi juga bisa dipicu oleh faktor lain yang biasanya justru tidak terlihat secara langsung.
"Saat terjadi hujan lebat, masyarakat biasanya akan langsung waspada. Tetapi, perlu diingat bahwa longsor juga bisa disebabkan faktor lain seperti kerusakan saluran air hujan dan saluran air limbah yang menyebabkan air merembes dan akhirnya menyebabkan longsor," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta warga untuk bisa memantau kondisi di lingkungan tempat tinggal mereka dan mengingat-ingat jika ada perubahan sekecil apapun karena bisa saja menjadi penanda awal terjadinya longsor.
"Misalnya saja, jalan aspal yang seharusnya keras menjadi seperti jalanan yang membal saat dilalui akibat saluran air di bawahnya bocor. Tanah pun menjadi jenuh dengan air dan akhirnya longsor. Atau tanah yang tiba-tiba berlubang karena tergerus air secara terus-menerus," katanya.
BPBD Kota Yogyakarta, kata dia, sudah memberikan informasi kepada kampung tangguh bencana (KTB) yang ada di wilayah terkait tanda-tanda longsor sehingga bisa membantu masyarakat untuk melakukan langkah antisipasi dan penanganan awal.
Jika mengacu pada aturan, kata dia, maka seharusnya wilayah sempadan sungai harus bebas dari permukiman. Namun, untuk di Kota Yogyakarta akan sulit. Oleh karenanya, penataan yang dilakukan adalah dengan menyediakan jalan inspeksi di bantaran sungai. Setidaknya, sungai punya ruang," katanya.
Hingga saat ini, BPBD Kota Yogyakarta mencatat sudah ada delapan kasus talut longsor, di antaranya berada di Juminahan, Kricak, Gampingan, Tamansari, dan kasus terakhir terjadi longsor di Sudagaran Tegalrejo dengan panjang 15 meter dan tinggi 20 meter. Sebelumnya, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi juga mengingatkan potensi meningkatnya curah hujan dalam beberapa hari ke depan sehingga seluruh pihak termasuk KTB diminta untuk terus mewaspadai berbagai potensi bencana.
"Wilayah yang teridentifikasi sebagai wilayah rawan bencana untuk segera melakukan langkah antisipasi. Kami juga sudah memiliki grup percakapan agar jika terjadi bencana dapat ditangani secara cepat," demikian Hari Wahyudi.
Baca juga: BPBD Yogyakarta putuskan seluruh dana rehabilitasi-rekonstruksi untuk perbaikan Talut Juminahan
"Daerah dengan tebing atau talut sungai yang tinggi biasanya rawan longsor. Kami sudah selalu mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi-potensi longsor yang meningkat saat musim hujan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Hari Wahyudi, di Yogyakarta, Rabu.
Selain itu, kata Hari, wilayah yang perlu diwaspadai karena memiliki potensi longsor adalah di titik belokan sungai karena arus sungai biasanya menjadi lebih kuat dibanding wilayah dengan aliran sungai yang lusur.
"Secara umum, seluruh wilayah di bantaran sungai di Kota Yogyakarta rawan longsor. Namun, kami kesulitan untuk menentukan wilayah mana yang paling rawan karena penyebab longsor berasal dari banyak faktor," katanya.
Hari menyebut, potensi longsor tidak hanya disebabkan faktor kuatnya arus sungai saat terjadi peningkatan debit air akibat hujan deras, tetapi juga bisa dipicu oleh faktor lain yang biasanya justru tidak terlihat secara langsung.
"Saat terjadi hujan lebat, masyarakat biasanya akan langsung waspada. Tetapi, perlu diingat bahwa longsor juga bisa disebabkan faktor lain seperti kerusakan saluran air hujan dan saluran air limbah yang menyebabkan air merembes dan akhirnya menyebabkan longsor," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta warga untuk bisa memantau kondisi di lingkungan tempat tinggal mereka dan mengingat-ingat jika ada perubahan sekecil apapun karena bisa saja menjadi penanda awal terjadinya longsor.
"Misalnya saja, jalan aspal yang seharusnya keras menjadi seperti jalanan yang membal saat dilalui akibat saluran air di bawahnya bocor. Tanah pun menjadi jenuh dengan air dan akhirnya longsor. Atau tanah yang tiba-tiba berlubang karena tergerus air secara terus-menerus," katanya.
BPBD Kota Yogyakarta, kata dia, sudah memberikan informasi kepada kampung tangguh bencana (KTB) yang ada di wilayah terkait tanda-tanda longsor sehingga bisa membantu masyarakat untuk melakukan langkah antisipasi dan penanganan awal.
Jika mengacu pada aturan, kata dia, maka seharusnya wilayah sempadan sungai harus bebas dari permukiman. Namun, untuk di Kota Yogyakarta akan sulit. Oleh karenanya, penataan yang dilakukan adalah dengan menyediakan jalan inspeksi di bantaran sungai. Setidaknya, sungai punya ruang," katanya.
Hingga saat ini, BPBD Kota Yogyakarta mencatat sudah ada delapan kasus talut longsor, di antaranya berada di Juminahan, Kricak, Gampingan, Tamansari, dan kasus terakhir terjadi longsor di Sudagaran Tegalrejo dengan panjang 15 meter dan tinggi 20 meter. Sebelumnya, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi juga mengingatkan potensi meningkatnya curah hujan dalam beberapa hari ke depan sehingga seluruh pihak termasuk KTB diminta untuk terus mewaspadai berbagai potensi bencana.
"Wilayah yang teridentifikasi sebagai wilayah rawan bencana untuk segera melakukan langkah antisipasi. Kami juga sudah memiliki grup percakapan agar jika terjadi bencana dapat ditangani secara cepat," demikian Hari Wahyudi.
Baca juga: BPBD Yogyakarta putuskan seluruh dana rehabilitasi-rekonstruksi untuk perbaikan Talut Juminahan
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: