Meningkat tajam, DBD di Kota Kupang-NTT capai 305 kasus
6 Februari 2019 12:45 WIB
Menkes Kunjungi NTT Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek (ketiga kanan) berdialog dengan seorang anak yang sedang sakit di Puskesmas Ramah Anak Pasir Panjang saat melakukan kunjungan kerja di Kupang, NTT, Jumat (22/4/2016). Puskesmas Ramah Anak Pasir Panjang merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di NTT yang didirikan setelah kota Kupang dinobatkan sebagai kota layak anak. (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)
Kupang (ANTARA News) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang mencatat kasus demam berdarah dengue (DBD) yang menjangkiti warga di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timu r(NTT) itu terus mengalami peningkatan tajam dari sebelumnya hanya 23 kasus pada Januari 2019, kini di awal Februari sudah mencapai 305 kasus.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kupang, Sri Wahyuningsih, ketika ditemui Antara di Kupang, Rabu, mengatakan, penderita DBD merupakan pasien yang dirawat di berbagai fasilitas layanan kesehatan di ibu kota provinsi NTT ini.
"Kasus DBD yang terjadi di kota Kupang sudah mencapai 305 kasus. Para penderita DBD itu pada umumnya menjalani perawatan di berbagai layanan kesehatan seperti puskesmas, RSUD SK.Lerik serta berbagai rumah sakit lainnya di Kota Kupang," katanya.
Sri mengatakan, para penderita DBD yang dirawat di berbagai layanan kesehatan itu semuanya telah ditangani secara baik oleh para petugas kesehatan sehingga sebagian di antaranya sudah sembuh dari penyakit DBD.
"Kami melayani para penderita secara maksimal karena kasus DBD di Kota Kupang sudah kategori kejadian luar biasa (KLB) sehingga semua petugas kesehatan di puskesmas dan RSUD saat ini dalam kondisi siaga DBD," ujarnya.
Kendati terdapat ratusan penderita DBD, kata Sri, namun tidak ada laporan tentang adanya penderita DBD yang meninggal.
"Kami berharap tidak sampai ada pasien yang meninggal dunia karena DBD sehingga para petugas kesehatan sudah diinstruksikan apabila ada pasien DBD yang datang berobat harus ditangani secara cepat. Apabila harus dirujuk ke RSU agar difasilitas ke RSUD SK Lerik,"tegas Sri.
Ia mengatakan, 11 Puskesmas di Kota Kupang dalam kondisi siaga DBD selama 24 jam guna mempercepat penanganan pasien setelah pemerintah Kota Kupang menetapKan daerah ini status KLB DBD pada 23 Januari 2019.
Baca juga: Puskesmas di Kupang buka Posko KLB DBD
Baca juga: Kupang bagikan larvasida untuk cegah DBD
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Kupang, Sri Wahyuningsih, ketika ditemui Antara di Kupang, Rabu, mengatakan, penderita DBD merupakan pasien yang dirawat di berbagai fasilitas layanan kesehatan di ibu kota provinsi NTT ini.
"Kasus DBD yang terjadi di kota Kupang sudah mencapai 305 kasus. Para penderita DBD itu pada umumnya menjalani perawatan di berbagai layanan kesehatan seperti puskesmas, RSUD SK.Lerik serta berbagai rumah sakit lainnya di Kota Kupang," katanya.
Sri mengatakan, para penderita DBD yang dirawat di berbagai layanan kesehatan itu semuanya telah ditangani secara baik oleh para petugas kesehatan sehingga sebagian di antaranya sudah sembuh dari penyakit DBD.
"Kami melayani para penderita secara maksimal karena kasus DBD di Kota Kupang sudah kategori kejadian luar biasa (KLB) sehingga semua petugas kesehatan di puskesmas dan RSUD saat ini dalam kondisi siaga DBD," ujarnya.
Kendati terdapat ratusan penderita DBD, kata Sri, namun tidak ada laporan tentang adanya penderita DBD yang meninggal.
"Kami berharap tidak sampai ada pasien yang meninggal dunia karena DBD sehingga para petugas kesehatan sudah diinstruksikan apabila ada pasien DBD yang datang berobat harus ditangani secara cepat. Apabila harus dirujuk ke RSU agar difasilitas ke RSUD SK Lerik,"tegas Sri.
Ia mengatakan, 11 Puskesmas di Kota Kupang dalam kondisi siaga DBD selama 24 jam guna mempercepat penanganan pasien setelah pemerintah Kota Kupang menetapKan daerah ini status KLB DBD pada 23 Januari 2019.
Baca juga: Puskesmas di Kupang buka Posko KLB DBD
Baca juga: Kupang bagikan larvasida untuk cegah DBD
Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: