Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua MPR, Mahyudin, mengatakan, ada indikasi agen-agen untuk kepentingan asing masuk di semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Saya mengutip informasi Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, di ILC waktu itu tentang potensi bangsa Indonesia dan juga dari informasi beberapa intelijen," katanya dalam acara sosialisasi empat pilar MPR di Balikpapan, Selasa.

Ia katakan, memang ada indikasi seperti itu, bahwa agen-agen asing itu berusaha masuk ke seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara yang tujuannya adalah memecah belah bangsa Indonesia dari dalam, sehingga ada indikasi sampai pejabat, DPR, pengusaha, birokrat, tapi kita tidak tahu siapa mereka tapi rasa itu ada.

Ia menambahkan kondisi itu ditunjang sistem Pemilu berdasarkan suara terbanyak. Partai politik tidak lagi dapat mengendalikan, akhirnya kader-kader partai politik yang mumpuni, yang memiliki kemampuan, loyalitas, kalah bersaing dengan caleg yang memiliki uang, katanya.

Menurut dia, agen-agen tersebut dimasukan ke Indonesia dalam rangka 'proxy war' untuk dapat menguasai sumber daya yang dimiliki bangsa ini.

Indonesia yang secara geografis terletak di equator, memiliki sumber daya energi yang melimpah yang dibutuhkan oleh dunia. Hal inilah yang membuat iri bangsa-bangsa lain, katanya.

Indonesia menikmati berbagai sumber energi yang melimpah, mulai dari air hingga matahari yang terus bersinar sepanjang tahun. Hal inilah yang kemudian menjadi incaran banyak kepentingan.

Ia mengatakan, dunia semakin hari, semakin padat penduduknya. Pertumbuhan penduduk semakin cepat. Bila saat ini 4 miliar orang penduduk bumi, hanya dalam belasan tahun ke delan diperkirakan berlipat ganda hingga 14 miliar orang. Akibatnya, kebutuhan akan sumber daya energi juga meningkat pesat.

Hal inilah, kemudian memicu berbagai negara utamanya negara maju berkeiinginan untuk menguasai sumber-sumber energi dunia.

Ia mencontohkan, Irak yang diluluhlantahkan demi minyak yang ada di dalam bumi negara 1001 malam itu. Dengan menggunakan alasan adanya senjata pemusnah massal di negeri itu, Amerika Serikat menyerbu meluluhlantahkan negara itu.

Usai kehancuran Irak, tidak ditemukan senjata pemusnah massal di negeri itu, namun yang pasti sumber daya minyak telah dikuasai, katanya.

Ia mengatakan, penguasaan sumber-sumber energi tidak hanya dilakukan dengan melakukan perang bersenjata, namun juga dengan perang perantara seperti melalui perang ideologi, perang ekonomi dan perang proxy lainnya, melalui domba. Konflik-konflik di Timur Tengah merupkan contoh nyata dari proxy war itu.

Untuk itu, menurut dia, Indonesia harus memperkuat pilar-pilar dalam berbangsa dan bernegara, sehingga tidak mudah diadu domba.