Warga minta biaya relokasi terkait pengaktifan kereta Cibatu-Garut
4 Februari 2019 14:52 WIB
Ilustrasi - Pekerja memperbaiki bantalan rel Kereta Api (KA) di lokasi anjloknya gerbong listrik KA Malabar jurusan Malang-Bandung di KM 302+3/4 di Desa Karangkamulyan, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Sabtu (2/2/2019). (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)
Garut (ANTARA News) - Paguyuban Masyarakat Bantaran Rel Garut yang terkena pembukaan kembali jalur kereta api Stasiun Cibatu-Garut di Kabupaten Garut, Jawa Barat, menyatakan tidak puas dan kecewa jika mereka hanya diberikan uang kerahiman atau semacam kadeudeuh.
Warga membutuhkan biaya relokasi yang layak dan aman untuk tempat tinggal, kata Sekretaris Paguyuban Masyarakat Bantaran Rel Garut, Alimudin saat mendatangi Bupati Garut Rudy Gunawan di Garut, Senin.
"Kami belum menerima solusi yang nyata, kalau sekadar uang kerahiman, uang cuma-cuma, itu belum menjawab keinginan masyarakat," kata Alimudin menegaskan.
Ia menuturkan, dirinya sengaja menemui langsung Bupati Garut Rudy Gunawan untuk menanyakan nasib masyarakat yang terdampak reaktivasi kereta api di Garut.
Masyarakat, kata dia, mendesak Pemkab Garut untuk memikirkan masalah masyarakat tersebut yang saat ini membutuhkan perhatian dari pemerintah selain bentuk perhatian uang kerahiman.
"Kami datang menemui Pak Bupati untuk menanyakan sikap Pemkab. Selain itu, kami juga menanyakan perihal surat untuk bertemu dengan gubernur," ujarnya.
Jawaban dari Bupati Garut, kata Alimudin, surat aspirasi dari masyarakat sudah disampaikan kepada Gubernur Jabar, tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari Gubernur.
Masyarakat tidak menolak pembangunan rel rute Stasiun Cibatu-Garut, namun program tersebut belum memperhatikan nasib tempat tinggal warga. "Kalau tidak direlokasi, solusinya jalur yang dilalui jangan ke sana," katanya.
Bupati Garut, Rudy Gunawan, menyampaikan, program reaktivasi rel kereta api di daerah itu merupakan rencana Pemerintah Provinsi Jabar dan saat ini sudah mulai dikerjakan PTKAI.
Terkait aspirasi masyarakat bantaran rel, kata dia, sudah disampaikan kepada Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada 10 Januari 2019, dan hingga saat ini belum mendapatkan tanggapan.
"Sampai sekarang memang belum ada jawaban dari Pak Gubernur, setelah Presiden datang ke sini itu sudah kewenangan provinsi dan pusat," katanya.*
Warga membutuhkan biaya relokasi yang layak dan aman untuk tempat tinggal, kata Sekretaris Paguyuban Masyarakat Bantaran Rel Garut, Alimudin saat mendatangi Bupati Garut Rudy Gunawan di Garut, Senin.
"Kami belum menerima solusi yang nyata, kalau sekadar uang kerahiman, uang cuma-cuma, itu belum menjawab keinginan masyarakat," kata Alimudin menegaskan.
Ia menuturkan, dirinya sengaja menemui langsung Bupati Garut Rudy Gunawan untuk menanyakan nasib masyarakat yang terdampak reaktivasi kereta api di Garut.
Masyarakat, kata dia, mendesak Pemkab Garut untuk memikirkan masalah masyarakat tersebut yang saat ini membutuhkan perhatian dari pemerintah selain bentuk perhatian uang kerahiman.
"Kami datang menemui Pak Bupati untuk menanyakan sikap Pemkab. Selain itu, kami juga menanyakan perihal surat untuk bertemu dengan gubernur," ujarnya.
Jawaban dari Bupati Garut, kata Alimudin, surat aspirasi dari masyarakat sudah disampaikan kepada Gubernur Jabar, tetapi sampai saat ini belum ada tanggapan dari Gubernur.
Masyarakat tidak menolak pembangunan rel rute Stasiun Cibatu-Garut, namun program tersebut belum memperhatikan nasib tempat tinggal warga. "Kalau tidak direlokasi, solusinya jalur yang dilalui jangan ke sana," katanya.
Bupati Garut, Rudy Gunawan, menyampaikan, program reaktivasi rel kereta api di daerah itu merupakan rencana Pemerintah Provinsi Jabar dan saat ini sudah mulai dikerjakan PTKAI.
Terkait aspirasi masyarakat bantaran rel, kata dia, sudah disampaikan kepada Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada 10 Januari 2019, dan hingga saat ini belum mendapatkan tanggapan.
"Sampai sekarang memang belum ada jawaban dari Pak Gubernur, setelah Presiden datang ke sini itu sudah kewenangan provinsi dan pusat," katanya.*
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019
Tags: