Jakarta (ANTARA News) - Pengamat transportasi dari Institut Studi Transportasi (Instra) Deddy Herlambang mengharapkan tarif Moda Raya Terpadu (MRT) bisa kompetitif saat pertama kali dioperasikan secara komersial Maret mendatang.

"Saya pikir sebagai transportasi baru tarifnya bisa lebih kompetitif dari usulan kemarin sekitar Rp8.500 dari pihak MRT Jakarta," kata Deddy saat dihubungi di Jakarta, Sabtu petang.

Deddy menilai hal tersebut karena MRT adalah moda transportasi baru yang harus bisa menjadi pilihan alternatif dari moda transportasi yang sudah ada dan mumpuni di Jakarta, yakni TransJakarta.

"TransJakarta Rp3.500 bisa putar-putar se-Jakarta. Kalau memang niatnya pemerintah ingin mengalihkan masyarakat pada angkutan umum harus dicarikan solusi misal menambah subsidinya," kata Deddy.

Menurut Deddy, untuk pertama kali diluncurkan, MRT bisa mengenakan tarif Rp5.000 untuk 10 kilometer pertama dengan penambahan biaya per kilometer harus dipikirkan lagi.

"Transportasi ini masih baru dan masih harus disosialisasikan karenanya memang harus disubsidi oleh pemerintah," ucap Deddy menambahkan.

Pihak PT MRT Jakarta, telah mengusulkan tarifnya Rp8.500 secara rata-rata untuk 10 kilometer. Harga tersebut termasuk untuk uang naik (boarding) Rp1.500 dan per kilometernya Rp700 yang saat ini masih menunggu persetujuan dari Pemprov DKI Jakarta.

MRT Jakarta saat ini sudah hampir menyelesaikan pembangunan fase I dan ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada 24-31 Maret 2019 mendatang.

Fase I akan diujicoba publik dan latihan dalam keadaan darurat (emergency operating training) mulai 26 Februari 2019 mendatang hingga waktu operasi komersial.

Pada waktu tersebut, masyarakat umum juga bisa menggunakan moda transportasi baru di Jakarta ini dengan cuma-cuma, namun harus mendaftar terlebih dahulu di laman web resmi MRT Jakarta.

MRT Jakarta direncanakan akan menjadi bagian program terintegrasi transportasi di Jakarta bernama Jak Lingko yang akan mengintegrasikan moda angkutan MRT, LRT dan TransJakarta.