Kasus DBD Surabaya menurun
1 Februari 2019 14:53 WIB
Arsip Foto. Petugas Dinas Kesehatan Kota Surabaya melakukan pengasapan di kawasan Mastrip, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (25/1/2018), untuk membasmi nyamuk Aedes aegypti penyebar virus penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD). (ANTARA /Moch Asim)
Surabaya (ANTARA News) - Sementara daerah lain menghadapi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), di Kota Surabaya jumlah kasus infeksi akibat virus dengue itu sepanjang Januari 2019 menurun jika dibandingkan dengan kurun yang sama tahun sebelumnya.
"Memang menurun dibanding Januari 2018 yang jumlahnya mencapai 42 kasus. Saat ini hanya 23 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa kasus DBD dilaporkan di 11 dari 31 kecamatan di Kota Surabaya, dengan jumlah kasus tertinggi ada di Kecamatan Tandes (lima) dan Wonokromo (empat).
"Selain Tandes dan Wonokromo, kami berharap semua kecamatan di Surabaya untuk terus gencar mencegah DBD ini," katanya.
Febria menjelaskan saat ini ada sekitar 23 ribu kader Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) di seluruh Surabaya yang setiap pekan sekali turun ke rumah-rumah warga untuk memantau jentik nyamuk dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk.
"Mereka ini sukarelawan yang dengan ikhlas memantau jentik demi memberantas DBD ini," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan demam berdarah bisa dicegah dan pemerintah kota ingin terus menekan penularannya, antara lain dengan memberantas sarang nyamuk penular infeksi virus dengue.
"Di sini sudah ada penurunan dan saya yakin ini masih bisa ditekan kembali. Makanya, saya mohon dengan hormat untuk selalu menghindarkan keluarga dan tetangga kita dari DBD. Saya tidak ingin ada korban lagi di Surabaya," kata Risma.
Baca juga: Surabaya gencarkan pemantauan jentik nyamuk untuk cegah DBD
"Memang menurun dibanding Januari 2018 yang jumlahnya mencapai 42 kasus. Saat ini hanya 23 orang," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Jumat.
Ia menjelaskan bahwa kasus DBD dilaporkan di 11 dari 31 kecamatan di Kota Surabaya, dengan jumlah kasus tertinggi ada di Kecamatan Tandes (lima) dan Wonokromo (empat).
"Selain Tandes dan Wonokromo, kami berharap semua kecamatan di Surabaya untuk terus gencar mencegah DBD ini," katanya.
Febria menjelaskan saat ini ada sekitar 23 ribu kader Ibu Pemantau Jentik (Bumantik) di seluruh Surabaya yang setiap pekan sekali turun ke rumah-rumah warga untuk memantau jentik nyamuk dalam upaya pemberantasan sarang nyamuk.
"Mereka ini sukarelawan yang dengan ikhlas memantau jentik demi memberantas DBD ini," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan demam berdarah bisa dicegah dan pemerintah kota ingin terus menekan penularannya, antara lain dengan memberantas sarang nyamuk penular infeksi virus dengue.
"Di sini sudah ada penurunan dan saya yakin ini masih bisa ditekan kembali. Makanya, saya mohon dengan hormat untuk selalu menghindarkan keluarga dan tetangga kita dari DBD. Saya tidak ingin ada korban lagi di Surabaya," kata Risma.
Baca juga: Surabaya gencarkan pemantauan jentik nyamuk untuk cegah DBD
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: