1.000 siswa Bali ikuti Festival Nyurat Lontar Massal
1 Februari 2019 14:47 WIB
Sejumlah siswa SMP berlomba menulis dengan huruf Bali di atas daun lontar di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2018 di Taman Budaya Denpasar, Selasa (3/7/2018). (ANTARA FOTO/Wira Suryantala)
Denpasar (ANTARA News) - Sekitar 1.000 siswa-siswi SMP, SMA, dan mahasiswa dari berbagai daerah di Pulau Dewata mengikuti Festival Nyurat Lontar Massal yang merupakan rangkaian agenda kegiatan Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019.
"Setelah pembukaan ini akan dilanjutkan dengan sejumlah kegiatan lomba di kabupaten/kota seperti mesatua Bali, nyurat aksara Bali, postingan berbahasa Bali dan sebagainya," kata Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Putu Astawa di sela-sela Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019, di Denpasar, Jumat.
Para siswa, mahasiswa, dan perwakilan penyuluh bahasa Bali yang nyurat lontar itu, menuliskan guratan aksara Bali di atas daun lontar yang sudah disediakan panitia dengan menggunakan pisau khusus yang disebut dengan pengrupak.
Para peserta juga kompak nyurat lontar dengan mengenakan pakaian adat Bali, mereka duduk berjejer dengan rapi di lantai bawah Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar.
Menurut Astawa, sengaja dipilih kegiatan nyurat lontar dalam Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019 karena keaslian sastra Bali sesungguhnya berasal dari lontar-lontar sehingga pihaknya ingin kembali merevitalisasi keberadaannya.
"Banyak sekali kearifan lokal yang bisa diperoleh dari lontar, sehingga jangan sampai hal itu punah dan generasi muda pun harus tahu warisan budayanya," ujar Putu Astawa yang juga Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali itu.
Di sisi lain, terkait pelaksanaan Bulan Bahasa Bali 2019 ini, pihaknya sangat berharap agar masyarakat Bali betul-betul memiliki ciri ke-Bali-annya yang akarnya dari budaya. Budaya sendiri mencakup tradisi, adat, termasuk bahasa, aksara dan sastra Bali.
"Kami tidak ingin anak-anak muda sekarang bahasanya `hallo bro, ngapain lu, gue ini`. Ini kan menjauh dari akar budaya sesungguhnya," seloroh Astawa.
Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali sekaligus merupakan amanat dari Pergub Bali No 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali dan turunan Perda No 1 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
Hal tersebut, tambah dia, sejalan dengan komitmen Gubernur Bali Wayan Koster yang fokus memperhatikan alam, manusia dan budaya Bali selama masa kepemimpinannya.
"Jadi, mulai sekarang membangun Bali era baru, di tengah derasnya arus globalisasi," kata Astawa.
Astawa mengatakan terkait dengan lomba-lomba serangkaian Bulan Bahasa Bali yang dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota, nanti para juaranya akan maju ke lomba tingkat provinsi pada 24-28 Februari mendatang.
Saat itu juga akan diadakan pameran dan penyerahan hadiah lomba.
Baca juga: Festival dan lomba semarakkan Bulan Bahasa Bali
Baca juga: Ribuan peserta terlibat Festival Pasraman Indonesia 2018
"Setelah pembukaan ini akan dilanjutkan dengan sejumlah kegiatan lomba di kabupaten/kota seperti mesatua Bali, nyurat aksara Bali, postingan berbahasa Bali dan sebagainya," kata Plt Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Putu Astawa di sela-sela Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019, di Denpasar, Jumat.
Para siswa, mahasiswa, dan perwakilan penyuluh bahasa Bali yang nyurat lontar itu, menuliskan guratan aksara Bali di atas daun lontar yang sudah disediakan panitia dengan menggunakan pisau khusus yang disebut dengan pengrupak.
Para peserta juga kompak nyurat lontar dengan mengenakan pakaian adat Bali, mereka duduk berjejer dengan rapi di lantai bawah Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Denpasar.
Menurut Astawa, sengaja dipilih kegiatan nyurat lontar dalam Pembukaan Bulan Bahasa Bali 2019 karena keaslian sastra Bali sesungguhnya berasal dari lontar-lontar sehingga pihaknya ingin kembali merevitalisasi keberadaannya.
"Banyak sekali kearifan lokal yang bisa diperoleh dari lontar, sehingga jangan sampai hal itu punah dan generasi muda pun harus tahu warisan budayanya," ujar Putu Astawa yang juga Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Bali itu.
Di sisi lain, terkait pelaksanaan Bulan Bahasa Bali 2019 ini, pihaknya sangat berharap agar masyarakat Bali betul-betul memiliki ciri ke-Bali-annya yang akarnya dari budaya. Budaya sendiri mencakup tradisi, adat, termasuk bahasa, aksara dan sastra Bali.
"Kami tidak ingin anak-anak muda sekarang bahasanya `hallo bro, ngapain lu, gue ini`. Ini kan menjauh dari akar budaya sesungguhnya," seloroh Astawa.
Pelaksanaan Bulan Bahasa Bali sekaligus merupakan amanat dari Pergub Bali No 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara dan Sastra Bali dan turunan Perda No 1 Tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
Hal tersebut, tambah dia, sejalan dengan komitmen Gubernur Bali Wayan Koster yang fokus memperhatikan alam, manusia dan budaya Bali selama masa kepemimpinannya.
"Jadi, mulai sekarang membangun Bali era baru, di tengah derasnya arus globalisasi," kata Astawa.
Astawa mengatakan terkait dengan lomba-lomba serangkaian Bulan Bahasa Bali yang dilaksanakan di tingkat kabupaten/kota, nanti para juaranya akan maju ke lomba tingkat provinsi pada 24-28 Februari mendatang.
Saat itu juga akan diadakan pameran dan penyerahan hadiah lomba.
Baca juga: Festival dan lomba semarakkan Bulan Bahasa Bali
Baca juga: Ribuan peserta terlibat Festival Pasraman Indonesia 2018
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019
Tags: