Makassar, (ANTARA News) - Forum Peduli Sulsel (FPS) menyalurkan bantuan untuk korban banjir di Dusun Tana Takko, Desa Alatengae, Kecamatan Bantimurung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Bantuan berupa sembako itu diserahkan oleh Ketua FPS, Pattarai kepada Ketua RT Dusun Tanatekko, Daeng Tampa di Maros, Rabu.

"Setelah memberikan bantuan untuk korban banjir di Gowa dan warga Perumahan Bumi Tamalanrea Permai di Makassar, FSP menyambangi korban banjir di Maros," kata Pattarai.

Warga di dusun itu telah menjadi korban banjir bandang yang melanda Sulawesi Selatan pada 22 - 25 Januari 2019.

Menyikapi hal itu, pengurus dan anggota FSP mendatangi korban banjir di Dusun Tanatekko.

Pattarai mengatakan, bantuan yang disalurkan merupakan bentuk empati dari masyarakat Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar. Adapun bantuan yang disalurkan berupa sembako dan pakaian layak pakai.

"Sebenarnya ini sangat terbatas sekali, tapi kami berharap bantuan ini bisa diterima tanpa melihat dari nilainya. Sekecil apapun yang penting merata," katanya.

FSP yang baru terbentuk sejak munculnya berbagai bencana, ditandai dengan gempa Lombok beberapa waktu lalu, kata dia, terus berusaha mengetuk hati siapa saja agar bisa menumbuhkan rasa kepedulian kepada sesama.

Oleh karena itu, FSP dengan tangan terbuka selalu bekerja sama dengan masyarakat manapun dan siapapun baik pribadi maupun perusahaan untuk mendistribusikan bantuan.

Sementara itu, tokoh masyarakat, Daeng Tampa yang juga ketua RT di dusun tersebut menyampaikan syukur mewakili warganya.

"Terima kasih atas segala bentuk kepedulian masyarakat Sulsel khususnya dari Forum Sulsel Peduli karena menjembatani pemberian bantuan ini," katanya.

Ia menjelaskan rumahnya bersama ratusan rumah lainnya di kabupaten Maros terendam banjir selama tiga hari. Semenjak itu pula, tidak seorang pun dari warga yang berani mengakses jalan untuk bekerja maupun melengkapi kebutuhan sandang pangan.

"Kita tidak bisa tembus ke kota, juga tidak berani karena arus air deras sekali. Kita usahakan bagaimana agar makanan yang ada mencukupi selama tiga hari itu," katanya.

Kondisi itu diperparah dengan arus listrik yang turut padam selama lima hari.

Kerugian materil sebagian besar berupa hewan ternak, kebun dan sawah yang rusak.

Baca juga: Warga Maros gunakan masjid-kampus sebagai lokasi pengungsian