Presiden tidak keberatan jembatan di Muara Gembong gunakan namanya
30 Januari 2019 17:15 WIB
Sejumlah orang melintas di Jembatan Jokowi yang melintang di atas Sungai Citarum di Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (30/1/2019). ANTARA News (Agus Salim)
Bekasi (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo tidak keberatan nama dirinya digunakan untuk menamai jembatan yang dibangun di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
"Ya kalau jembatan kecil-kecil gitu nggak apa apa. Saya yang bagian kecil kecil sajalah, yang penting mobil sudah bisa cukuplah," kata Presiden Jokowi kepada wartawan usai meninjau program penyambungan listrik gratis di Kabupaten Bekasi, Rabu.
Jembatan yang melintang di atas Sungai Citarum dan dikerjakan sekitar enam bulan lalu itu sudah selesai pengerjaannya dan masyarakat menyebutnya Jembatan Jokowi.
Jembatan itu menggantikan jembatan gantung yang tidak dapat dilintasi mobil.
Menurut dia, jembatan itu juga merupakan jawaban atas keluhan masyarakat tentang jeleknya akses Bekasi-Jakarta padahal jaraknya hanya 13 km.
Presiden sendiri menyebut jembatan itu sebagai jembatan produksi karena menghubungkan lokasi produksi dengan tempat lain.
"Tempat-tempat produksi seperti ini harus diperhatikan sehingga untuk menjual produk seperti udang, ikan dan produk yang lain, bisa lebih cepat sehingga lebih fresh, lebih segar," katanya.
Khusus Jembatan Jokowi, jembatan itu menghubungkan tempat produksi udang dengan daerah lain.
"Jangan sampai di sana ada produksi udang yang sangat melimpah seperti itu tapi mobil nggak bisa masuk. Lha ini yang sering terjadi, infrastruktur nggak siap padahal produksi siap sehingga menyebabkan produk ini menjadi mahal karena aksesnya nggak ada, harus muter muter ke mana mana," katanya.
Sementara itu menanggapi keluhan warga bahwa jika pembangunan jembatan sudah selesai maka warga di bantaran kali itu akan digusur, Presiden nengatakan dirinya waktu kecil juga tinggal di pinggir kali.
"Tahun 70-an rumah saya di pinggir kali juga digusur, saya masih teringat. Ya namanya tinggal di pinggir bahaya banjir bandang, air bah itu ada, harus hati-hati," katanya.
Baca juga: Presiden panen udang di Muara Gembong Bekasi
Baca juga: Presiden berharap makin banyak peserta "Mekaar" naik kelas
"Ya kalau jembatan kecil-kecil gitu nggak apa apa. Saya yang bagian kecil kecil sajalah, yang penting mobil sudah bisa cukuplah," kata Presiden Jokowi kepada wartawan usai meninjau program penyambungan listrik gratis di Kabupaten Bekasi, Rabu.
Jembatan yang melintang di atas Sungai Citarum dan dikerjakan sekitar enam bulan lalu itu sudah selesai pengerjaannya dan masyarakat menyebutnya Jembatan Jokowi.
Jembatan itu menggantikan jembatan gantung yang tidak dapat dilintasi mobil.
Menurut dia, jembatan itu juga merupakan jawaban atas keluhan masyarakat tentang jeleknya akses Bekasi-Jakarta padahal jaraknya hanya 13 km.
Presiden sendiri menyebut jembatan itu sebagai jembatan produksi karena menghubungkan lokasi produksi dengan tempat lain.
"Tempat-tempat produksi seperti ini harus diperhatikan sehingga untuk menjual produk seperti udang, ikan dan produk yang lain, bisa lebih cepat sehingga lebih fresh, lebih segar," katanya.
Khusus Jembatan Jokowi, jembatan itu menghubungkan tempat produksi udang dengan daerah lain.
"Jangan sampai di sana ada produksi udang yang sangat melimpah seperti itu tapi mobil nggak bisa masuk. Lha ini yang sering terjadi, infrastruktur nggak siap padahal produksi siap sehingga menyebabkan produk ini menjadi mahal karena aksesnya nggak ada, harus muter muter ke mana mana," katanya.
Sementara itu menanggapi keluhan warga bahwa jika pembangunan jembatan sudah selesai maka warga di bantaran kali itu akan digusur, Presiden nengatakan dirinya waktu kecil juga tinggal di pinggir kali.
"Tahun 70-an rumah saya di pinggir kali juga digusur, saya masih teringat. Ya namanya tinggal di pinggir bahaya banjir bandang, air bah itu ada, harus hati-hati," katanya.
Baca juga: Presiden panen udang di Muara Gembong Bekasi
Baca juga: Presiden berharap makin banyak peserta "Mekaar" naik kelas
Pewarta: Agus Salim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: