Pekanbaru (ANTARA News) - Aras Mulyadi gembira bukan main. Dihadapan Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir, rektor bergelar profesor itu meluapkan rasa syukur dan bahagia bersamaan.

Aras Mulyadi adalah pimpinan tertinggi di Universitas Riau, atau lebih dikenal sebagai Unri, meski belakangan mencoba nama lebih singkat menjadi UR. Namun, hingga kini Unri lebih melekat ditelinga masyarakat.

Selasa (29/1), bersama Menristekdikti, jajaran Pemprov Riau serta petinggi Tanoto Foundation dan PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Unri baru saja menancapkan tonggak sejarah. Sebuah program studi baru terlahir, dan menjadi satu-satunya di Indonesia.

Program studi (prodi) paling ragil di Universitas kebanggaan masyarakat melayu Riau itu adalah Teknologi Pulp dan Kertas. Program dengan studi setara diploma III itu berada di bawah Fakultas Teknik Unri.

Gedung mewah satu lantai, selayaknya kampus luar negeri senilai Rp24,8 miliar itu merupakan hibah dari perusahaan kertas terbesar di Bumi Lancang Kuning, APRIL Group.

Aras berkisah, pembangunan gedung yang menjadi rumah ilmu Prodi ke-94 di Unri tersebut diinisiasi sejak 2017. Tanoto Foundation yang beberapa tahun terakhir rajin mengucurkan beasiswa ke mahasiswa kampus terfavorit lulusan SMA di Riau itu menyambut baik keinginan Unri mendirikan prodi baru.

Pada 2018 awal, pembangunannya dimulai. Gayung bersambut, izin pembukaan prodi baru diterbitkan pada 6 Juni tahun yang sama. Izin itu diterbitkan langsung setelah Mohammad Nasir mengubah aturan penerbitan prodi baru di perguruan tinggi.

Sebuah program studi yang khusus melahirkan lulusan vokasi olah mengolah Akasia menjadi bubur kertas (Pulp) hingga terakhir berbentuk lembaran kertas putih.

"Ini merupakan hari istimewa bagi Unri, dengan diresmikannya Prodi D3 Teknologi Pulp dan Kertas. Prodi ke-94 yang ada di Unri," kata Aras dengan raut wajah sumringah.

Unri selama puluhan tahun berdiri menjadi kampus impian bagi banyak lulusan SMA. Tidak hanya favorit masyarakat Riau, namun juga menarik ribuan peminat lulusan Pulau Andalas Sumatera.

Setiap tahun, ribuan mahasiswa baru menempa pendidikan di perguruan tinggi negeri yang mengusung konsep Kampus Hijau tersebut.

Bagi Aras, sangat penting Unri sedapat mungkin mencetak dan membantu peningkatan sumber daya manusia (SDM) di Provinsi yang selama ini terkenal akan kekayaan sumber daya alam (SDA)-nya yang melimpah.

Salah satu potensi besar dan hingga kini menjadi salah satu lokomotif ekonomi di Riau adalah keberadaan industri kertas. Ada dua perusahaan raksasa yang berdiri diatas tanah Melayu. Salah satu diantaranya PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP).

Sebuah pabrik raksasa dengan ribuan pekerja dan terletak tidak jauh dari pusat kota. Perusahaan dengan salah satu merek dagang PaperOne itu kini menjadi salah satu penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) berarti untuk bangsa.

Secara keseluruhan industri kertas Indonesia menyumbang 0,72 persen terhadap PDB dan menjadi salah satu penyumbang penting devisa dengan nilai mencapai 5,7 miliar dolar AS pertahun.

Potensi Besar Industri Kertas

Menristerkditki, Mohammad Nasir mengaku industri kertas memiliki potensi besar yang akan terus berkembang.

Namun, perkembangan itu belum didukung dengan SDM memadai. Dia berharap dengan adanya Prodi Teknologi Pulp dan Kertas dapat menjadi jawaban awal ketatnya persaingan dunia industri, terutama kertas.

"Ini adalah salah satu Prodi yang tidak seperti yang telah berjalan selama ini. Ini Prodi milenial," ujarnya.

"Padahal kita punya potensi besar. Selama ini pendidikan Pulp and Paper belum ada. Baru ada di Universitas Riau ini, kerja sama dengan Tanoto Foundation dan RAPP," lanjutnya.

Ke depan, Nasir turut mendorong Universitas Riau memisahkan kedua Prodi tersebut, menjadi masing-masing Prodi Pulp Processing dan Paper Processing.

Sejatinya, ia mengatakan Prodi Teknologi Pulp dan Kertas Universitas Riau tersebut merupakan dua studi yang berbeda, namun saat ini dijadikan satu.

Lebih jauh, dia menjelaskan jika saat ini kebutuhan SDM Industri kertas di Provinsi Riau, yang merupakan terbesar di Indonesia sangat tinggi.

Sehingga, dia mengatakan dengan adanya dua prodi yang khusus mempelajari industri kertas tersebut dapat menjadi solusi pemenuhan SDM di industri yang memiliki potensi besar itu.

"Kalau ini bisa kita kembangkan, SDM katakan satu angkatan dibutuhkan 100 orang, jadi bisa 200. Yang dibutuhkan Tanoto katakan puluhan, itu yang lain bisa ke perusahaan pulp and paper lainnya," jelasnya.

Tanoto Foundation yang terus menjalin kemitraan dengan Unri sejak 2006 silam menyatakan program ini sangat tepat. Karena Provinsi Riau adalah salah satu penghasil pulp dan kertas terbesar di dunia.

"Program diploma tiga Pulp dan Kertas ini sebagai bagian dari komitmen kami terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini selaras dengan filosofi kami bahwa pendidikan berkualitas akan mempercepat terciptanya kesetaraan peluang," kata CEO Global Tanoto Foundation J. Satrijo Tanudjojo.

Presiden Direktur PT RAPP Sihol P Aritonang berharap program studi ini dapat melahirkan tenaga-tenaga ahli di bidang industri kertas yang dikemudian hari dapat menjadi penggerak roda ekonomi di Riau.

"Dengan adanya prodi ini akan memperkuat korelasi antara kompetensi yang dibangun dunia pendidikan dengan ekspektasi dunia industri demi mendorong peningkatan peluang kerja yang luas. Pengembangan Universitas Riau sebagai center of excellence yang mendukung pengembangan human capital untuk industri pulp dan kertas juga akan berkontribusi pada upaya nasional membangun masa depan yang lebih baik," kata Sihol.

Dukungan fasilitas ruang perkuliahan berupa gedung yang terdiri dari enam ruang kelas, enam laboratorium penelitian, dua ruang pertemuan, perpustakaan dan akses langsung ke dunia industri pulp dan kertas serta dukungan dosen-dosen dari kalangan praktisi.

Baca juga: M Nasir: riset berkelas dunia penyokong industri
Baca juga: Pelaku industri diminta kembangkan akademi komunitas