Kemenperin usulkan kurangi bea masuk untuk perkenalkan mobil listrik
29 Januari 2019 17:15 WIB
Direktur Jenderal Industrli Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kementerian Perindustrian Harjanto saat memberi sambutan pada seminar “Electrified Vehicle: Concept of xEV and Well to Wheel” di Jakarta, Selasa. (ANTARA News/ Sella Panduarsa Gareta)
Jakarta, (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian mengusulkan untuk mengurangi impor mobil listrik utuh atau Completely Build Up (CBU) guna memperkenalkan kendaraan rendah emisi ini di Indonesia.
"Pak menteri ingin mengurangi bea masuk untuk jangka waktu tertentu, supaya kendaraan ini bisa masuk dan penggunaannya meluas di Indonesia," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Harjanto di Jakarta, Selasa.
Dengan demikian, lanjut Harjanto, penggunaan yang meluas yang akan berakibat pada menurunnya konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia.
"Kalau sekarang kan 1 liter 15 kilometer, kalau penggunaan (hybrid) 1 liter untuk 30 kilometer itukan bagus. Kita bisa memotong penggunaan bahan bakar minyak setengahnya," ujar Harjanto.
Sementara itu, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menyampaikan bahwa untuk menciptakan populasi mobil listrik di Indonesia, yang paling penting dilakukan adalah membuat agar harganya terjangkau.
"Bagaimanapun, mobil hybrid, plug in dan mobil listrik itu selalu lebih mahal dari mobil biasa, karena tenaga penggeraknya dua," ungkap Jongkie.
Sehingga, lanjutnya, untuk dapat membuat agar harga mobil listrik terjangkau adalah dengan merevisi beberapa skema perpajakan.
Menurut Jongkie, kendaraan di Indonesia saat ini menanggung bebam pajak hingga 37,5 persen di luar bea masuk, di mana 25 persen masuk ke kas pemeritah pusat dan 12,5 persen untuk pemerintah daerah.
Baca juga: Kemenperin usulkan tax holiday untuk pengembangan baterai mobil listrik
Baca juga: Soal mobil listrik, jangan samakan Indonesia dengan negara Eropa
"Pak menteri ingin mengurangi bea masuk untuk jangka waktu tertentu, supaya kendaraan ini bisa masuk dan penggunaannya meluas di Indonesia," kata Direktur Jenderal Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin Harjanto di Jakarta, Selasa.
Dengan demikian, lanjut Harjanto, penggunaan yang meluas yang akan berakibat pada menurunnya konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia.
"Kalau sekarang kan 1 liter 15 kilometer, kalau penggunaan (hybrid) 1 liter untuk 30 kilometer itukan bagus. Kita bisa memotong penggunaan bahan bakar minyak setengahnya," ujar Harjanto.
Sementara itu, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto menyampaikan bahwa untuk menciptakan populasi mobil listrik di Indonesia, yang paling penting dilakukan adalah membuat agar harganya terjangkau.
"Bagaimanapun, mobil hybrid, plug in dan mobil listrik itu selalu lebih mahal dari mobil biasa, karena tenaga penggeraknya dua," ungkap Jongkie.
Sehingga, lanjutnya, untuk dapat membuat agar harga mobil listrik terjangkau adalah dengan merevisi beberapa skema perpajakan.
Menurut Jongkie, kendaraan di Indonesia saat ini menanggung bebam pajak hingga 37,5 persen di luar bea masuk, di mana 25 persen masuk ke kas pemeritah pusat dan 12,5 persen untuk pemerintah daerah.
Baca juga: Kemenperin usulkan tax holiday untuk pengembangan baterai mobil listrik
Baca juga: Soal mobil listrik, jangan samakan Indonesia dengan negara Eropa
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019
Tags: