Akademisi: Optimalkan komunikasi nonverbal saat debat capres
28 Januari 2019 21:44 WIB
Arsip: Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (ketiga kiri) dan Ma'ruf Amin (kiri) bersalaman dengan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kanan) dan Sandiaga Uno (kanan) usai Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). Debat tersebut mengangkat tema Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.
Purwokerto (ANTARA News) - Akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman, Wisnu Widjanarko mengingatkan pentingnya mengoptimalkan komunikasi nonverbal pada saat debat calon presiden dan wakil presiden guna merebut hati calon pemilih.
"Para kandidat capres dan cawapres perlu mengoptimalkan komunikasi nonverbal pada saat debat, karena debat ini adalah seni merebut hati pemilih," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Senin.
Dosen manajemen strategis kehumasan, Program Magister Ilmu Komunikasi FISIPp Unsoed tersebut menjelaskan, setiap calon pemilih tentu telah memiliki gambaran akan memilih calon yang mana saat pilpres mendatang.
"Bisa saja gambaran tersebut dilatarbelakangi pengetahuan calon pemilih mengenai siapa dan bagaimana calon atau bahkan mungkin pengalaman berinteraksi, baik langsung maupun tidak langsung dengan calon-calon tersebut," tuturnya.
Kendati demikian, masih besar kemungkinan pilihan tersebut mengalami perubahan menjelang pelaksanaan pesta demokrasi.
"Apalagi ketika paparan informasi yang diterimanya punya dimensi afeksi, atau kadang orang memilih sesuatu tidak selalu karena kompetensi semata, tapi bisa diwarnai karena kedekatan serta kelekatan emosi," ucapnya.
Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa untuk merebut hati pemilih, para calon presiden dan wakil presiden harus melakukan sejumlah hal.
"Pertama harus mengenal siapa dan bagaimana karakter calon pemilih, jangan samakan antara anak muda dengan yang sudah tua, di perkotaan atau di perdesaan, yang sudah sejahtera atau yang belum, misalnya," ujarnya.
Kedua, harus tepat mendesain pesan dan memilih media yang tepat. "Sehingga jangan sampai pesan sudah tepat tapi media yang dipilih tidak sesuai, atau malah sebaliknya," katanya.
Ketiga, kata dia, pada saat berinteraksi gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang paling selaras dengan kebiasaan dan kebutuhan calon pemilih, sehingga publik dapat merasa dekat dan lekat.
"Bila itu dioptimalkan, maka yang sudah yakin dengan pilihannya akan makin yakin. Selain itu, bila komunikasi nonverbal dioptimalkan bisa saja membuat para pendukung pihak lawan jadi berpindah dukungan," imbuhnya.
Komunikasi nonverbal, tambah dia, bisa dimulai dengan hal sederhana, misalnya, intonasi suara.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Ma'ruf Amin sambut baik moderator debat kedua
Baca juga: Ma'ruf Amin akan hadiri debat capres kedua
Baca juga: Sandiaga yakin debat kedua hasilkan ide terbaik
"Para kandidat capres dan cawapres perlu mengoptimalkan komunikasi nonverbal pada saat debat, karena debat ini adalah seni merebut hati pemilih," katanya di Purwokerto, Jawa Tengah, Senin.
Dosen manajemen strategis kehumasan, Program Magister Ilmu Komunikasi FISIPp Unsoed tersebut menjelaskan, setiap calon pemilih tentu telah memiliki gambaran akan memilih calon yang mana saat pilpres mendatang.
"Bisa saja gambaran tersebut dilatarbelakangi pengetahuan calon pemilih mengenai siapa dan bagaimana calon atau bahkan mungkin pengalaman berinteraksi, baik langsung maupun tidak langsung dengan calon-calon tersebut," tuturnya.
Kendati demikian, masih besar kemungkinan pilihan tersebut mengalami perubahan menjelang pelaksanaan pesta demokrasi.
"Apalagi ketika paparan informasi yang diterimanya punya dimensi afeksi, atau kadang orang memilih sesuatu tidak selalu karena kompetensi semata, tapi bisa diwarnai karena kedekatan serta kelekatan emosi," ucapnya.
Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa untuk merebut hati pemilih, para calon presiden dan wakil presiden harus melakukan sejumlah hal.
"Pertama harus mengenal siapa dan bagaimana karakter calon pemilih, jangan samakan antara anak muda dengan yang sudah tua, di perkotaan atau di perdesaan, yang sudah sejahtera atau yang belum, misalnya," ujarnya.
Kedua, harus tepat mendesain pesan dan memilih media yang tepat. "Sehingga jangan sampai pesan sudah tepat tapi media yang dipilih tidak sesuai, atau malah sebaliknya," katanya.
Ketiga, kata dia, pada saat berinteraksi gunakan komunikasi verbal dan nonverbal yang paling selaras dengan kebiasaan dan kebutuhan calon pemilih, sehingga publik dapat merasa dekat dan lekat.
"Bila itu dioptimalkan, maka yang sudah yakin dengan pilihannya akan makin yakin. Selain itu, bila komunikasi nonverbal dioptimalkan bisa saja membuat para pendukung pihak lawan jadi berpindah dukungan," imbuhnya.
Komunikasi nonverbal, tambah dia, bisa dimulai dengan hal sederhana, misalnya, intonasi suara.
Pilpres 2019 diikuti dua pasangan capres, yaitu nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga: Ma'ruf Amin sambut baik moderator debat kedua
Baca juga: Ma'ruf Amin akan hadiri debat capres kedua
Baca juga: Sandiaga yakin debat kedua hasilkan ide terbaik
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019
Tags: