Sidoarjo (ANTARA News) - Belum adanya kejelasan pembayaran ganti rugi oleh PT Lapindo Brantas Inc., maka PT Oriental Samudera Karya (Osaka) terpaksa menutup akses jalan tanggul yang melewati tanah seluas 7,3 hektar milik pabrik rotan tersebut, sehingga pembuatan tanggul lumpur terhambat. Sekira 10 orang dari PT Osaka terlihat menutup akses jalan masuk ke tanggul di Desa Ketapang Keres di Kecamatan Tanggulangin, Jawa Timur. Sekitar empat titik lokasi akses jalan tanggul ditutup. Semua akses masuk tersebut masih berada di atas tanah milik PT Osaka, yang biasanya dibuat jalan truk untuk mengangkut pasir batu (sirtu) ke pusat semburan lumpur. Dengan demikian, penutupan akses jalan tanggul itu menghambat pembangunan tanggul penahan lumpur, meskipun akses menuju titik pusat semburan bisa dilewati dari titik lain. Direktur PT Osaka Johny Osaka kepada wartawan di Sidoarjo, Senin mengatakan pihaknya terpaksa menutup akses jalan tanggul, karena kecewa Lapindo sampai kini tidak menyelesaikan ganti rugi. "Padahal selama ini kami menunjukkan niat baik dengan meminjamkan lahan sejak Desember 2006 kepada Timnas untuk pembangunan tanggul guna menyelamatkan rel kereta api dan jalan raya Porong. Pada saat itu Timnas berjanji akan menggantinya, namun hingga kini janji itu belum direalisasikan," katanya. Menurut dia, uang ganti rugi tersebut sangat dibutuhkan untuk membayar pesangon sekaligus Tunjangan Hari Raya (THR) pada 200 lebih karyawannya yang kini sudah dirumahkan, sejak pabrik rotannya tenggelam oleh lumpur 18 Desember 2006. Ia mengatakan, sejak pabrik terendam lumpur, omset perusahaan langsung melorot. Saat ini perusahaan pengolahan rotan miliknya hanya mengandalkan pabrik di sekitar Tanggulangin, karena pabrik yang di Ketapang Keres sudah tergenang lumpur. Johny menjelaskan, jika ddihitung nominal kerugian, sudah mencapai 1,8 juta dolar AS selama sembilan bulan tidak beroperasi. Itu belum termasuk harta tidak bergerak seperti bangunan dan lima unit kontainer, serta mesin-mesin di dalam pabriknya. Bangunan pabrik PT Osaka seluas 6.000 meter persegi dan 7,4 hektare lahan terbuka milik perusahaan mebel dan rotan ini telah ditenggelamkan lumpur dan sebagian dijadikan tanggul dan pond (kolam penampungan). Sementara itu, Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnaen dihubungi terpisah mengatakan, penutupan akses jalan oleh PT Osaka di Ketapang Keres sedikit banyak mengganggu aktifitas truk pengangkut sirtu yang menuju ke pusat semburan. "Praktis saat ini hanya akses jalan Siring yang bisa dilalui, kami tidak bisa memaksa PT Osaka, karena statuis tanahnya memang masih milik PT Osaka," katanya. Ia menambahkan, siap menjadi fasilitator untuk mempertemukan kedua pihak (PT Osaka dengan Lapindo Brantas) agar masalah ini segera dapat diselesaikan. (*)