594 peniup musik bambu akan tampil di acara adat Tulude
28 Januari 2019 14:41 WIB
Sejumlah warga mengangkat "Tamo" atau kue adat pada acara tradisi Tulude di Desa Lihunu, Pulau Bangka, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Kamis (30/1) malam. Tulude merupakan tradisi pesta adat untuk mempererat kerukunan masyarakat Minahasa yang dilaksanakan setahun sekali.(ANTARA/Fiqman Sunandar)
Kepulauan Sangihe (ANTARA News) - Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan Sangihe Jeffry Tilaar mengatakan, pada pelaksanaan upacara adat "Tulude" akan dipentaskan pagelaran seni budaya setempat yang melibatkan sebanyak 594 peniup musik bambu.
"Pagelaran seni budaya Sangihe akan dipentaskan dalam upacara adat Tulude," kata Jefry Tilaar di Tahuna, Sulawesi Utara, Senin.
Upacara Adat Tulude digelar setiap awal pergantian tahun. Arti kata ‘tulude atau menulude’ berasal dari kata ‘suhude’ dalam bahasa sangir berarti tolak. Dalam arti luas Tulude berarti menolak untuk terus bergantung pada masa lalu dan bersiap menyongsong tahun depan.
Menurut dia, khusus untuk musik bambu akan ditampilkan ratusan personel yang dikumpulkan dari semua grup pemusik yang ada. "Kami akan menampilkan sebanyak 594 orang peniup musik bambu pada acara Tulude, Kamis, 31 Januari," kata dia.
Dia mengatakan, sebanyak 594 peniup musik bambu berdasarkan angka Hari Ulang Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe yang ke-594.
Dia mengatakan, selain musik bambu, juga akan ditampilkan tarian adat Gunde serta pemotongan kue adat Tamo termasuk penampilan grup Masamper.
Ketua panitia upacara adat Tulude dan HUT Sangihe ke 594 tahun 2019, Olga Makasidamo mengatakan, berbagai persiapan terus dimatangkan panitia.
"Khusus untuk acara makan bersama sebagai syukuran, panitia mempersiapkan nuansa tradisional sebagai simbol daerah dalam penyajian makanan," kata dia.
Meja adat disiapkan panitia untuk menyuguhkan aneka makanan tradisional yang diarahkan oleh badan adat sebagai simbolisasi.
"Pada saat makan, ada satu meja yang akan disiapkan untuk menyuguhkan makanan tradisional khas Sangihe, termasuk alat makannya yang terbuat dari tempurung kelapa," kata Makasidamo.
Dia berharap, masyarakat bisa hadir dalam acara Tulude bersama pemerintah daerah mensyukuri penyertaan tuhan selama tahun yang sudah berlalu dan memasuki tahun baru.
Baca juga: Masyarakat Nusa Utara Bitung gelar ritual Tulude
"Pagelaran seni budaya Sangihe akan dipentaskan dalam upacara adat Tulude," kata Jefry Tilaar di Tahuna, Sulawesi Utara, Senin.
Upacara Adat Tulude digelar setiap awal pergantian tahun. Arti kata ‘tulude atau menulude’ berasal dari kata ‘suhude’ dalam bahasa sangir berarti tolak. Dalam arti luas Tulude berarti menolak untuk terus bergantung pada masa lalu dan bersiap menyongsong tahun depan.
Menurut dia, khusus untuk musik bambu akan ditampilkan ratusan personel yang dikumpulkan dari semua grup pemusik yang ada. "Kami akan menampilkan sebanyak 594 orang peniup musik bambu pada acara Tulude, Kamis, 31 Januari," kata dia.
Dia mengatakan, sebanyak 594 peniup musik bambu berdasarkan angka Hari Ulang Tahun Kabupaten Kepulauan Sangihe yang ke-594.
Dia mengatakan, selain musik bambu, juga akan ditampilkan tarian adat Gunde serta pemotongan kue adat Tamo termasuk penampilan grup Masamper.
Ketua panitia upacara adat Tulude dan HUT Sangihe ke 594 tahun 2019, Olga Makasidamo mengatakan, berbagai persiapan terus dimatangkan panitia.
"Khusus untuk acara makan bersama sebagai syukuran, panitia mempersiapkan nuansa tradisional sebagai simbol daerah dalam penyajian makanan," kata dia.
Meja adat disiapkan panitia untuk menyuguhkan aneka makanan tradisional yang diarahkan oleh badan adat sebagai simbolisasi.
"Pada saat makan, ada satu meja yang akan disiapkan untuk menyuguhkan makanan tradisional khas Sangihe, termasuk alat makannya yang terbuat dari tempurung kelapa," kata Makasidamo.
Dia berharap, masyarakat bisa hadir dalam acara Tulude bersama pemerintah daerah mensyukuri penyertaan tuhan selama tahun yang sudah berlalu dan memasuki tahun baru.
Baca juga: Masyarakat Nusa Utara Bitung gelar ritual Tulude
Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: