Jakarta (ANTARA News) - Kasus kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di awal tahun 2019 terus bertambah di seluruh Indonesia, bahkan di beberapa daerah terjadi peningkatan signifikan dibandingkan kasus yang terjadi pada tahun lalu.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), kasus DBD sudah terjadi pada akhir tahun 2018, saat musim peralihan dari kemarau ke hujan dan selama musim hujan dimulai.

Kemenkes mencatat ada 584 kasus DBD di dua bulan terakhir 2018 yang dilaporkan dari enam provinsi dan delapan kabupaten/kota. Pada November 2018, Kemenkes langsung memberikan peringatan peningkatan kewaspadaan pada para kepala daerah terhadap potensi terjadinya peningkatan kasus DBD.

Sementara itu hingga 24 Januari 2019, tercatat sudah ada 9.868 kasus DBD yang terjadi di 34 provinsi seluruh Indonesia dan 94 jiwa meninggal akibat penyakit yang ditularkan melalui nyamuk tersebut.

Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty yang sudah terinfeksi virus dengue.

Virus dengue biasanya menginfeksi nyamuk aedes betina saat menghisap darah dari seseorang yang sedang dalam fase demam akut (viraemia), yaitu dua hari sebelum panas sampai lima hari setelah demam timbul.

Nyamuk menjadi infektif di hari ke delapan sampai ke-12 sesudah menghisap darah penderita yang sedang viremia dan tetap infektif selama hidupnya.

Setelah melalui periode inkubasi ekstrinsik tersebut, kelenjar ludah nyamuk bersangkutan akan terinfeksi dan virusnya akan ditularkan ketika nyamuk tersebut menggigit dan mengeluarkan cairan ludahnya ke dalam luka gigitan ke tubuh orang lain.

DBD menyerang pembuluh darah yang menyebabkan indikator trombosit turun drastis. Kasus meninggalnya seseorang karena mengalami shock pembuluh darah.

Oleh karena itu pencegahan paling baik untuk penyakit DBD ialah dengan menghindari gigitan nyamuk.

Baca juga: Sejumlah kabupaten/kota di Papua diserang demam berdarah

Baca juga: DBD "makan" korban lagi


Salah kaprah

Pelaksanaan fogging atau pengasapan dengan gas yang mengandung insektisida kerap dilakukan di rumah-rumah yang sudah dilakukan sejak lama.

Ketika kasus penyakit DBD mulai merebak di sejumlah daerah, biasanya fogging mulai dilakukan untuk mencegah terjadinya penularan yang lebih banyak.

Namun sebenarnya pemberantasan nyamuk tidak hanya cukup dengan metode pengasapan dengan gas insektisida.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi mengatakan DBD merupakan penyakit endemis di seluruh wilayah Indonesia di saat musim penghujan.

Oscar menegaskan fogging bukan cara yang efektif dalam mencegah DBD. Selain itu, pengasapan ini juga baru bisa dilakukan jika sudah terjadi minimal satu kasus DBD di suatu wilayah.

Sementara pencegahan DBD harus dilakukan secara menyeluruh dari hulunya dengan pemberantasan sarang nyamuk agar nyamuk aedes aegepty tidak bisa berkembang biak.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Siti Nadia Tarmizi mengatakan upaya pencegahan pemberantasan sarang nyamuk yang bisa dilakukan masyarakat melalui 3M+.

Gerakan 3M+, yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, dan mendaur ulang barang bekas. Barang bekas seperti ban bekas bisa menjadi tempat berkembangbiaknya jentik nyamuk penyebab demam berdarah apabila terdapat genangan air.

Pada genangan air seperti di kolam bisa menggunakan ikan pemakan jentik seperti ikan cupang atau mujair. Sedangkan untuk pencegahan jentik nyamuk pada air yang berada di kamar mandi bisa dilakukan pengurasan secara berkala.

Pencegahan juga dapat dilakukan dengan menaburkan larvasida atau obat pembunuh jentik nyamuk untuk tempat yang tidak mungkin dilakukan pengurasan air atau mengeringkan air.

Untuk mencegah gigitan nyamuk saat tertidur bisa menggunakan kelambu atau lebih baik lagi kelambu berinsektisida yang bisa membunuh nyamuk ketika menyentuh kelambut tersebut.

Atau juga bisa dengan menggunakan losyen pengusir nyamuk dan tidak menggantung pakaian agar tidak ada nyamuk yang bersarang. Kemenkes juga menganjurkan untuk menanam tanaman pengusir nyamuk di sekitar rumah.

Kasus kejadian demam berdarah cenderung lebih banyak terjadi pada masa peralihan dibanding musim penghujan. Pada masa peralihan musim kemarau ke penghujan atau sebaliknya, hujan tidak terjadi setiap hari sehingga lebih banyak menimbulkan genangan. Genangan tersebut bisa menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk yang berpotensi menjadi sebab penularan DBD. ***3***

Baca juga: Kota kupang tetapkan KLB DBD

Baca juga: 10 kecamatan di Lebak endemik DBD

Baca juga: Pasien DBD RSHS Bandung meningkat lima kali lipat