Tujuh bunga Rafflesia gagal mekar di Agam
26 Januari 2019 16:54 WIB
Arsip foto - Petugas penjaga habitat Rafflesia memantau bunga raksasa Rafflesia Arnoldi yang mekar di kawasan hutan lindung Bukit Barisan, Taba Penanjung, Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu, Kamis (5/7/2018). Bunga raksasa yang menjadi ikon Provinsi Bengkulu ini mekar sempurna dengan masing-masing diameter berukuran 85cm dan mampu bertahan hingga empat hari kedepan. (ANTARA /David Muharmansyah)
Lubukbasung (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resor Agam, Sumatera Barat, menemukan tujuh knop atau calon bunga Rafflesia jenis tuan-mudae gagal mekar di kawasan Cagar Alam Maninjau Marambuang, Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan.
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam, Ade Putra di Lubukbasung, Sabtu, mengatakan tujuh knop bunga rafflesia yang gagal mekar itu berada di titik petak pengamatan dengan diameter sekitar lima meter.
"Knop bunga rafflesia itu dengan kondisi membusuk berdasarkan pengamatan di lokasi," ujarnya.
Menurutnya tumbuhan yang dilindungi itu gagal mekar akibat curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu pada akhir 2018, sehingga menyebabkan udara di lokasi itu menjadi lembab.
Selain itu juga akibat aktivitas satwa di kawasan Cagar Alam Maninjau.
"Kami menemukan jejak kaki babi hutan di sekitar tumbuhan langka ini," sebutnya.
Selain knop bunga gagal mekar, tambahnya di lokasi itu juga ditemukan tujuh bunga yang sudah melalui fase mekar sempurna.
Diperkirakan bunga itu mekar sempurna pada beberapa minggu yang lalu.
"Bunga itu mekar sempurna berbagai ukuran dan kita tidak bisa menentukan diameter akibat bunga sudah membusuk," katanya.
Sebelumnya, BKSDA Resor Agam menemukan 46 knop bunga rafflesia di Cagar Alam Maninjau Marambuang.
Dari 46 knop itu, sekitar 26 knop yang sudah mekar sempurna dan gagal mekar. Saat ini masih tinggal sekitar 25 knop yang akan mekar beberapa bulan lagi.
"Pada Sabtu (26/1), pihaknya menemukan dua individu baru di lokasi tersebut. Di lokasi ini juga pernah mekar bunga rafflesia terbesar di dunia dengan diameter 107 centimeter pada akhir 2017," jelasnya.
BKSDA Resor Agam telah memasang papan imbauan di lokasi agar tidak diganggu warga, karena tumbuhan itu dilindungi Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Data Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Kedepan, lokasi ini akan dijadikan sebagai pusat atau stasiun pengamatan dan penelitian bunga rafflesia dan direncanankan akan dikembangkan pada 2019.
Pada 2018, mahasiswa dari Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas Padang, Universitas Muhanmadiyah Sumatera Barat, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Nasional Jakarta telah melakukan penelitian di lokasi.
Baca juga: Rejang Lebong-Bengkulu termasuk habitat bunga rafflesia, sebut BKSDA
Baca juga: BKSDA temukan lokasi baru Rafflesia
Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Resor Agam, Ade Putra di Lubukbasung, Sabtu, mengatakan tujuh knop bunga rafflesia yang gagal mekar itu berada di titik petak pengamatan dengan diameter sekitar lima meter.
"Knop bunga rafflesia itu dengan kondisi membusuk berdasarkan pengamatan di lokasi," ujarnya.
Menurutnya tumbuhan yang dilindungi itu gagal mekar akibat curah hujan cukup tinggi melanda daerah itu pada akhir 2018, sehingga menyebabkan udara di lokasi itu menjadi lembab.
Selain itu juga akibat aktivitas satwa di kawasan Cagar Alam Maninjau.
"Kami menemukan jejak kaki babi hutan di sekitar tumbuhan langka ini," sebutnya.
Selain knop bunga gagal mekar, tambahnya di lokasi itu juga ditemukan tujuh bunga yang sudah melalui fase mekar sempurna.
Diperkirakan bunga itu mekar sempurna pada beberapa minggu yang lalu.
"Bunga itu mekar sempurna berbagai ukuran dan kita tidak bisa menentukan diameter akibat bunga sudah membusuk," katanya.
Sebelumnya, BKSDA Resor Agam menemukan 46 knop bunga rafflesia di Cagar Alam Maninjau Marambuang.
Dari 46 knop itu, sekitar 26 knop yang sudah mekar sempurna dan gagal mekar. Saat ini masih tinggal sekitar 25 knop yang akan mekar beberapa bulan lagi.
"Pada Sabtu (26/1), pihaknya menemukan dua individu baru di lokasi tersebut. Di lokasi ini juga pernah mekar bunga rafflesia terbesar di dunia dengan diameter 107 centimeter pada akhir 2017," jelasnya.
BKSDA Resor Agam telah memasang papan imbauan di lokasi agar tidak diganggu warga, karena tumbuhan itu dilindungi Undang-undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Data Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Kedepan, lokasi ini akan dijadikan sebagai pusat atau stasiun pengamatan dan penelitian bunga rafflesia dan direncanankan akan dikembangkan pada 2019.
Pada 2018, mahasiswa dari Universitas Negeri Padang, Universitas Andalas Padang, Universitas Muhanmadiyah Sumatera Barat, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Nasional Jakarta telah melakukan penelitian di lokasi.
Baca juga: Rejang Lebong-Bengkulu termasuk habitat bunga rafflesia, sebut BKSDA
Baca juga: BKSDA temukan lokasi baru Rafflesia
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2019
Tags: