Pagelaran gamelan Indonesia pukau publik Amerika Serikat
26 Januari 2019 15:26 WIB
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC bekerjasama dengan Post Classical Ensemble menyelengarakan pagelaran musik gamelan di Washington National Cathedral di Washington DC, Amerika Serikat pada Rabu (23/1/2019). (KBRI Washington DC)
Jakarta (ANTARA News) - Pertunjukan unik dari perpaduan gamelan Jawa, gamelan Bali dan musik orkestra lengkap, hasil kolaborasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC dengan Post Classical Ensemble serta Washington National Cathedral berhasil memukau lebih dari 500 warga Amerika Serikat.
Pagelaran Rabu (23/1) yang berlangsung selama tiga jam tersebut dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat pada 2019, demikian disampaikan melalui pers rilis KBRI Washington DC yang diterima di Jakarta, Sabtu (26/1).
Mega konser tersebut dibuka dengan langgam Lir-ilir dan Sesonderan yang diiringi gamelan Jawa sekaligus untuk menyambut para penonton memasuki gedung National Cathedral.
Setelah itu, rangkaian atraksi tarian tradisional Indonesia, yakni tari Merak yang diiringi gamelan Jawa, tari Margapati dan tari Topeng Tua dari Bali dipertunjukkan secara apik untuk memesona para hadirin.
Menariknya, sebagian para pemain gamelan Jawa dan Bali yang tampil adalah warga negara Amerika Serikat yang memang sangat mengagumi budaya Indonesia. Mereka secara rutin berlatih setiap pekan di KBRI Washington dengan dipandu pelatih gamelan Jawa bernama Muryanto dan pelatih gamelan Bali I Nyoman Suadin.
Penampilan piano dan orkestra karya Lou Harrison serta rangkaian konser piano melengkapi rangkaian acara hiburan untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat.
Mega konser tersebut bertujuan untuk menunjukkan besarnya pengaruh gamelan terhadap music klasik Barat.
"Kita semua di sini untuk menyaksikan hubungan yang unik dan erat antara gamelan dan musik klasik Barat," kata Wakil Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Iwan Freddy Hari Susanto.
Wakil Dubes RI mengatakan bahwa pagelaran kolaborasi itu merupakan satu bukti pengaruh gamelan Indonesia yang sudah sangat lama menjadi inspirasi bagi para komposer ternama Eropa dan Amerika.
Hal serupa juga ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Post Classical Ensemble Joseph Horrowitz yang menyatakan bahwa tidak ada jenis musik non-Barat lain yang pengaruhnya begitu besar terhadap tradisi Barat, selain gamelan.
Nama-nama besar seperti Claude Debussy, Lou Harrison dan Colin McPhee merupakan contoh komposer dari negara Barat yang mahakaryanya sangat terinspirasi oleh karakter gamelan yang indah dan karakter suaranya sangat berbeda dari aliran musik Barat.
Dalam konteks tersebut, mega konser itu sekaligus memberi pengakuan terhadap kontribusi gamelan sebagai elemen pemersatu yang dapat menjembatani rasa saling pengertian antarbangsa.
Pagelaran kolaborasi musik tersebut juga bertujuan untuk menunjukkan kedekatan hubungan Indonesia dan Amerika Serikat selama ini.
Selain publik yang terdiri dari para penikmat musik dan pemerhati budaya di AS, pementasan gamelan itu juga dihadiri oleh para duta besar dan diplomat senior negara-negara anggota ASEAN dan negara-negara lainnya, para pimpinan perusahaan, dan mitra-mitra kerja KBRI di Washington DC.
Di akhir acara, kopi dan teh spesial dihidangkan bersama keripik khas Indonesia untuk menghangatkan para tamu usai pagelaran musik tersebut.
Pagelaran Rabu (23/1) yang berlangsung selama tiga jam tersebut dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan perayaan 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat pada 2019, demikian disampaikan melalui pers rilis KBRI Washington DC yang diterima di Jakarta, Sabtu (26/1).
Mega konser tersebut dibuka dengan langgam Lir-ilir dan Sesonderan yang diiringi gamelan Jawa sekaligus untuk menyambut para penonton memasuki gedung National Cathedral.
Setelah itu, rangkaian atraksi tarian tradisional Indonesia, yakni tari Merak yang diiringi gamelan Jawa, tari Margapati dan tari Topeng Tua dari Bali dipertunjukkan secara apik untuk memesona para hadirin.
Menariknya, sebagian para pemain gamelan Jawa dan Bali yang tampil adalah warga negara Amerika Serikat yang memang sangat mengagumi budaya Indonesia. Mereka secara rutin berlatih setiap pekan di KBRI Washington dengan dipandu pelatih gamelan Jawa bernama Muryanto dan pelatih gamelan Bali I Nyoman Suadin.
Penampilan piano dan orkestra karya Lou Harrison serta rangkaian konser piano melengkapi rangkaian acara hiburan untuk memperingati 70 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat.
Mega konser tersebut bertujuan untuk menunjukkan besarnya pengaruh gamelan terhadap music klasik Barat.
"Kita semua di sini untuk menyaksikan hubungan yang unik dan erat antara gamelan dan musik klasik Barat," kata Wakil Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Iwan Freddy Hari Susanto.
Wakil Dubes RI mengatakan bahwa pagelaran kolaborasi itu merupakan satu bukti pengaruh gamelan Indonesia yang sudah sangat lama menjadi inspirasi bagi para komposer ternama Eropa dan Amerika.
Hal serupa juga ditegaskan oleh Direktur Eksekutif Post Classical Ensemble Joseph Horrowitz yang menyatakan bahwa tidak ada jenis musik non-Barat lain yang pengaruhnya begitu besar terhadap tradisi Barat, selain gamelan.
Nama-nama besar seperti Claude Debussy, Lou Harrison dan Colin McPhee merupakan contoh komposer dari negara Barat yang mahakaryanya sangat terinspirasi oleh karakter gamelan yang indah dan karakter suaranya sangat berbeda dari aliran musik Barat.
Dalam konteks tersebut, mega konser itu sekaligus memberi pengakuan terhadap kontribusi gamelan sebagai elemen pemersatu yang dapat menjembatani rasa saling pengertian antarbangsa.
Pagelaran kolaborasi musik tersebut juga bertujuan untuk menunjukkan kedekatan hubungan Indonesia dan Amerika Serikat selama ini.
Selain publik yang terdiri dari para penikmat musik dan pemerhati budaya di AS, pementasan gamelan itu juga dihadiri oleh para duta besar dan diplomat senior negara-negara anggota ASEAN dan negara-negara lainnya, para pimpinan perusahaan, dan mitra-mitra kerja KBRI di Washington DC.
Di akhir acara, kopi dan teh spesial dihidangkan bersama keripik khas Indonesia untuk menghangatkan para tamu usai pagelaran musik tersebut.
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019
Tags: