Luhut angkat isu laut dalam WEF 2019
25 Januari 2019 11:17 WIB
Menteri Koordinator Bidang Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, dalam sesinya di acara Workshop on Initiating a Global Insititute and Tri Hita Karana Roadmap for Blended Finance di Indonesia Pavilion Promenade, Davos (24/1). (Kementerian Komunikasi dan Informatika)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengangkat berbagai isu di sektor laut, termasuk soal sampah plastik, dalam rangkaian acara Pertemuan Tahunan Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2019 di Davos, Swiss.
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, Luhut menyampaikan isu kelautan saat mengisi sesi di acara Workshop on Initiating a Global Insititute and Tri Hita Karana Roadmap for Blended Finance di Indonesia Pavilion Promenade, Kamis waktu setempat (24/1).
"Saya sangat menunggu kesempatan untuk berdiskusi lebih lanjut tentang apa yang bisa kita lakukan, guna melindungi sumber daya alam khususnya di sektor kelautan," katanya.
Sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, laut merupakan salah satu pusat perekonomian bagi Indonesia sehingga isu tentang kelautan adalah isu yang menarik dan penting.
"Sebagai negara kedua terbesar penghasil produk laut di dunia, tidak heran jika sektor industri laut memegang peranan yang signifikan terhadap angka Produk Domestik Bruto Nasional," jelasnya.
Luhut menjelaskan, sektor laut menyerap lebih dari 4 persen jumlah total tenaga kerja di Indonesia. Laut juga merupakan kunci utama akses pemenuhan kebutuhan protein bagi jutaan orang, sektor wisata yang kuat, sumber utama industri budi daya air, dan juga menjadi rumah untuk jutaan orang.
Seperti negara-negara lainnya, Indonesia melihat berbagai tantangan terhadap laut, salah satunya adalah isu plastik di lautan. Belum lagi bencana alam yang belakangan kerap terjadi juga memberikan efek terhadap komunitas lautan di Indonesia, salah satunya adalah bencana tsunami yang belum lama terjadi di Selat Sunda, Indonesia.
"Saat ini Indonesia melakukan banyak hal untuk melindungi laut dari sampah plastik, salah satunya dengan gerakan Tri Hita Karana for Clean Bali, di mana penggunaan plastik sekali pakai dilarang sejak bulan Juni," lanjut Luhut.
Upaya itu dilakukan untuk keberlanjutan dari sumber laut. Pasalnya, sudah lama plastik menjadi ancaman bagi lingkungan dan juga kehidupan manusia sehingga dampak buruknya untuk generasi Indonesia selanjutnya harus ditangani dengan baik.
"Kami tidak mau melihat generasi Indonesia yang stunting di masa depan," imbuhnya.
Komitmen Indonesia untuk melindungi laut juga ditunjukkan dengan keaktifan Presiden Indonesia, Joko Widodo sebagai anggota dari High Level Panel dalam Sustainable Ocean Economy.
Indonesia juga telah memperkenalkan sistem perekonomian untuk kelautan guna mendukung nelayan lokal dan menjadi solusi untuk melindungi keanekaragaman hayati laut Indonesia.
Melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, Luhut menyampaikan isu kelautan saat mengisi sesi di acara Workshop on Initiating a Global Insititute and Tri Hita Karana Roadmap for Blended Finance di Indonesia Pavilion Promenade, Kamis waktu setempat (24/1).
"Saya sangat menunggu kesempatan untuk berdiskusi lebih lanjut tentang apa yang bisa kita lakukan, guna melindungi sumber daya alam khususnya di sektor kelautan," katanya.
Sebagai negara kepulauan yang terdiri lebih dari 17.000 pulau, laut merupakan salah satu pusat perekonomian bagi Indonesia sehingga isu tentang kelautan adalah isu yang menarik dan penting.
"Sebagai negara kedua terbesar penghasil produk laut di dunia, tidak heran jika sektor industri laut memegang peranan yang signifikan terhadap angka Produk Domestik Bruto Nasional," jelasnya.
Luhut menjelaskan, sektor laut menyerap lebih dari 4 persen jumlah total tenaga kerja di Indonesia. Laut juga merupakan kunci utama akses pemenuhan kebutuhan protein bagi jutaan orang, sektor wisata yang kuat, sumber utama industri budi daya air, dan juga menjadi rumah untuk jutaan orang.
Seperti negara-negara lainnya, Indonesia melihat berbagai tantangan terhadap laut, salah satunya adalah isu plastik di lautan. Belum lagi bencana alam yang belakangan kerap terjadi juga memberikan efek terhadap komunitas lautan di Indonesia, salah satunya adalah bencana tsunami yang belum lama terjadi di Selat Sunda, Indonesia.
"Saat ini Indonesia melakukan banyak hal untuk melindungi laut dari sampah plastik, salah satunya dengan gerakan Tri Hita Karana for Clean Bali, di mana penggunaan plastik sekali pakai dilarang sejak bulan Juni," lanjut Luhut.
Upaya itu dilakukan untuk keberlanjutan dari sumber laut. Pasalnya, sudah lama plastik menjadi ancaman bagi lingkungan dan juga kehidupan manusia sehingga dampak buruknya untuk generasi Indonesia selanjutnya harus ditangani dengan baik.
"Kami tidak mau melihat generasi Indonesia yang stunting di masa depan," imbuhnya.
Komitmen Indonesia untuk melindungi laut juga ditunjukkan dengan keaktifan Presiden Indonesia, Joko Widodo sebagai anggota dari High Level Panel dalam Sustainable Ocean Economy.
Indonesia juga telah memperkenalkan sistem perekonomian untuk kelautan guna mendukung nelayan lokal dan menjadi solusi untuk melindungi keanekaragaman hayati laut Indonesia.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019
Tags: