Meski kasus DBD naik, Tulungagung-Jatim belum tetapkan status KLB
23 Januari 2019 00:52 WIB
Petugas laborat menyimpan darah donor di lemari penyimpanan berpendingin di unit laboratorium PMI Tulungagung, Jawa Timur, Senin (20/3/2017). PMI setempat kekurangan stok darah golongan O yang hanya tersedia 12 kantong dari kebutuhan normal 70 kantong setiap hari, seiring meningkatnya permintaan darah akibat wabah DBD sepanjang sepekan terakhir. (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)
Tulungagung, Jatim (ANTARA News) - Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. belum menetapkan status KLB (kejadian luar biasa) demam berdarah meski jumlah penderita DBD (demam berdarah dengue) di daerah itu hingga saat ini tercatat mencapai 223 orang.
"Memang terjadi lonjakan (kasus). Namun kami belum akan menetapkan status KLB," kata Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tulungagung Didik Eka di Tulungagung, Selasa.
Didik menjelaskan alasannya tidak terburu-buru menetapkan status KLB, yakni kwantitas kasus yang belum berlipat dua kali dibanding tahun sebelumnya. Apalagi, selama kurun Januari ini tidak ada kasus penderita yang meninggal karena DBD.
"Kami masih fokus pada pengendalian dan penanganan intensif melalui gerakan pengasapan dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)," ujarnya.
Ia menjelaskan, Kabupaten Tulungagung pernah menetapkan KLB dalam penanganan kasus DBD, yakni pada Januari 2014 dengan jumlah sekitar 382 kasus DBD.
Salah satu pertimbangan untuk menetapkan KLB kembali, kata dia, jumlah penderita harus dua kali lipat dari periode pertama ditetapkannya KLB.
"Kalau belum dua kali lipat jumlah penderita dari periode tahun sebelumnya, maka belum bisa ditetapkan KLB," katanya.
Didik menuturkan, kendati saat ini telah ditemukan sekitar 223 penderita DBD atau mengalami peningkatan jumlah penderita secara signifikan, walaupun itu tidak ada pernyataan KLB.
Pihaknya tetap memberlakukan seperti KLB. "Artinya, penanganan lebih intensif terhadap masyarakat. Semoga saja tidak terjadi KLB nantinya," ujarnya.
Lebih lanjut Didik menjelaskan, banyaknya temuan pasien positif DBD ini dipicu oleh perubahan cuaca yang terjadi saat ini dari kemarau ke hujan, dan apabila tidak diwaspadai maka pihaknya yakin jumlah pasien akan terus bertambah.
"Ini karena anomali cuaca, tahun kemarin di bulan Januari yang meninggal tidak ada dengan temuan kasus sebanyak 11, kalau untuk perbandingan di tahun ini di Kediri kematian sampai 9 pasien," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya tetap melakukan fogging ketika menemukan penularan di masyarakat, dengan radius "fogging" atau pengasapan, yakni 200 meter dari temuan lokasi warga yang positif DBd.
Sepanjang tahun kemarin saja telah dilakukan 122 kali pengasapan di 30 lokasi yang ditemukan penularan DB, terutama di 4 kecamatan yang banyak terjadi temuan DB yakni di kecamatan Tulungagung, Kedungwaru, Boyolangu dan Ngantru.
"Kami sudah melakukan pengasapan di 30 titik yang tersebar di empat kecamatan, karena disana ditemukan yang positif dan penularan," ujarnya.?
Ia mengakui, tindakan pengasapan yang dilakukan hanya akan membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik-jentik nyamuk yang ada di dalam wadah berisi air masih tetap hidup, oleh sebab itu diperlukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sehingga nyamuk ukuran besar sampai jentik bisa dibasmi.
"Untuk memberantas itu tetap perlu PSN, sebab jentik-jentik nyamuk itu tidak mati kalau difogging," katanya.
Baca juga: Puluhan siswa SD Tulungagung keracunan teh kemasan
Baca juga: Kata KPAI soal efek vaksinasi difteri di Tulungagung
"Memang terjadi lonjakan (kasus). Namun kami belum akan menetapkan status KLB," kata Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Tulungagung Didik Eka di Tulungagung, Selasa.
Didik menjelaskan alasannya tidak terburu-buru menetapkan status KLB, yakni kwantitas kasus yang belum berlipat dua kali dibanding tahun sebelumnya. Apalagi, selama kurun Januari ini tidak ada kasus penderita yang meninggal karena DBD.
"Kami masih fokus pada pengendalian dan penanganan intensif melalui gerakan pengasapan dan PSN (pemberantasan sarang nyamuk)," ujarnya.
Ia menjelaskan, Kabupaten Tulungagung pernah menetapkan KLB dalam penanganan kasus DBD, yakni pada Januari 2014 dengan jumlah sekitar 382 kasus DBD.
Salah satu pertimbangan untuk menetapkan KLB kembali, kata dia, jumlah penderita harus dua kali lipat dari periode pertama ditetapkannya KLB.
"Kalau belum dua kali lipat jumlah penderita dari periode tahun sebelumnya, maka belum bisa ditetapkan KLB," katanya.
Didik menuturkan, kendati saat ini telah ditemukan sekitar 223 penderita DBD atau mengalami peningkatan jumlah penderita secara signifikan, walaupun itu tidak ada pernyataan KLB.
Pihaknya tetap memberlakukan seperti KLB. "Artinya, penanganan lebih intensif terhadap masyarakat. Semoga saja tidak terjadi KLB nantinya," ujarnya.
Lebih lanjut Didik menjelaskan, banyaknya temuan pasien positif DBD ini dipicu oleh perubahan cuaca yang terjadi saat ini dari kemarau ke hujan, dan apabila tidak diwaspadai maka pihaknya yakin jumlah pasien akan terus bertambah.
"Ini karena anomali cuaca, tahun kemarin di bulan Januari yang meninggal tidak ada dengan temuan kasus sebanyak 11, kalau untuk perbandingan di tahun ini di Kediri kematian sampai 9 pasien," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya tetap melakukan fogging ketika menemukan penularan di masyarakat, dengan radius "fogging" atau pengasapan, yakni 200 meter dari temuan lokasi warga yang positif DBd.
Sepanjang tahun kemarin saja telah dilakukan 122 kali pengasapan di 30 lokasi yang ditemukan penularan DB, terutama di 4 kecamatan yang banyak terjadi temuan DB yakni di kecamatan Tulungagung, Kedungwaru, Boyolangu dan Ngantru.
"Kami sudah melakukan pengasapan di 30 titik yang tersebar di empat kecamatan, karena disana ditemukan yang positif dan penularan," ujarnya.?
Ia mengakui, tindakan pengasapan yang dilakukan hanya akan membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik-jentik nyamuk yang ada di dalam wadah berisi air masih tetap hidup, oleh sebab itu diperlukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sehingga nyamuk ukuran besar sampai jentik bisa dibasmi.
"Untuk memberantas itu tetap perlu PSN, sebab jentik-jentik nyamuk itu tidak mati kalau difogging," katanya.
Baca juga: Puluhan siswa SD Tulungagung keracunan teh kemasan
Baca juga: Kata KPAI soal efek vaksinasi difteri di Tulungagung
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: