Jakarta (ANTARA News) - Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Guntur Romli mengatakan, informasi yang memalsukan kebenaran (hoaks) merupakan perusak demokrasi yang berbahaya.

Sebab hoaks sebagai informasi yang telah dimanipulasi untuk tujuan tertentu tersebut dapat dengan cepat disebarkan melalui media sosial dan dapat dipercaya oleh masyarakat, kata Guntur Romli dalam diskusi menjaga demokrasi dari bahaya hoaks di Jakarta, Selasa.

"Sekarang ini kebenaran adalah informasi yang viral di media sosial. Orang lebih percaya informasi yang viral di media sosial. Kebenaran tidak lagi ditentukan oleh fakta, demokrasi terancam oleh hoaks," katanya.

Demokrasi sebagai salah satu sistem yang menyerap aspirasi masyarakat dalam beroperasi akan sangat dirugikan, bila kemudian hoaks yang justru dipercayai masyarakat.

Sementara fakta yang sebenarnya justru tersisihkan. Akibatnya, hoaks yang biasanya bermuatan menyebar kebencian akan menggerus mutu demokrasi dan bahkan dapat terancam keberlangsungannya.

Kebencian yang menyebar juga akan membuat masyarakat terpecah belah, dan membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Untuk itu, menurut dia, salah satu upaya penting adalah membentengi masyarakat dengan kemampuan literasi yang lebih baik. Kemampuan masyarakat untuk melakukan cek dan ricek kembali (tabayun) terhadap informasi yang diperoleh.

Pengamat politik Islam Mulawarman Hannase mengatakan konflik dan keteganhan dalam dunia Islam seringkali diakibatkan oleh informasi yang dimanipulasi (hoaks).

Ia mencontohkan hoaks oleh Amerika Serikat tentang adanya senjata pemusnah masal yang dimiliki oleh Irak. Hoaks tersebut digulirkan melalui media massa. Dengan alasan ada informasi senjata pemusnah masal tersebut Amerika Serikat menyerang Irak. Hasilnya Irak porak poranda.

Ketua Bidang Keagamaan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Indonesia Fadhly Azhar dalam diskusi tersebut mengatakan, literasi masyarakat adalah hal utama dalam melawan hoaks.