Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia pada Selasa dibuka menguat seiring optimisme pada hasil kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China pada akhir Januari ini, kata analis pasar modal.

IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) Selasa dibuka menguat 1,77 poin atau 0,03 persen ke posisi 6.452,6. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak naik 0,44 poin atau 0,43 persen menjadi 1.029,5.

Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah di Jakarta, Selasa, mengatakan Presiden Donald AS Trump menuturkan telah ada kemajuan menuju kesepakatan perdagangan dengan China. Wakil Perdana Menteri China Liu He akan mengunjungi AS pada 30 dan 31 Januari untuk melanjutkan negosiasi perdagangan setelah perundingan wakil menteri pada awal bulan ini.

Baca juga: PBB sebut sejumlah risiko, pertumbuhan ekonomi global tetap 3,0 persen,

"Perdagangan AS dengan China menuju kesepakatan perdagangan baru, bisa menyulut positif pasar global, yang pada akhirnya dapat mengangkat IHSG ke tingkat yang lebih baik pada perdagangan hari ini," ujar Alfiansyah.

Optimisme mengenai kesepakatan dagang yang didukung oleh pernyataan Donald Trump dinilai cukup baik dan masih menjadi pendorong untuk sentimen pembelian aset beresiko, terbukti dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS atau US Treasury bertenor 10 tahun yang kemarin kembali mendekati level 2,8 persen.

Selain itu, rilis data PDB China kuartal IV 2018 sebesar 6,4 persen juga memberikan sentimen yang cukup baik dikarenakan para pelaku pasar yang telah mengekspektasikan pelemahan tersebut. Perlambatan aktifitas perekonomian China sesuai dengan perlambatan ekspor dan impor sebesar 4,4 persen dan 7,6 persen.

Bursa regional, di antaranya indeks Nikkei melemah 9,93 poin (0,05 persen) ke 20.709,4, Indeks Hang Seng melemah 99,91 poin (0,37 persen) ke 27.096,63, dan Straits Times melemah 7,4 poin (0,23 persen) ke posisi 3.213,16.

Baca juga: Rupiah menguat, dekati angka Rp14.200

Baca juga: Dolar sedikit melemah, investor khawatir perlambatan ekonomi global