Kelemahan penulis Indonesia disebut terkait soal riset
21 Januari 2019 22:02 WIB
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid, Ketua Harian Panitia Pelaksana Market Focus untuk London Book Fair, Laura Bangun Prinsloo, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf saat konferensi pers pelaksanaan Indonesia sebagai Market Focus dalam London Book Fair 2019 di Jakarta, Senin. (Indriani)
Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hilmar Farid mengatakan kelemahan dari penulis Indonesia terletak pada riset dan juga pemilihan temanya
"Buku merupakan produk kolaborasi, jadi penulis tidak bekerja sendiri. Tetapi didukung riset dan juga diskusi dengan editor," ujar Hilmar dalam acara konferensi pers di Jakarta, Senin.
Akan tetapi di Tanah Air, banyak penulis yang memiliki naskah kemudian ditawaran ke penerbit. Berbeda di negara lain, yang mana penulis dan penerbit berkolaborasi melihat apa yang tren saat ini dan kemudian menjadikannya sebagai buku.
"Kemendikbud berharap dalam berekspresi penulis Indonesia mendapat ruang lebih luas. Saat ini penjualan buku belum terlalu besar, dugaan saya dari segi kualitas masih kalah," jelas dia.
Ia memberi contoh bagaimana dulu hasil penelitian yang dijadikan skripsi dijadikan buku. Akibatnya dari segi kuantitas buku banyak, namun kurang berkualitas.
Sebanyak 12 karya penulis Indonesia akan ditampilkan dalam pergelaran London Book Fair 2019 yang diselenggarakan di London 12 hingga 14 Maret 2019.
Sebanyak 12 penulis tersebut yakni Agustinus Wibowo, Clara Ng, Dewi Lestari, Faisal Oddang, Intan Paramadhita, Laksmi Pamuntjak, Leila S Chudori, Nirwan Dewanto, Norman Erikson Pasaribu, Reda Gaudiamo, Seno Gumira Ajidarma, dan Sheila Rooswitha Putri.
Indonesia akan menjadi Market Focus dalam London Book Fair 2019. Untuk pameran tersebut telah terseleksi sebanyak 450 judul buku yang akan dipamerkan dari pelaku industri penerbitan yang terdiri dari 23 penerbit buku, agen sastra, dan 10 produsen produk kreatif.
"Kami menargetkan ada sekitar 50 hak cipta dapat terjual dalam pameran itu," kata Ketua Harian Panitia Pelaksana Market Focus untuk London Book Fair, Laura Bangun Prinsloo.
Baca juga: 12 penulis Indonesia akan tampil di London Book Fair 2019
Baca juga: Buku Indonesia laris di London Book Fair
"Buku merupakan produk kolaborasi, jadi penulis tidak bekerja sendiri. Tetapi didukung riset dan juga diskusi dengan editor," ujar Hilmar dalam acara konferensi pers di Jakarta, Senin.
Akan tetapi di Tanah Air, banyak penulis yang memiliki naskah kemudian ditawaran ke penerbit. Berbeda di negara lain, yang mana penulis dan penerbit berkolaborasi melihat apa yang tren saat ini dan kemudian menjadikannya sebagai buku.
"Kemendikbud berharap dalam berekspresi penulis Indonesia mendapat ruang lebih luas. Saat ini penjualan buku belum terlalu besar, dugaan saya dari segi kualitas masih kalah," jelas dia.
Ia memberi contoh bagaimana dulu hasil penelitian yang dijadikan skripsi dijadikan buku. Akibatnya dari segi kuantitas buku banyak, namun kurang berkualitas.
Sebanyak 12 karya penulis Indonesia akan ditampilkan dalam pergelaran London Book Fair 2019 yang diselenggarakan di London 12 hingga 14 Maret 2019.
Sebanyak 12 penulis tersebut yakni Agustinus Wibowo, Clara Ng, Dewi Lestari, Faisal Oddang, Intan Paramadhita, Laksmi Pamuntjak, Leila S Chudori, Nirwan Dewanto, Norman Erikson Pasaribu, Reda Gaudiamo, Seno Gumira Ajidarma, dan Sheila Rooswitha Putri.
Indonesia akan menjadi Market Focus dalam London Book Fair 2019. Untuk pameran tersebut telah terseleksi sebanyak 450 judul buku yang akan dipamerkan dari pelaku industri penerbitan yang terdiri dari 23 penerbit buku, agen sastra, dan 10 produsen produk kreatif.
"Kami menargetkan ada sekitar 50 hak cipta dapat terjual dalam pameran itu," kata Ketua Harian Panitia Pelaksana Market Focus untuk London Book Fair, Laura Bangun Prinsloo.
Baca juga: 12 penulis Indonesia akan tampil di London Book Fair 2019
Baca juga: Buku Indonesia laris di London Book Fair
Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019
Tags: