Alat pendeteksi potensi bencana dibutuhkan BPBD Palu
Seorang anak memperbaiki sepedanya di kamp pengungsian korban gempa, tsunami dan pencairan tanah (likuifaksi) di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu(7/11/2018). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu menyebutkan, hingga 5 November 2018 jumlah warga Kota Palu yang masih bertahan di tenda pengungsian akibat bencana alam di daerah tersebut berjumlah sekitar 87.000 orang atau menurun dibanding jumlah sebelumnya yang mencapai sekitar 98.000 orang. Penurunan jumlah pengungsi itu seiring membaiknya kondisi Kota Palu, baik dari aspek sosial, ekonomi maupun keamanan. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/hp.
"Dalam mengamati potensi-potensi bencana, harusnya kita semua memiliki alat pendeteksi dan terhubung satu dan lainnya, misalnya klimatologi, maka idealnya kita memiliki layar pemantau klimatologi," kata Kepala BPBD Palu, Presly Tampubolon, di Palu, Senin.
Idealnya, kata Presly Tampubolon, BPBD Palu memiliki alat pendeteksi potensi bencana, misalkan seperti layar pemantau potensi gempa dan tsunami.
Ia mengakui hingga saat ini, BPBD Palu belum memiliki alat pendeteksi potensi bencana tersebut. BPBD Palu juga belum memiliki alat pengukur luapan sungai.
"Itu juga saya minta ke Balai Wilayah Sungai Sulawesi (BWSS), untuk potensi luapan sungai Palu agar perlu ada alat pendeteksi potensi luapan. Dulu ada tower teropong luapan sungai, tapi tidak tahu rusak atau apa. Nah saya minta biar hanya pakai alat manual seperti garis atau tanda," katanya.
Dia menyebutkan, tanda pengukur air sungai itu penting. Hal itu agar, apabila ketinggian telah mencapai batas, maka BPBD segera mengambil langkah untuk penanggulangan.
"Ini supaya kami bisa memberikan informasi kepada masyarakat yang ada di sekitar sungai Palu, agar waspada dengan kondisi itu," ujar dia.
Presly mengatakan bahwa kondisi yang dialami Kota Palu, telah disampaikannya kepada Badan Nasional Penaggulangan Bencana di Jakarta, atas minimnya alat dan sarana prasarana pendeteksi bencana.
"Saya suda sampaikan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengetahui bahwa Palu berada di jalur patahan yang aktif. Saya bertanya ke BNPB, apa yang bisa difasilitasi ke kami, agar kami bisa mengantisipasi potensi-potensi itu," katanya.
Namun, kata dia, probelmnya BNPB juga belum memiliki alat-alat pendeteksi bencana tersebut seperti yang dibutuhkan oleh BPBD Kota Palu.
Ia menambahkan bahwa dirinya telah menyampaikan tentang kawasan-kawasan jalur patahan, yang nantinya akan ditindak lanjuti lewat mitigasi bencana di tahun 2019 ini.
Baca juga: BPBD Palu ukur tingkat kerentanan tanah untuk mitigasi bencana
Baca juga: BPBD dorong desa miliki rencana penanggulangan bencana
Baca juga: BPBD Palu belum izinkan warga manfaatkan lahan terdampak likuefaksi
Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019