Rengosdengklok, Karawang (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan persatuan kepada jamaah dalam dzikir akbar yang digelar di Pondok Pesantren Al Baghdadi, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) hadir dalam acara dzikir akbar dalam rangka Maulid Nabi Muhammad saw dan Khaul Syekh Abdul Qodir Al Jaelani RA di Pondok Pesantren Al Baghdadi, Rengasdengklok, Karawang, Sabtu malam, sekitar pukul 22.15 WIB setelah menempuh perjalanan darat dari Garut.

Presiden Jokowi kemudian menyampaikan pidato di hadapan ribuan orang yang antusias dan telah menantinya sejak sore hari.

"Saya sangat berbahagia Alhamdulillah bisa hadir. Seperti yang tadi disampaikan oleh Abah bahwa ini adalah kunjungan saya yang ketujuh," kata Presiden.

Karena itu, Presiden mengaku sangat bahagia bisa hadir dan menyapa jamaah di Pondok Pesantren asuhan Abah Kiai Haji Junaidi Al Baghdadi.

"Dan pada kesempatan yang baik ini saya ingin mengingatkan pada kita semua ya, menyadarkan pada kita semuanya bahwa bangsa ini adalah bangsa besar, Indonesia adalah negara besar, negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara besar, penduduk kita sekarang sudah 260 juta, yang hidup di 17 ribu pulau, yang hidup di 514 kota dan kabupaten, yang hidup di 34 provinsi," katanya.

Presiden menambahkan bahwa Indonesia dianugerahi oleh Allah sebagai negeri yang berbeda-beda, beragam, majemuk, berbeda suku, berbeda agama, berbeda adat, berbeda tradisi, berbeda bahasa daerah dan lain-lain. "Beda-beda semuanya, sudah menjadi Sunatullah, sudah menjadi hukum Allah kalau memang Bangsa Indonesia ini berbeda beda," katanya.

Karena itu Presiden ingin mengajak semua yang hadir untuk merawat, menjaga dan memelihara persaudaraan, kerukunan dan persatuan bangsa. Presiden mengingatkan jangan sampai perbedaan-perbedaan menjadikan Bangsa Indonesia tidak seperti bersaudara lagi.

"Saya kadang-kadang sedih kalau mendengar, ini biasanya dimulai gara-gara biasanya ini dari pilihan bupati, urusan politik, dimulai dari pilihan wali kota, dimulai dari pilihan gubernur, dimulai dari urusan presiden," katanya.

Perbedaan pilihan politik kadang membuat antarsesama tidak saling menyapa bahkan bermusuhan. Presiden ingin agar hal itu jangan sampai terjadi namun meyakini jamaah Abah Junaedi Al Baghdadi tidak akan terpengaruh hal-hal negatif karena sudah paham apa yang diperbolehkan dan apa yang tidak.

"Saya titip, jangan sampai tidak saling omong dengan tetangga, tidak saling sapa. Tidak saling menyapa antarkampung. Itu harus kita hindarkan," katanya.

Soal pilihan politik, Presiden Jokowi menyarankan para jamaah untuk menggunakan hati nurani dan pikiran secara jernih. "Kalau ada pilihan bupati, dilihat ada A, B, C, ya dilihat saja pengalaman punya enggak, prestasinya ada enggak, rekam jejaknya ada enggak, programnya bagus enggak, idenya bagus enggak. Gagasan gagasannya bagus enggak, dilihat itu saja," katanya.

Ia berpesan agar jamaah jangan mendengarkan fitnah-fitnah dari sumber yang tidak jelas arahnya dan menyesatkan.

Setelah menyampaikan pesannya Presiden Jokowi menyempatkan untuk turun dari panggung menyapa jamaah dan bersalaman dengan beberapa di antara mereka. Kemudian, Presiden meninggalkan Pondok Pesantren yang pernah didatanginya pada 2014 itu.
Baca juga: Jokowi tegaskan dana desa jangan sampai kembali ke Jakarta
Baca juga: Di tengah hujan deras Presiden bagikan sertifikat kepada masyarakat Garut
Baca juga: Presiden pesan produk sabun Eli Liawati, warga Garut, senilai Rp2 miliar