"Supermoon" tak berdampak signifikan di pesisir selatan Yogyakarta, sebut BMKG
19 Januari 2019 17:11 WIB
Seorang warga menggunakan payung menerobos lebatnya hujan hujan di kawasan Kotabaru, Yogyakarta, Jumat (28/12). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengimbau warga bantaran sungai yang berhulu di kaki Merapi untuk meningkatkan kewaspadaan jelang puncak musim hujan yang terjadi pada Desember 2012 hingga Januari 2013 sebagai puncak musim penghujan. (FOTO ANTARA/Noveradika)
Yogyakarta, (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Yogyakarta menyebut fenomena "supermoon" yang akan terjadi pada 19 hingga 22 Januari 2019 diperkirakan tidak akan berdampak signifikan terhadap kenaikan pasang air laut di pesisir selatan Yogyakarta.
"Ada potensi kenaikan (pasang air laut) di pesisir selatan Yogyakarta akibat `supermoon` tetapi tidak berdampak signifikan atau tidak sampai maksimum," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasius Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiono, di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut Djoko, supermoon adalah posisi periegee atau posisi di mana bulan menempati titik terdekat dengan bumi. Kondisi ini umumnya berdampak pada kenaikan pasang air laut, khususnya pada malam hari.
Ia mengatakan efek dari kenaikan pasang air laut itu tidak akan terlalu dirasakan masyarakat di pesisir selatan Yogyakarta sebab tinggi daratan di pesisir selatan Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan lautnya.
"Berbeda dengan di daerah pantai utara (pantura), di mana umumnya daratannya lebih rendah sehingga labih banyak dirasakan warga yang tinggal di daerah pesisir," kata dia.
Meski demikian, ia menyebut saat ini sampai 22 Januari 2019 tinggi gelombang di laut selatan Yogyakarta diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2,5 meter dengan kecepatan angin rata 5-20 knot sehingga masih perlu diwaspadai masyarakat, khususnya para nelayan.
Tinggi gelombang itu, menurut dia, lebih disebabkan oleh daerah tekanan udara rendah yang muncul di Samudera Hindia, di sebelah selatan Jawa."Sehingga meskipun tidak terlalu dipengaruhi supermoon, masyarakat tetap perlu mewaspadai tinggi gelombang laut di pesisir selatan," demikian Djoko Budiono.
Baca juga: BMKG prakirakan "supermoon" picu rob
Baca juga: Waspadai tinggi gelombang laut selatan Yogyakarta
Baca juga: LIPI amati kondisi laut saat "supermoon"
"Ada potensi kenaikan (pasang air laut) di pesisir selatan Yogyakarta akibat `supermoon` tetapi tidak berdampak signifikan atau tidak sampai maksimum," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasius Klimatologi Yogyakarta, Djoko Budiono, di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut Djoko, supermoon adalah posisi periegee atau posisi di mana bulan menempati titik terdekat dengan bumi. Kondisi ini umumnya berdampak pada kenaikan pasang air laut, khususnya pada malam hari.
Ia mengatakan efek dari kenaikan pasang air laut itu tidak akan terlalu dirasakan masyarakat di pesisir selatan Yogyakarta sebab tinggi daratan di pesisir selatan Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan dengan lautnya.
"Berbeda dengan di daerah pantai utara (pantura), di mana umumnya daratannya lebih rendah sehingga labih banyak dirasakan warga yang tinggal di daerah pesisir," kata dia.
Meski demikian, ia menyebut saat ini sampai 22 Januari 2019 tinggi gelombang di laut selatan Yogyakarta diperkirakan mencapai 1,5 hingga 2,5 meter dengan kecepatan angin rata 5-20 knot sehingga masih perlu diwaspadai masyarakat, khususnya para nelayan.
Tinggi gelombang itu, menurut dia, lebih disebabkan oleh daerah tekanan udara rendah yang muncul di Samudera Hindia, di sebelah selatan Jawa."Sehingga meskipun tidak terlalu dipengaruhi supermoon, masyarakat tetap perlu mewaspadai tinggi gelombang laut di pesisir selatan," demikian Djoko Budiono.
Baca juga: BMKG prakirakan "supermoon" picu rob
Baca juga: Waspadai tinggi gelombang laut selatan Yogyakarta
Baca juga: LIPI amati kondisi laut saat "supermoon"
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: