Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pegiat keanekaragaman hayati (kehati) yang tergabung dalam Gerakan Anak Muda Biodiversity Warrior Yayasan KEHATI melakukan kegiatan Asian Waterbird Census 2019 di Hutan Lindung Angke Kapuk, Jakarta, Sabtu.

Kegiatan yang diikuti oleh berbagai kalangan mulai dari umum, mahasiswa dan sekolah ini merupakan kali keempat dan rutin digelar di pekan ketiga atau keempat Januari setiap tahunnya di tempat yang sama.

Direktur Eksekutif Yayasan KEHATI Riki Frindos mengatakan kegiatan sensus secara berkala ini penting karena burung air merupakan indikator keseimbangan ekosistem lahan basah.

Ekosistem ini menyediakan makan, tempat istirahat, dan bertengger bagi spesies yang dikenal karismatik ini.

“Tujuan kami mendukung kegiatan Asian Waterbird Census 2019 selain ingin terlibat dalam pelestarian burung air, kami ingin mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat Indonesia terutama generasi muda tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan makhluk hidup yang terdapat di dalamnya,” kata Riki.

Dengan luas 44,67 hektare, hutan lindung ini memang tergolong kecil, tetapi posisinya strategis dan merupakan kawasan peralihan antara daratan dan lautan di bagian utara DKI Jakarta yang memanjag dari muara Sungai Angke di bagian timur sampai perbatasan DKI Jakarta dengan Banten di bagian barat.

Menurut Riki, dengan posisi seperti ini, Hutan Lindung Angke Kapuk berperan penting dalam menjaga stabilitas kawasan di sekitarnya.

“Termasuk keberadaan burung air,” ucap dia.

Baca juga: Burung air sulit beradaptasi karena alam semakin rusak

Baca juga: Kerusakan habitat ancam populasi burung air

Baca juga: Azyumardi: manusia sebagai khalifah bertugas memakmurkan alam