New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sesjen PBB), Ban Ki-moon, meminta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membantu upaya meredakan ketegangan di Myanmar mengingat Yudhoyono memiliki hubungan baik dengan pemimpin Myanmar, Jenderal Senior Than Shwe. "Dalam pertemuan saya dengan Sesjen PBB, beliau secara pribadi meminta kepada saya untuk apa yang bisa saya lakukan, mengingat saya sudah pernah mengunjungi Myanmar. Dan, apa juga yang Indonesia dan ASEAN bisa lakukan," kata Yudhoyono kepada para wartawan Indonesia di New York, Kamis, sebelum meninggalkan New York menuju Jakarta. Menurut Presiden Yudhoyono, tidak tertutup kemungkinan bahwa dirinya akan melakukan kontak secara langsung dengan Jenderal Than Shwe untuk membicarakan perkembangan terakhir di Myanmar, namun ia mengatakan, dirinya belum memutuskan untuk melakukan kontak tersebut. "Apakah saya berkomunikasi langsung dalam suasana seperti ini, masih saya pertimbangkan... Kalau itu diperlukan, dan ternyata membawa manfaat, tentu sebagai sesama negara ASEAN, sebagai sahabat Myanmar, saya bisa melakukan itu," kata Yudhoyono. Dalam dua kali pertemuannya dengan Than Shwe, yaitu saat Yudhoyono berkunjung ke Myanmar dan sebaliknya juga Than Shwe berkunjung ke Jakarta, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa dirinya selalu menyampaikan harapan sebagai salah satu pemimpin ASEAN bahwa proses demokratisasi di Myanmar akan berjalan dengan baik. Pengalaman Indonesia berubah dari faham politik yang otoriter menjadi demokratis, termasuk menempatkan militer pada peran yang tepat, menjadi gambaran yang disampaikan Yudhoyono kepada mitranya dari Myanmar itu. "Maksud saya, dengan pengalaman itu kita bisa berbagi dengan Myanmar. Tapi, saya menduga bahwa pimpinan Myanmar ini tidak hanya berpikir tentan bagaimana proses demokratisasi berjalan, tapi mengkhawatirkan keutuhan nasional dan keamanan mereka," kata Presiden Yudhoyono. Sejalan dengan itu, Kepala Negara mengatakan, dirinya dalam berbagai kesempatan bertemu dengan para pemimpin dunia, termasuk Sesjen PBB dan Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, selalu menekankan bahwa masyarakat internasional harus membantu proses demokratisasi maupun menguatkan kesatuan dan keamanan Myanmar. "Sehingga, mereka memiliki keyakinan bahwa demokratisasi itu akan membawa kebaikan bagi Myanmar," kata Yudhoyono. Kepada Sesjen PBB, Ban Ki-moon, yang memintanya untuk membantu mencarikan upaya penyelesaian ketegangan di Myanmar, Presiden Yudhoyono mengatakan, dirinya akan berkomunikasi dengan Singapura, negara yang saat ini menjadi Ketua bergilir Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Presiden Yudhoyono mengungkapkan, ia pada Kamis pagi telah berbicara dengan Perdana Menteri (PM) Singapura, Lee Hsien Loong, dan sepakat perlu dikeluarkannya pernyataan bersama ASEAN tentang Myanmar. "Saya setuju saja, yang pasti pernyataan tersebut harus menjadi bagian dari solusi, yang kira-kira tidak memperparah situasi, tapi bisa membuat situasi di Myanmar lebih baik," kata Presiden. Sejalan dengan hal itu, pada Kamis para menteri luar negeri dari 10 negara ASEAN melakukan pertemuan di Markas Besar PBB, New York, yang membahas masalah perkembangan terakhir tentang ketegangan dan kekerasan yang berlangsung di Myanmar. Para Menlu ASEAN menyatakan, sangat terkejut mendengar digunakannya senjata api otomatis terhadap para demonstran hingga menyebabkan jatuhnya korban dan meminta junta militer Myanmar untuk segera menghentikan tindakan kekerasan. Mereka mendesak Myanmar, agar menahan diri dan menempuh penyelesaian secara politik serta kembali menjalankan upaya rekonsiliasi nasional dengan semua pihak. Myanmar juga diminta untuk membebaskan semua tahanan politik, termasuk tokoh demokrasi Aung San Suu Kyi. Para Menlu ASEAN juga secara langsung menyampaikan kekhawatiran mereka kepada Menlu Myanmar, Nyan Win, dan menganggap bahwa perkembangan di Myanmar telah memberikan dampak serius terhadap nama baik dan kredibilitas ASEAN. Menurut pernyataan PM Singapura, Lee Hsien Loong, akan mengirimkan surat kepada Jenderal Senior Than Shwe untuk menyampaikan sikap ASEAN tersebut. Para Menlu ASEAN juga mendukung keputusan Sesjen PBB untuk mengirimkan Utusan Khususnya, Ibrahim Gambari, ke Myanmar dan menyambut baik jaminan yang diberikan oleh Menlu Myanmar, Nyan Win, bahwa Myanmar akan mengeluarkan visa bagi Gambari di Singapura. Pemerintah Myanmar diminta untuk bekerja sama dengan baik dengan Gambari --yang bertugas membantu meredakan ketegangan-- serta untuk memberikan akses penuh bagi utusan khusus Ban Ki-moon itu untuk bertemu dengan semua pihak terkait di Myanmar. (*)