Magelang (ANTARA News) - Perbedaan penetapan 1 Syawal dengan menggunakan cara rukyat dan hisab tidak bisa disatukan, karena keduanya memiliki dasar kebenaran, kata salah seorang kyai berpengaruh di Jawa Tengah, K.H. Abdurrahman Chudlori atau akrab dipanggil Mbah Dur. "Membicarakan masalah Lebaran sebenarnya berdasar, benar semua, yang akan memakai hisab, hitungan itu juga benar, yang mau pakai rukyat itu juga benar, kalau akan ditemukan tidak bisa," katanya di Magelang, Jumat. Muhammadiyah telah mengumumkan penetapan 1 Syawal 1428 H pada tanggal 12 Oktober 2007, sedangkan pemerintah belum menentukan hal itu karena masih akan melakukan sidang isbat terlebih dahulu. Ia menyatakan Nabi Muhammad SAW membenarkan penetapan 1 Syawal menggunakan cara rukyat maupun hisab. Menurut dia, warga Nahdlatul Ulama tidak akan berani melaksanakan shalat Idul Fitri sebelum melihat bulan sebagai patokan penetapan 1 Syawal. "Kalau mendung anggap belum keluar, jadi disempurnakan 30 hari, itu saja. Kalau nanti hasil rukyat sama dengan hisab, maka kita berterima kasih," kata Mbah Dur yang juga Pimpinan Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang itu. Dikatakannya, perbedaan penetapan 1 Syawal jangan mengakibatkan perpecahan di kalangan umat Islam, tetapi justru menjadi modal umat untuk saling menghormati di antara sesama muslim. Perbedaan itu, katanya, juga jangan mengakibatkan umat Islam bingung untuk menentukan waktu selesainya Puasa Ramadan dan kemudian melaksanakan salat Idulfitri. "Yang penting umat diberi pengertian, yang sudah bisa membuat kalender bisa tidak usah memakai rukyah, tetapi jangan mengajak orang lain, satu saja tidak boleh mengajak orang lain, kalau ada orang mau ikut biarpun satu desa, berapa ribupun tidak apa-apa," katanya. Sementara itu, Bupati Magelang, Singgih Sanyoto, mengharapkan jika terjadi perbedaan awal Syawal mendatang, masyarakat saling menghargai sehingga situasi di daerah itu tetap kondusif. "Harapannya semuanya bisa saling menghargai dengan memiliki keluwesan berpikir dan kedewasaan dalam bersikap sehingga Magelang tetap kondusif," katanya saat pengajian Ramadan di Kampus II Universitas Muhammadiyah Magelang. (*)