Alat pendeteksi tsunami di Raja Ampat-Papua Barat rusak
17 Januari 2019 23:41 WIB
Pemalangan Pulau Wayang Berakhir Gugusan pulau wayag berjejer di Distrik Waigeo Barat Daratan, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, Rabu, (7/5). Masyarakat adat suku Kawe sebagai pemilik hak ulayat pulau Wayag secara resmi membuka palang pulau wayag yang setahun lebih dipalang dan ditutup untuk tujuan wisata, akibat tidak adanya perhatian pemerintah daerah dan pusat bagi masayarakat pemilik hak ulayat selama pulau wayag dikelola untuk kepentingan pariwisata dalam negeri dan internasional. (ANTARA FOTO/Chanry Andrew Suripatty)
Waisai, Raja Ampat-Papua Barat (ANTARA News) - Alat pendeteksi tsunami yang dipasang oleh Pemerintah Provinsi Papua Barat di Waisai Kabupaten Raja Ampat, saat ini dalam kondisi sudah rusak.
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Raja Ampat, Burhanudin Buatan, di Waisai, Kamis mengatakan, alat pendeteksi tsunami atau "tsunami early warning system" itu adalah bantuan hibah Pemerintah Provinsi Papua Barat pada 2015.
Ia menjelaskan alat yang terhubung dengan sistem BMKG tersebut dipasang di pantai Waisai Torang Cinta, ibu kota Kabupaten Raja Ampat sudah dua kali mengalami kerusakan.
Kerusakan pertama, kata dia, terjadi pada pada akhir 2016 yang kemudian diperbaiki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Barat. Kemudian rusak kembali pada 2017 hingga saat ini.
"Penyebab kerusakan alat pendeteksi tsunami tersebut karena listrik di Waisai yang belum stabil waktu itu sehingga komponen alat tersebut terbakar," katanya.
Menurut dia, sudah dua tahun alat tersebut dibiarkan begitu saja karena anggaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah terbatas guna memperbaiki pendeteksi tsunami tersebut.
Provinsi Papua Barat adalah salah satu daerah di Indonesia rawan gempa bumi sehingga sangat disayangkan alat tersebut dibiarkan rusak begitu saja tidak dilakukan perbaikan.
"Kami berharap pemerintah Provinsi Papua Barat maupun pemerintah pusat menurunkan anggaran untuk memperbaiki alat tersebut sehingga dapat berfungsi kembali mengantisipasi terjadinya tsunami mengurangi resiko bencana tersebut," demikian Burhanudin Buatan.
Baca juga: 10 daerah di Papua-Papua Barat kena tsunami
Baca juga: Gempa 7,4 SR Guncang Papua Barat, Berpotensi Tsunami
Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Raja Ampat, Burhanudin Buatan, di Waisai, Kamis mengatakan, alat pendeteksi tsunami atau "tsunami early warning system" itu adalah bantuan hibah Pemerintah Provinsi Papua Barat pada 2015.
Ia menjelaskan alat yang terhubung dengan sistem BMKG tersebut dipasang di pantai Waisai Torang Cinta, ibu kota Kabupaten Raja Ampat sudah dua kali mengalami kerusakan.
Kerusakan pertama, kata dia, terjadi pada pada akhir 2016 yang kemudian diperbaiki oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Papua Barat. Kemudian rusak kembali pada 2017 hingga saat ini.
"Penyebab kerusakan alat pendeteksi tsunami tersebut karena listrik di Waisai yang belum stabil waktu itu sehingga komponen alat tersebut terbakar," katanya.
Menurut dia, sudah dua tahun alat tersebut dibiarkan begitu saja karena anggaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah terbatas guna memperbaiki pendeteksi tsunami tersebut.
Provinsi Papua Barat adalah salah satu daerah di Indonesia rawan gempa bumi sehingga sangat disayangkan alat tersebut dibiarkan rusak begitu saja tidak dilakukan perbaikan.
"Kami berharap pemerintah Provinsi Papua Barat maupun pemerintah pusat menurunkan anggaran untuk memperbaiki alat tersebut sehingga dapat berfungsi kembali mengantisipasi terjadinya tsunami mengurangi resiko bencana tersebut," demikian Burhanudin Buatan.
Baca juga: 10 daerah di Papua-Papua Barat kena tsunami
Baca juga: Gempa 7,4 SR Guncang Papua Barat, Berpotensi Tsunami
Pewarta: Ernes Broning Kakisina
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019
Tags: