Jakarta (ANTARA News) - Deputy CEO of Commercial Smartfren, Djoko Tata Ibrahim, menargetkan 100.000 pelanggan Bolt untuk bergabung dengan Smartfren.

Sejak mengumumkan dukungannya untuk melanjutkan layanan kepada pelanggan Bolt pada 31 Desember, Djoko mengatakan hingga saat ini telah berhasil merangkul 30 persen dari jumlah yang ditargetkan.

"Targetnya kita akuisisi (pelanggan) 100 ribu-an. Sekarang sudah 30 persen," ujar Djoko usai peluncuran Super Modem WiFi S1 di Jakarta, Kamis.

Meski telah memasang target untuk akuisi pelanggan Bolt, Smartfren nampaknya tidak terlalu tertarik mengikuti lelang frekuensi Bolt.

Pemerintah resmi mencabut izin penggunaan frekuensi 2,3Ghz milik Bolt pada November 2018. Ketika operator sudah tidak memiliki izin, kepemilikan pita frekuensi dikembalikan kepada pemerintah.

Dengan begitu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memiliki hak untuk melelang kembali frekuensi yang sebelumnya ditempati oleh Bolt kepada operator lain.

"Dengan jumlah pelanggan sekarang belum butuh. Untuk sementara cukup frekuensi kita," kata Djoko.

Untuk menggaet lebih banyak pelanggan Bolt, Smartfren menghadirkan program trade-in modem Bolt dengan modem Mifi M6X Smartfren, dengan memberikan potongan harga mulai dari Rp100 ribu.

"Di tahap awal (trade-in) hanya bisa M6 yang lama, karena di pasar masih ada itu. Kalau itu habis, kita kasih yang baru. Dengan diskon yang sama, 100ribu-an," ujar Djoko.

"Periode-nya dua bulan, kalau baik kita lanjutkan (program trade-in)," sambung dia.

Sebagai informasi, Smartfren baru saja meluncurkan Mifi M6X versi baru dengan tampilan yang lebih elegan -- warna hitam dengan lapisa kaca -- serta dibekali layar LED untuk menampilkan informasi seperti kualitas sinyal, kuota paket internet dan nomor pelanggan.

Baca juga: Smartfren luncurkan modem dengan konektivitas 4G+

Baca juga: Pelanggan Bolt bisa tukar kartu Smartfren

Baca juga: Bolt dan First Media sudah layani ribuan pelanggan yang refund

Baca juga: Kementerian Kominfo terus pantau proses refund Bolt dan First Media