Debat Capres
Capres diharapkan jaga komitmen keberagaman bangsa
17 Januari 2019 20:06 WIB
Suasana lokasi debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). Debat pertama yang diikuti pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin serta pasangan nomor urut 02 Prabowo dan Sandiaga Uno tersebut mengangkat tema Hukum, HAM, Korupsi, dan Terorisme. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras.)
Jakarta (ANTARA News) - Calon presiden dan calon wakil presiden diharapkan mampu menggambarkan komitmennya dalam menjaga keberagaman bangsa ini.
"Debat Capres perdana hari ini akan menjadi sorotan seluruh masyarakat Inddonesia. Dalam debat ini akan terlihat bagaimana sikap para calon terhadap persoalan kebangsaan saat ini, khususnya mengenai meningkatnya radikalisme dan terorisme selama beberapa tahun belakangan," kata mantan aktivis GMKI Sahat Martin P. Sinurat di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, para calon diharapkan dapat menunjukkan sikap yang tegas terhadap tindakan radikal dan terorisme yang semakin marak terjadi.
Sahat mencontohkan antara lain penyerangan terhadap pemuka agama, penutupan rumah ibadah, banyaknya ujaran kebencian terkait SARA, intimidasi dan persekusi kepada orang-orang yang berbeda paham, agama, ataupun etnis.
"Para calon juga harus menjelaskan bagaimana strategi memberantas persoalan-persoalan ini, sehingga tidak hanya sebatas retorika semata. Para calon juga harus membela hak memeluk agama dan hak beribadah setiap warga negara," katanya.
Menurut dia, semakin meningkatnya radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat, dapat dilihat dari banyaknya ormas-ormas intoleran yang beraksi menutup ibadah sesama warga negara.
"Yang masih hangat adalah pembubaran ibadah KKR Natal di Bandung, penyegelan tiga Gereja di Jambi, dan penutupan ibadah di Medan beberapa hari lalu. Kita juga masih ingat peristiwa bom Gereja di Samarinda dimana merenggut nyawa seorang anak kecil," katanya.
Persoalan-persoalan ini kata dia, meresahkan masyarakat sehingga para calon diharapkan dapat memberikan pesan yang menyejukkan serta sikap yang jelas.
"Para calon diharapkan dapat bersikap terhadap persoalan pembubaran ibadah Gereja di Medan oleh sekelompok ormas dan massa radikal," katanya.
Para calon juga diharapkan dapat membela hak memeluk agama dan beribadah yang menjadi hak dasar setiap warga negara.
"Selain itu masyarakat diharapkan dapat melihat rekam jejak para calon, agar tidak memilih calon yang didukung oleh ormas-ormas radikal, karena calon yang didukung ormas radikal pasti akan membiarkan terjadinya persoalan kebangsaan ini," katanya.
Secara khusus, kaum milenial diharapkan mendapatkan pendidikan politik yang baik dari para calon.
"Bahwa Pemilu ada keceriaan dan kegembiraan, buka justru memecah-belah keutuhan dan mengganggu keberagaman kita. Hal ini harus ditunjukkan oleh perkataan dan perbuatan dari para calon," kata Pendiri Rumah Milenial itu.
Baca juga: Kenakan kemeja putih, Jokowi-Ma'ruf tiba di Bidakara
Baca juga: Prabowo-Sandiaga baca doa Nabi Yunus dan shalawat Asyghil
Baca juga: Prabowo-Megawati foto bersama sambil menunggu debat capres
"Debat Capres perdana hari ini akan menjadi sorotan seluruh masyarakat Inddonesia. Dalam debat ini akan terlihat bagaimana sikap para calon terhadap persoalan kebangsaan saat ini, khususnya mengenai meningkatnya radikalisme dan terorisme selama beberapa tahun belakangan," kata mantan aktivis GMKI Sahat Martin P. Sinurat di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan, para calon diharapkan dapat menunjukkan sikap yang tegas terhadap tindakan radikal dan terorisme yang semakin marak terjadi.
Sahat mencontohkan antara lain penyerangan terhadap pemuka agama, penutupan rumah ibadah, banyaknya ujaran kebencian terkait SARA, intimidasi dan persekusi kepada orang-orang yang berbeda paham, agama, ataupun etnis.
"Para calon juga harus menjelaskan bagaimana strategi memberantas persoalan-persoalan ini, sehingga tidak hanya sebatas retorika semata. Para calon juga harus membela hak memeluk agama dan hak beribadah setiap warga negara," katanya.
Menurut dia, semakin meningkatnya radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat, dapat dilihat dari banyaknya ormas-ormas intoleran yang beraksi menutup ibadah sesama warga negara.
"Yang masih hangat adalah pembubaran ibadah KKR Natal di Bandung, penyegelan tiga Gereja di Jambi, dan penutupan ibadah di Medan beberapa hari lalu. Kita juga masih ingat peristiwa bom Gereja di Samarinda dimana merenggut nyawa seorang anak kecil," katanya.
Persoalan-persoalan ini kata dia, meresahkan masyarakat sehingga para calon diharapkan dapat memberikan pesan yang menyejukkan serta sikap yang jelas.
"Para calon diharapkan dapat bersikap terhadap persoalan pembubaran ibadah Gereja di Medan oleh sekelompok ormas dan massa radikal," katanya.
Para calon juga diharapkan dapat membela hak memeluk agama dan beribadah yang menjadi hak dasar setiap warga negara.
"Selain itu masyarakat diharapkan dapat melihat rekam jejak para calon, agar tidak memilih calon yang didukung oleh ormas-ormas radikal, karena calon yang didukung ormas radikal pasti akan membiarkan terjadinya persoalan kebangsaan ini," katanya.
Secara khusus, kaum milenial diharapkan mendapatkan pendidikan politik yang baik dari para calon.
"Bahwa Pemilu ada keceriaan dan kegembiraan, buka justru memecah-belah keutuhan dan mengganggu keberagaman kita. Hal ini harus ditunjukkan oleh perkataan dan perbuatan dari para calon," kata Pendiri Rumah Milenial itu.
Baca juga: Kenakan kemeja putih, Jokowi-Ma'ruf tiba di Bidakara
Baca juga: Prabowo-Sandiaga baca doa Nabi Yunus dan shalawat Asyghil
Baca juga: Prabowo-Megawati foto bersama sambil menunggu debat capres
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2019
Tags: