Laporan dari Washington
Mendag sambut 70 tahun hubungan RI-AS dengan diplomasi perdagangan
17 Januari 2019 19:55 WIB
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita (tengah), dan Dubes RI untuk AS, Budi Bowoleksono (kanan) saat memberikan penjelasan kepada wartawan di KBRI, Washington DC, Amerika Serikat, Senin (14/1/2019).
Washington DC (ANTARA News) - Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menyambut 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika Serikat dengan mengawali kunjungan diplomasi perdagangan Indonesia tahun 2019 ke AS.
"Kunjungan kerja sekaligus misi dagang ini dilakukan karena AS merupakan salah satu negara terpenting tujuan ekspor Indonesia dan sumber investasi asing saat ini. Melalui kunjungan kerja
ini, Indonesia terus menjaga dialog terbuka untuk memperkuat kemitraan perdagangan dan investasi dengan AS," jelas Mendag di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis.
Delegasi bisnis Indonesia yang menyertai kunjungan kerja Mendag kali ini terdiri atas para pengusaha nasional yang berminat mengembangkan ekspor dan impor dengan AS, serta melakukan investasi baik di AS maupun di Indonesia.
Hal ini merupakan kelanjutan dari kunjungan kerja pada bulan Juli 2018, dimana Mendag RI dan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross antara lain sepakat untuk meningkatkan perdagangan dua arah dari 28 milliar dolar AS saat ini menjadi 50 milliar dolar AS.
Salah satu kegiatan dalam kunjungan kerja Mendag kali ini adalah pertemuan dengan Perwakilan Perdagangan AS (USTR) Duta Besar Robert E. Lighthizer di kantor USTR di Washington DC, AS, pada hari Selasa (15/1) waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut antara lain dibahas perkembangan isu-isu terkait Generalized System of Preferences/GSP yang saat ini tengah ditinjau kembali oleh Pemerintah AS.
"Pertemuan dengan USTR berlangsung konstruktif karena kedua pihak memahami bahwa program GSP bagi Indonesia sesungguhnya menguntungkan kedua negara karena produk ekspor Indonesia yang mendapatkan fasilitas GSP tersebut memang dibutuhkan oleh pelaku usaha di AS dalam proses produksi mereka sehingga kompetitif," tutur Mendag.
Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembahasan mengenai peninjauan GSP ini agar dicapai hasil yang positif dan saling menguntungkan. Sementara itu, fasilitas GSP saat ini masih tetap diberikan kepada Indonesia.
"Dengan demikian, tidak perlu ada kekhawatiran di kalangan eksportir Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas ini,” imbuh Mendag.
Dalam pertemuan Mendag dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) AS, Presiden dan CEO Kadin AS Tom Donohue menyatakan dukungan kuat terhadap keberlanjutan program GSP karena telah memberi manfaat nyata bagi kedua pihak.
Perdagangan antara Republik Indonesia dan Amerika Serikat berpotensi untuk mencapai 50 miliar dolar AS/tahun atau melebihi hampir dua kali lipat dari nilai perdagangan kedua negara saat ini yaitu 25,92 miliar dolar AS/tahun.
"Tidak semua statistik menampilkan potensi perdagangan yang sesungguhnya," kata Dubes RI untuk AS, Budi Bowoleksono.
Target untuk bisa mencapai perdagangan sekitar 50 miliar dolar AS/tahun bukanlah hal yang ambisius, tetapi merupakan harapan yang sangat realistis untuk ditargetkan.
Apalagi, pemeritah Indonesia saat ini juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka menghilangkan hambatan perdagangan.
"Kunjungan kerja sekaligus misi dagang ini dilakukan karena AS merupakan salah satu negara terpenting tujuan ekspor Indonesia dan sumber investasi asing saat ini. Melalui kunjungan kerja
ini, Indonesia terus menjaga dialog terbuka untuk memperkuat kemitraan perdagangan dan investasi dengan AS," jelas Mendag di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis.
Delegasi bisnis Indonesia yang menyertai kunjungan kerja Mendag kali ini terdiri atas para pengusaha nasional yang berminat mengembangkan ekspor dan impor dengan AS, serta melakukan investasi baik di AS maupun di Indonesia.
Hal ini merupakan kelanjutan dari kunjungan kerja pada bulan Juli 2018, dimana Mendag RI dan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross antara lain sepakat untuk meningkatkan perdagangan dua arah dari 28 milliar dolar AS saat ini menjadi 50 milliar dolar AS.
Salah satu kegiatan dalam kunjungan kerja Mendag kali ini adalah pertemuan dengan Perwakilan Perdagangan AS (USTR) Duta Besar Robert E. Lighthizer di kantor USTR di Washington DC, AS, pada hari Selasa (15/1) waktu setempat. Dalam pertemuan tersebut antara lain dibahas perkembangan isu-isu terkait Generalized System of Preferences/GSP yang saat ini tengah ditinjau kembali oleh Pemerintah AS.
"Pertemuan dengan USTR berlangsung konstruktif karena kedua pihak memahami bahwa program GSP bagi Indonesia sesungguhnya menguntungkan kedua negara karena produk ekspor Indonesia yang mendapatkan fasilitas GSP tersebut memang dibutuhkan oleh pelaku usaha di AS dalam proses produksi mereka sehingga kompetitif," tutur Mendag.
Kedua pihak sepakat untuk melanjutkan pembahasan mengenai peninjauan GSP ini agar dicapai hasil yang positif dan saling menguntungkan. Sementara itu, fasilitas GSP saat ini masih tetap diberikan kepada Indonesia.
"Dengan demikian, tidak perlu ada kekhawatiran di kalangan eksportir Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas ini,” imbuh Mendag.
Dalam pertemuan Mendag dengan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) AS, Presiden dan CEO Kadin AS Tom Donohue menyatakan dukungan kuat terhadap keberlanjutan program GSP karena telah memberi manfaat nyata bagi kedua pihak.
Perdagangan antara Republik Indonesia dan Amerika Serikat berpotensi untuk mencapai 50 miliar dolar AS/tahun atau melebihi hampir dua kali lipat dari nilai perdagangan kedua negara saat ini yaitu 25,92 miliar dolar AS/tahun.
"Tidak semua statistik menampilkan potensi perdagangan yang sesungguhnya," kata Dubes RI untuk AS, Budi Bowoleksono.
Target untuk bisa mencapai perdagangan sekitar 50 miliar dolar AS/tahun bukanlah hal yang ambisius, tetapi merupakan harapan yang sangat realistis untuk ditargetkan.
Apalagi, pemeritah Indonesia saat ini juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan dalam rangka menghilangkan hambatan perdagangan.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019
Tags: