Bappenas: manfaatkan peluang ekonomi dari inovasi digital
17 Januari 2019 17:30 WIB
Kepala Bappenas/Menteri PPN Bambang Brodjonegoro memberikan keterangan kepada wartawan di Jakarta, Rabu, (ANTARA/Indra Arief Pribadi)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menilai Indonesia harus bisa memanfaatkan peluang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari inovasi digital yang terus berkembang.
"Inovasi digital akan meningkatkan produktivitas ekonomi dan membuka kesempatan baru. Jadi kita harus mengambil peluang dari inovasi digital ini. Tapi memang ada beberapa tantangan," ujar Bambang di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis.
Bambang menuturkan, salah satu tantangan untuk dapat mengoptimalkan inovasi digital bagi ekonomi domestik saat ini adalah ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten, terutama di bidang teknologi komunikasi.
"Empat unicorns di Indonesia saat ini saja masih menggunakan pakar IT asing agar tetap bisa kompetitif. Kita memang masih kekurangan sumber daya manusia di bidang ini," ujar Bambang.
Unicorn adalah sebutan bagi perusahaan rintisan (startup) yang bernilai di atas satu miliar dolar AS. Empat unicorn di Indonesia antara lain Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Berdasarkan data Temasek and Google Report 2015, Indonesia diperkirakan akan menjadi pangsa pasar terbesar perdagangan elektronik atau e-commerce di Asia Tenggara yaitu 52 persen pada 2025, didorong oleh pertumbuhan kelompok kelas menengah dan peningkatan akses terhadap infrastruktur digital.
Tantangan lainnya, lanjut Bambang, adalah pengembangan pasar finansial terutama dalam hal akses terhadap pembiayaan. Menurut Bambang, perusahaan rintisan saat ini masih relatif sulit mendapatkan pembiayaan dari bank.
"Perusahaan startup mereka tidak punya kolateral, tidak punya prospek, sehingga bank tidak bisa menilai risiko sehingga tidak mendapatkan pembiayaan. Oleh karena itu, perlu dicari suatu model pinjaman yang tepat bagi mereka," kata Bambang.
Ia menambahkan, tantangan berikutnya yaitu infrastruktur digital yang berkualitas dan iklim bisnis serta regulasi yang mendukung pengembangan inovasi.
"Inovasi digital akan meningkatkan produktivitas ekonomi dan membuka kesempatan baru. Jadi kita harus mengambil peluang dari inovasi digital ini. Tapi memang ada beberapa tantangan," ujar Bambang di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis.
Bambang menuturkan, salah satu tantangan untuk dapat mengoptimalkan inovasi digital bagi ekonomi domestik saat ini adalah ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten, terutama di bidang teknologi komunikasi.
"Empat unicorns di Indonesia saat ini saja masih menggunakan pakar IT asing agar tetap bisa kompetitif. Kita memang masih kekurangan sumber daya manusia di bidang ini," ujar Bambang.
Unicorn adalah sebutan bagi perusahaan rintisan (startup) yang bernilai di atas satu miliar dolar AS. Empat unicorn di Indonesia antara lain Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.
Berdasarkan data Temasek and Google Report 2015, Indonesia diperkirakan akan menjadi pangsa pasar terbesar perdagangan elektronik atau e-commerce di Asia Tenggara yaitu 52 persen pada 2025, didorong oleh pertumbuhan kelompok kelas menengah dan peningkatan akses terhadap infrastruktur digital.
Tantangan lainnya, lanjut Bambang, adalah pengembangan pasar finansial terutama dalam hal akses terhadap pembiayaan. Menurut Bambang, perusahaan rintisan saat ini masih relatif sulit mendapatkan pembiayaan dari bank.
"Perusahaan startup mereka tidak punya kolateral, tidak punya prospek, sehingga bank tidak bisa menilai risiko sehingga tidak mendapatkan pembiayaan. Oleh karena itu, perlu dicari suatu model pinjaman yang tepat bagi mereka," kata Bambang.
Ia menambahkan, tantangan berikutnya yaitu infrastruktur digital yang berkualitas dan iklim bisnis serta regulasi yang mendukung pengembangan inovasi.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: