Sigi, Sulteng (ANTARA News) - Kondisi sejumlah pengungsi di Kulawi, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, terlihat cukup memprihatinkan karena tinggal di tenda darurat yang pada saat hujan turun, airnya masuk dalam tenda.

"Ya, entah sampai kapan kami tinggal di tenda seperti ini," keluh Marthen, salah seorang korban bencana alam gempabumi 7,4 SR yang terjadi 26 September 2018 itu, Kamis.

Kepada Antara di lokasi penampungan pengungsi di Desa Bolapapu, Kecamatan Kulawi, ayah tiga anak tersebut terlihat sedang memperbaiki tenda yang bocor.

"Beginilah nasib kami di sini pak," kata dia.

Soal bahan makanan, menurut dia, tidak kekurangan, sebab masih ada relawan/donatur yang datang membawa bantuan kepada mereka.

Ia mengatakan kebutuhan mereka sekarang ini adalah peralatan dapur, dan juga tenda serta selimut.

Apalagi, kata Marthen, udara di Kulawi pada malam hari sangat dingin sehingga butuh selimut untuk menghangatkan badan.

Hal senada juga disampaikan Roni, warga Desa Bolapapu. Ia mengatakan rumahnya hancur diterjang gempa bumi.

Sekarang ini terpaksa tinggal sementara di lokasi pengungsi sambil menunggu hunian sementara (huntara). "Tapi sebaiknya pemerintah membangun langsung saja hunian tetap (hutap) akan lebih bagus," katanya.

Kulawi, salah satu kecamatan cukup parah diguncang gempabumi yang terjadi pada (26/9-2018). Banyak rumah di wilayah itu rusak diporak-porandakan gempa.

Selain Kulawi, juga kecamatan Kulawi Selatan, Pipikoro dan Kecamatan Lindu. Tiga kecamatan tersebut juga cukup parah diterjang gempabumi.

Bahkan akibat dari gempa bumi, jalur antara Desa Salua dan Desa Sadaunta sampai sekarang ini terpaksa buka-tutup karena banyak titik longsor.

Pemkab Sigi mengambil langkah buka-tutup jalan karena selain sebagian badan jalan longsor, juga ada pekerjaan perbaikan.*


Baca juga: Gubernur Sulteng diminta revisi SK relokasi korban bencana

Baca juga: Pemerintah diminta segera bangun hunian tetap di Sulteng