London (ANTARA News) - Bagi sektor industri nasional, Revolusi Industri 4.0 memberi peluang percepatan penguasaan teknologi sebagai kunci penentu daya saing nasional, serta penopang percepatan penguasaan teknologi yang akan menopang pembangunan sistem di era Industri 4.0, yang terkait dengan internet of things, artificial intelligence, human-machine interface, teknologi robotic dan sensor, serta teknologi 3D.

Pembahasan tentang Revolusi Industri 4.0 dan gagasan untuk diterapkan di Indonesia dikemukan pada Open Indodiskusio yang diprakarsai mahasiswa PhD bidang teknologi pendidikan Universitas Manchester Neny Isharyanti, yang menghadirkan Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko, di Manchester, Inggris, Rabu.

Neny Isharyanti kepada Antaranews London, Kamis, mengatakan dalam diskusi yang berlangsung hangat dalam suasana musim dingin di Inggris, Budiman Sudjatmiko membahas Revolusi Industri 4.0 dan gagasan untuk Indonesia.

Selain itu juga tampil sebagai pembicara CTO Inovator 4.0 Indonesia, Political Ecologist, Drone & Data Academy, Irendra Radjawali yang membahas Revolusi Industri 4.0 dan data di Indonesia.

Revolusi industri 4.0 ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan batas antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya. Integrasi tersebut dimoderasi oleh teknologi informasi dan komunikasi. Sinergi menjadi kata kunci dalam era revolusi industri keempat ini.

Potensi memberdayakan individu dan masyarakat terbuka lebar pada era ini melalui penciptaan peluang baru bagi ekonomi, sosial, maupun munculnya pengembangan manusia sebagai pribadi.

Akan tetapi disisi lain, Revolusi Industri 4.0 berpotensi menyebabkan marginalisasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki kesiapan bersaing secara individu. Kondisi ini dapat memperburuk kepentingan sosial dengan munculnya kesenjangan sosial, menciptakan risiko keamanan dan merusak hubungan antarmanusia.

Menurut Neny Isharyanti, Revolusi Industri 4.0 menjadi berbeda dengan revolusi industri gelombang ketiga (1960 hingga saat ini) yang berkontribusi pada otomatisasi proses produksi dan kegiatan industri, revolusi industri gelombang kedua (1870-1990) yang berperan dalam produksi masal, dan revolusi industri pertama (1750-1830) lewat mekanisme penggunaan mesin dan sarana teknologi, inovasi.

Di era Revolusi Industri 4.0 dikembangkan dan menyebar lebih cepat lewat berbagai terobosan baru, output pekerjaan menjadi semakin meningkat akibat konsentrasi berbagai bidang ilmu dan berdampak pada sistem produksi, manajemen, dan tata kelola organisasi. "Dampak Revolusi Industri 4.0 hampir semua negara dan bersifat global," ujarnya.

Koordinator acara diskusi terbuka "Revolusi Industri 4.0 dan Gagasan Bagi Indonesia", Petit Wiringgalih, menyebutkan selain Budiman Sudjatmiko dan Irendra Radjawali sebagai pembicara dalam forum diskusi juga menghadirkan panelis lainnya yaitu Media Wahyu Askar, kandidat PhD dari Universitas Manchaster yang mantan Ketua PPI UK, yang membahas revolusi industri 4.0 dan wajah sumber daya Indonesia.

Panelis lainnya Herlina Yoka Roida, PhD Researcher School of Business and Enterprises University of Central Lancashire, Pengajar FB UKWM Surabaya itu, membahas tentang Revolusi Industri 4.0 dan Industri di Indonesia, serta Hilton Tnunay, kandidat UniversitasManchester, Pengagas Beehive Drone dan Finalis Microsoft Imagine Cup Asia Pasific yang membahas Revolusi Industri 4.0 dan membangun pertanian Indonesia.

Open Indodiskusio, forum diskusi diikuti mahasiswa Indonesia di berbagai universitas di Inggris. Forum itu dibentuk tahun 2017 menjadi wadah pertemuan dan pertukaran diskursus yang cair dan bebas kepentingan.

Baca juga: Wapres nilai Revolusi Industri 4.0 tidak bisa dihindari

Baca juga: Dolar sedikit menguat, pasar khawatir pertumbuhan ekonomi Eropa

Baca juga: Fed: Pasar tenaga kerja ketat, prospek ekonomi AS masih positif