Jakarta (ANTARA News) - Perbedaan pendapat dengan keluarga, kolega atau teman dapat memicu percikan konflik, terutama bila kedua pihak sibuk berargumen tanpa mau mendengarkan satu sama lain.

Devie Rachmawati, Peneliti Komunikasi Sosial Budaya Vokasi Universitas Indonesia mengungkapkan solusi untuk mencairkan suasana yang memanas.

"Makanan dan minuman bisa jadi 'jembatan'," ujar Devie di acara kampanye “Mari Bicara, Indonesia!” SariWangi, Jakarta, Selasa.

Menyesap minuman atau mengunyah camilan memberi waktu untuk rihat, juga memberi kesempatan untuk mendengarkan apa yang ingin orang lain katakan.

Lalu, bangun kembali komunikasi dengan lawan bicara untuk saling memahami.

Baca juga: Tumbuh dari keluarga "gado-gado", Mona Ratuliu tanamkan toleransi

Jika pembicaraan terus meruncing, salah satu pihak harus "mengalah", mundur sejenak agar suasana yang penuh tekanan kembali jadi melunak.

Setelah suasana kembali tenang, utarakan hal-hal yang ingin diungkapkan ketika suasana sudah lebih kondusif.

Data dari survei yang dilakukan SariWangi menunjukkan bahwa terdapat 64 persen responden mengakui pernah atau berpikir untuk memutuskan hubungan dengan orang terdekatnya karena alasan perbedaan.

Namun, 96 persen responden mengakui bahwa perbedaan pandangan seharusnya masih dapat diperbaiki.

"Komunikasi atau saling bicara memiliki kunci yang penting dalam merangkul perbedaan dan menemukan persamaan, hal ini merupakan langkah awal untuk menyambungkan dua atau lebih pihak dalam mengutarakan buah pemikiran dan aspirasinya," papar Devie.