KTNA nilai petani butuh benih berkualitas
15 Januari 2019 17:25 WIB
Ilustrasi. Petani mencabut benih padi unggul varietas GSR (Green Super Rice) di area pesawahan di Kampung Kilasah, Serang, Banten, Selasa (21/11/2017). (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Kelompok Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir mengatakan petani butuh pemakaian benih unggul berkualitas sebagai solusi untuk kondisi cuaca yang belum mendukung pada tahun 2019.
Winarno saat dihubungi di Jakarta, Selasa, melihat kondisi cuaca berpengaruh pada produksi petani sayuran Indonesia termasuk curah hujan di atas normal yang masih terjadi sampai dengan awal tahun 2019, sedangkan sepanjang 2019 diperkirakan akan mengalami kemarau panjang.
Benih unggul yang berkualitas baik akan memiliki daya tahan terhadap penyakit yang lebih tinggi dan tetap dapat berproduksi maksimal dengan kondisi ketersediaan air yang terbatas.
Beberapa varietas yang toleran terhadap kekeringan seperti yang dikembangkan perusahaan benih PT East West Seed Indonesia (Ewindo) diantaranya cabai keriting Laba F1 dan cabai besar Gada MK.
Dengan kondisi cuaca yang tidak menguntungkan tersebut, Winarno memperkirakan produksi petani sayur masih sama dengan capaian tahun 2018. Terlebih, harga sayuran juga belum kunjung membaik.
"Kondisi ini membuat beberapa petani mengurangi areal tanamnya, meskipun beberapa daerah juga ada yang melakukan perluasan. Ini yang membuat produksi di tahun 2019 tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya," kata Winarno.
Winarno mengatakan, kondisi ini tidak akan berubah sepanjang kerugian yang dialami petani akibat rendahnya harga pokok produksi (HPP) tidak mengalami perbaikan di tahun 2019.
Winarno mengatakan komoditi sayuran yang masih menjadi unggulan adalah cabai, bawang merah, kentang, tomat, dan sayuran buah lainnya.
"Untuk jenis sayuran daun seperti kangkung, bayam, serta beberapa lainnya hanya dikonsumsi masyarakat perdesaan dan orang-orang tua," ujar Winarno. Winarno berharap perlunya perhatian semua pihak agar mengedukasi remaja dan ibu ibu rumah tangga untuk lebih banyak mengkonsumsi dan mengolah sayuran.
Data BPS menurut Winarno juga menunjukkan sekalipun produksi petani sayur mengalami kenaikan di tahun lalu, namun konsumsi sayuran dalam lima tahun terakhir justru mengalami penurunan. Konsumsi sayuran Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara Asean dan standar WHO (400gr/hari Indonesia masih 180 gr/hari). Kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih rendah.
Baca juga: BNPB: Pertegas larangan tanam sayuran di lahan miring
Baca juga: Ahli sarankan konsumsi sayur sekali makan setelah masak
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2019
Tags: