Metropolitan
MRT masih studi untuk lokasi depo fase II
15 Januari 2019 16:17 WIB
Rangkaian kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase I rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia melintas di kawasan Jakarta Selatan, Senin (22/10/2018). (ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)
Jakarta (ANTARA Newws) - Pengelola transportasi MRT, PT MRT Jakarta, masih melakukan studi untuk lokasi depo proyek fase II yang akan menuju ke arah Jakarta Utara, setelah hampir dipastikan depo di Kampung Bandan dan Taman BMW, di Jakarta Utara, tidak bisa direalisasikan.
"Jadi trase atau jalur fase kedua akan menghubungkan Bundaran HI sampai Kota, tidak ke Kampung Bandan sesuai rencana awal. Sekarang sedang distudi mau di mana deponya, yang pasti harus di Utara," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, wilayah Kampung Bandan tidak jadi dijadikan depo karena permasalahan hukum soal lahan. Sedangkan Taman BMW yang diusulkan setelahnya, juga tidak memungkinkan untuk dibangun depo karena lahan yang dibutuhkan sedikitnya 12 hektare sedangkan luas lahan di sana sekitar 25 hektare dan direncanakan akan dibangun Stadion BMW untuk Persija.
Hal itu juga diperkuat Direktur Utama PT Jakarta Propertindo, Dwi Wahyu, yang menilai tidak mungkin membangun depo yang merupakan objek vital nasional bersanding dengan ruang publik seperti Stadion BMW.
"Kemungkinan di BMW hanya stasiun. Namun yang memutuskan lokasi deponya tetap pemerintah, kami hanya mengerjakan," ujar Sabandar.
Adapun untuk kontraktor pengerjaan proyek MRT fase II ini, lanjut dia, belum diputuskan karena saat ini masih dalam tahap tender.
Namun dia menyatakan kontraktornya akan berasal dari Jepang mengingat dana pengerjaan merupakan pinjaman dari JICA sebesar Rp25 triliun.
"Kontraktor belum ada, tapi sudah mulai tender. Kontraktornya Jepang lagi pasti karena dananya dari Jepang. Biaya pembangunan sendiri fase dua sepanjang 8,3 kilometer dengan delapan stasiun perkiraannya sekitar Rp22,5 triliun," ucapnya.
Pembangunan fase II yang lebih mahal dibanding fase pertama yang menghabiskan biaya Rp16 triliun dengan panjang 16 kilometer, kata dia, dikarenakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
"Itu karena di trase tersebut lewat bawah tanah semua, dengan kedalaman 20-30 meter di bawah tanah dan di bawah kali, lalu masuk ke Kota Tua banyak heritage, ke kawasan pantai jadi tingkat kesulitannya lebih tinggi secara teknis," tutur dia.
Diketahui, perubahan rencana trase kedua MRT yang awalnya ke Kampung Bandan ke arah Kota Tua, sesuai dengan hasil rapat pimpinan terbatas (Rapimtas) yang dilaksanakan pada 9 Oktober 2018, Gubernur DKI Anies menyetujui penetapan lokasi (penlok) MRT Jakarta fase dua yakni koridor Bundaran HI-Kota.
Penlok MRT fase II telah diterbitkan melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 1728/2018 tentang Penetapan Lokasi untuk pembangunan jalur MRT koridor Bundaran HI-Kota tanggal 21 November 2018.
Kendati proyek fase II mengalami perubahan jalur, pihak MRT menyatakan hal tersebut tidak akan mengubah target penyelesaian pembangunan, yakni pada 2024.
Bahkan, pihak MRT memastikan gardu listrik yang berlokasi di seberang Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, akan tetap mulai dibangun bulan Januari ini sebagai penanda peletakan batu pertama proyek fase II.
Gardu listrik tersebut adalah gardu pertama yang dibangun di kedalaman 20 meter di bawah tanah untuk fase II.
William berharap keputusan depo untuk fase II itu paling tidak selesai sebelum pembangunan tahap satu berjalan pada Maret 2019.
"Sistem stability butuh waktu. Mumpung konsultan desain kita lagi bekerja ya sekarang aja kita siapkan. Maret lah paling tidak sudah diputuskan lokasi depo. Supaya bisa membelokan ke arah Kampung Bandan atau BMW kalau ternyata memang harus di sana," katanya menambahkan.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menegaskan, pembangunan fase II berjalan bertahap sambil mencari lahan untuk pembangunan depo yang sebelumnya direncanakan di lahan Kampung Bandan.
Menurutnya, pembangunan fase II dari Bundaran HI ke Kota Tua yang rencananya dilanjutkan ke Taman BWM dan Ancol, tidak boleh berhenti cuma gara-gara belum ada lokasi Depo.
"Jadi trase atau jalur fase kedua akan menghubungkan Bundaran HI sampai Kota, tidak ke Kampung Bandan sesuai rencana awal. Sekarang sedang distudi mau di mana deponya, yang pasti harus di Utara," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan, wilayah Kampung Bandan tidak jadi dijadikan depo karena permasalahan hukum soal lahan. Sedangkan Taman BMW yang diusulkan setelahnya, juga tidak memungkinkan untuk dibangun depo karena lahan yang dibutuhkan sedikitnya 12 hektare sedangkan luas lahan di sana sekitar 25 hektare dan direncanakan akan dibangun Stadion BMW untuk Persija.
Hal itu juga diperkuat Direktur Utama PT Jakarta Propertindo, Dwi Wahyu, yang menilai tidak mungkin membangun depo yang merupakan objek vital nasional bersanding dengan ruang publik seperti Stadion BMW.
"Kemungkinan di BMW hanya stasiun. Namun yang memutuskan lokasi deponya tetap pemerintah, kami hanya mengerjakan," ujar Sabandar.
Adapun untuk kontraktor pengerjaan proyek MRT fase II ini, lanjut dia, belum diputuskan karena saat ini masih dalam tahap tender.
Namun dia menyatakan kontraktornya akan berasal dari Jepang mengingat dana pengerjaan merupakan pinjaman dari JICA sebesar Rp25 triliun.
"Kontraktor belum ada, tapi sudah mulai tender. Kontraktornya Jepang lagi pasti karena dananya dari Jepang. Biaya pembangunan sendiri fase dua sepanjang 8,3 kilometer dengan delapan stasiun perkiraannya sekitar Rp22,5 triliun," ucapnya.
Pembangunan fase II yang lebih mahal dibanding fase pertama yang menghabiskan biaya Rp16 triliun dengan panjang 16 kilometer, kata dia, dikarenakan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
"Itu karena di trase tersebut lewat bawah tanah semua, dengan kedalaman 20-30 meter di bawah tanah dan di bawah kali, lalu masuk ke Kota Tua banyak heritage, ke kawasan pantai jadi tingkat kesulitannya lebih tinggi secara teknis," tutur dia.
Diketahui, perubahan rencana trase kedua MRT yang awalnya ke Kampung Bandan ke arah Kota Tua, sesuai dengan hasil rapat pimpinan terbatas (Rapimtas) yang dilaksanakan pada 9 Oktober 2018, Gubernur DKI Anies menyetujui penetapan lokasi (penlok) MRT Jakarta fase dua yakni koridor Bundaran HI-Kota.
Penlok MRT fase II telah diterbitkan melalui Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 1728/2018 tentang Penetapan Lokasi untuk pembangunan jalur MRT koridor Bundaran HI-Kota tanggal 21 November 2018.
Kendati proyek fase II mengalami perubahan jalur, pihak MRT menyatakan hal tersebut tidak akan mengubah target penyelesaian pembangunan, yakni pada 2024.
Bahkan, pihak MRT memastikan gardu listrik yang berlokasi di seberang Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta Pusat, akan tetap mulai dibangun bulan Januari ini sebagai penanda peletakan batu pertama proyek fase II.
Gardu listrik tersebut adalah gardu pertama yang dibangun di kedalaman 20 meter di bawah tanah untuk fase II.
William berharap keputusan depo untuk fase II itu paling tidak selesai sebelum pembangunan tahap satu berjalan pada Maret 2019.
"Sistem stability butuh waktu. Mumpung konsultan desain kita lagi bekerja ya sekarang aja kita siapkan. Maret lah paling tidak sudah diputuskan lokasi depo. Supaya bisa membelokan ke arah Kampung Bandan atau BMW kalau ternyata memang harus di sana," katanya menambahkan.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menegaskan, pembangunan fase II berjalan bertahap sambil mencari lahan untuk pembangunan depo yang sebelumnya direncanakan di lahan Kampung Bandan.
Menurutnya, pembangunan fase II dari Bundaran HI ke Kota Tua yang rencananya dilanjutkan ke Taman BWM dan Ancol, tidak boleh berhenti cuma gara-gara belum ada lokasi Depo.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2019
Tags: